Supadmi mengatakan, dalam mengolah sampah, mereka menerapkan konsep pengelolaan sampah secara reduce, reuse, dan recycle (3R). Bank sampah dihadirkan untuk mendidik dan membantu masyarakat mengolah keuangan dan lingkungan.
Lingkungan menjadi bersih karena warga terbiasa memilah sampah kering (anorganik) dan sampah basah (organik). Sampah basah, seperti sisa makanan dan potongan sayur/buah, dikumpulkan di tong pembuat kompos bantuan pemerintah kota yang ditempatkan satu tong untuk tiap dua rumah.
Sampah kering berupa kertas, plastik, seng, besi, aluminium, dan botol/kaca, dipisah untuk dikirim ke tempat kumpul di RT. Setiap dua pekan, sampah anorganik dikirim ke unit untuk ditimbang dan dihitung harganya.
Ada 17 jenis klasifikasi sampah di Gawe Rukun. Setiap jenis dihargai tersendiri. Hasil penjualan sampah dimasukkan ke buku tabungan. Tabungan hanya bisa diambil menjelang Lebaran. Ini sudah kesepakatan bersama anggota.
Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Tangerang Ivan Yulianto menyebutkan, ada sekitar 300 bank sampah yang sudah terbangun dari 1.000 bank sampah yang direncanakan.
Dalam mengatasi 1.000 ton sampah yang dihasilkan warga setiap hari, kata Ivan, pihaknya juga melibatkan orang muda untuk membangun kampung bersih. Selain itu, diluncurkan juga program Tangerang Bersih dan Tangerang Jempol.
Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah mengatakan, penanganan sampah memerlukan perhatian semua pihak, termasuk kesadaran warga. Langkah ini juga mengoptimalkan proses mereduksi jumlah sampah yang harus diangkut ke TPA Rawa Kucing. Sampah teratasi, masyarakat pun hidup sehat dan mendapat tambahan pendapatan.
(Pingkan Elita Dundu)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.