Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Alasan Transjakarta Terapkan Tarif Berdasarkan Jarak

Kompas.com - 13/08/2014, 12:41 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Direktur Utama PT Transjakarta Antonius NS Kosasih mengatakan, penerapan tarif berdasarkan jarak pada layanan bus kota merupakan hal yang telah lumrah diterapkan di sejumlah kota dunia. Karena itu, transjakarta pun ke depannya ingin menerapkan hal yang sama.

Menurut dia, sistem tersebut akan menciptakan keadilan bagi para penumpang karena penumpang yang menempuh jarak yang dekat akan membayar tarif yang lebih murah ketimbang penumpang yang menempuh jarak jauh.

"Di luar negeri, seperti di Hongkong dan Singapura, yang dekat bayar sedikit yang jauh bayar lebih banyak. Kan, adil. Tentunya semua orang mau seperti itu, kan," kata Kosasih, di Balaikota Jakarta, Rabu (13/8/2014).

Meskipun demikian, rencana tersebut baru akan dilakukan setelah semua koridor transjakarta menerapkan tiket elektronik yang ditargetkan beres pengerjaannya pada Januari 2015. Saat ini dari 12 koridor transjakarta, baru koridor I yang telah menerapkan tiket elektronik per 11 Januari 2014.

Kosasih mengklaim secara keseluruhan tidak ada kendala berarti dalam pelaksanaan sistem tiket elektronik di koridor I. Kalaupun ada keluhan, hal itu datang dari para penumpang yang tidak dapat naik transjakarta akibat membawa uang yang kurang dari Rp 20.000.

Seperti diberitakan, harga tiket elektronik transjakarta dibanderol seharga Rp 20.000 yang merupakan harga promo sampai dengan 17 Agustus 2014. Setelah itu, harganya akan naik menjadi Rp 40.000.

"Pada dasarnya semuanya oke (setuju dengan e-ticket). Yang bawa duitnya kurang pun mereka ke ATM, terus balik lagi. Poinnya hanya tinggal membiasakan saja. Ada yang menanyakan kalau turis gimana yang hanya pakai sekali dua kali. Ya namanya juga turis. Kami fokus pada 99 persen penumpang yang warga Jakarta," jelas Kosasih.

Saat ini, tarif yang dikenai untuk para penumpang transjakarta adalah Rp 3.500 untuk jarak jauh ataupun dekat. Sementara itu, penerapan tarif berdasarkan jarak sudah diterapkan di layanan kereta rel listrik (KRL) sejak pertengahan 2013.

Pada layanan KRL, penumpang dikenai tarif Rp 2.000 untuk lima stasiun pertama dan Rp 1.000 untuk tiga stasiun berikutnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com