Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hashim Ceritakan Kejengkelannya terhadap Ahok

Kompas.com - 16/09/2014, 06:58 WIB
Alsadad Rudi

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo menceritakan saat-saat menjelang Pilkada DKI 2012. Ketika itu, Hashim mengaku tidak setuju dengan keputusan partainya untuk mengusung Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama sebagai calon wakil gubernur mendampingi Joko Widodo. Menurut Hashim, ketidaksetujuannya terhadap keputusan partainya dilatarbelakangi kebenciannya terhadap Ahok.

Hashim mengatakan bahwa Ahok pernah menudingnya sebagai seorang pengemplang pajak. Kata Hashim, Ahok mengatakan hal tersebut saat ia tengah berupaya maju sebagai calon gubernur lewat jalur independen.

"Saya tidak setuju dengan Ahok karena dia pernah menghina saya. Dia datang sebagai calon gubernur independen ke Kampung Beting, di situ ada nama saya disebut. Tahu enggak Ahok bilang apa? Ah, Hashim itu pengemplang pajak," kata Hashim, di Jakarta, Senin (15/9/2014).

"Ahok itu harus pikir dulu baru bicara. Jangan bicara seenaknya tanpa berpikir. Saya merasa terhina waktu itu," tambah Hashim.

Hashim mengaku sangat tersinggung dengan pernyataan Ahok. Apalagi ia menilai tudingan Ahok sangat tidak berdasar karena beberapa bulan sebelumnya ia mengaku sudah membayar pajak dengan jumlah total sekitar Rp 280 miliar.

"Saya sudah bayar Rp 280 miliar pajak pribadi saya beberapa bulan sebelum pernyataan Ahok itu. Saya tersinggung. Dia belum tahu saya, belum tahu urusan saya pribadi. Kok bisa bilang saya pengemplang pajak," ujar adik kandung Prabowo Subianto itu.

Hashim berujar, pada akhirnya Ahok gagal maju sebagai calon gubernur independen karena tak bisa memenuhi syarat. Ia pun pada akhirnya datang ke Gerindra untuk menawarkan diri.

"Ahok yang menawarkan diri ke kita kok, minta bertemu Pak Prabowo," ujar Hashim.

Menurut Hashim, Prabowo-lah yang kemudian paling mati-matian ingin mencalonkan Ahok. Hashim mengaku sempat bertengkar dengan Prabowo gara-gara hal tersebut. Kengototan Prabowo, ujar Hashim, ditunjukkan dengan meyakinkan Jokowi dan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri agar mau menerima Ahok. Padahal, kata Hashim, pada awalnya Jokowi dan Mega tidak setuju dengan pencalonan Ahok.

"Tapi akhirnya semua setuju dan dia (Ahok) minta maaf waktu dia akan maju sebagai cawagub. Saya maafkan dia," tukas Hashim.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pembunuh Wanita Dalam Koper Transfer Uang Hasil Curian ke Ibunya Sebesar Rp 7 Juta

Pembunuh Wanita Dalam Koper Transfer Uang Hasil Curian ke Ibunya Sebesar Rp 7 Juta

Megapolitan
Pemulung Meninggal di Dalam Gubuk, Saksi: Sudah Tidak Merespons Saat Ditawari Kopi

Pemulung Meninggal di Dalam Gubuk, Saksi: Sudah Tidak Merespons Saat Ditawari Kopi

Megapolitan
Pemulung yang Tewas di Gubuk Lenteng Agung Menderita Penyakit Gatal Menahun

Pemulung yang Tewas di Gubuk Lenteng Agung Menderita Penyakit Gatal Menahun

Megapolitan
Polisi Ungkap Percakapan soal Hubungan Terlarang Pelaku dan Perempuan Dalam Koper Sebelum Pembunuhan

Polisi Ungkap Percakapan soal Hubungan Terlarang Pelaku dan Perempuan Dalam Koper Sebelum Pembunuhan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Kembali ke Kantor Usai Buang Jasad Korban

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Kembali ke Kantor Usai Buang Jasad Korban

Megapolitan
Pemkot Depok Akan Bebaskan Lahan Terdampak Banjir di Cipayung

Pemkot Depok Akan Bebaskan Lahan Terdampak Banjir di Cipayung

Megapolitan
Polisi Buru Maling Kotak Amal Mushala Al-Hidayah di Sunter Jakarta Utara

Polisi Buru Maling Kotak Amal Mushala Al-Hidayah di Sunter Jakarta Utara

Megapolitan
Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Ditemukan Meninggal Dunia

Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Ditemukan Meninggal Dunia

Megapolitan
Polisi Selidiki Pelaku Tawuran yang Diduga Bawa Senjata Api di Kampung Bahari

Polisi Selidiki Pelaku Tawuran yang Diduga Bawa Senjata Api di Kampung Bahari

Megapolitan
'Update' Kasus DBD di Tamansari, 60 Persen Korbannya Anak Usia SD hingga SMP

"Update" Kasus DBD di Tamansari, 60 Persen Korbannya Anak Usia SD hingga SMP

Megapolitan
Bunuh dan Buang Mayat Dalam Koper, Ahmad Arif Tersinggung Ucapan Korban yang Minta Dinikahi

Bunuh dan Buang Mayat Dalam Koper, Ahmad Arif Tersinggung Ucapan Korban yang Minta Dinikahi

Megapolitan
Pria yang Meninggal di Gubuk Wilayah Lenteng Agung adalah Pemulung

Pria yang Meninggal di Gubuk Wilayah Lenteng Agung adalah Pemulung

Megapolitan
Mayat Pria Ditemukan di Gubuk Wilayah Lenteng Agung, Diduga Meninggal karena Sakit

Mayat Pria Ditemukan di Gubuk Wilayah Lenteng Agung, Diduga Meninggal karena Sakit

Megapolitan
Tawuran Warga Pecah di Kampung Bahari, Polisi Periksa Penggunaan Pistol dan Sajam

Tawuran Warga Pecah di Kampung Bahari, Polisi Periksa Penggunaan Pistol dan Sajam

Megapolitan
Solusi Heru Budi Hilangkan Prostitusi di RTH Tubagus Angke: Bikin 'Jogging Track'

Solusi Heru Budi Hilangkan Prostitusi di RTH Tubagus Angke: Bikin "Jogging Track"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com