Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petugas Parkir di Jalan Sabang Menanti Upah 2 Kali UMP dari Pemprov DKI

Kompas.com - 01/10/2014, 13:13 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Sejak diberlakukannya meteran parkir di Jalan Agus Salim alias Jalan Sabang, Menteng, Jakarta Pusat, juru parkir di sana merasa harus bekerja ekstra.

Beberapa dari mereka ingin meminta kejelasan dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta soal upah dua kali upah minimum provinsi (UMP) yang dijanjikan. [Baca: Belum Sepekan Dipasang, Meteran Parkir di Jalan Sabang Sudah Rusak]

"Soal kapan itu akan diberikan upah dua kali lipat, saya kurang tahu. Namun, saya dapat informasi dari teman-teman, gaji dua kali lipat itu seusai uji coba penerapan parkir meter selama tiga bulan," kata Heru (41), juru parkir di Jalan Sabang, Rabu (1/10/2014).

Heru yang tengah sibuk memandu para pengendara dalam menggunakan mesin parkir bermerek "Cale" ini juga mengeluhkan saat hari pertama uji coba. Saat itu, dia hanya diberi uang makan dan transportasi. [Baca: Ahok: Saya Kira Tawaran Upah 2 Kali UMP Cukup untuk Juru Parkir]

Upah tersebut diberikan salah satu perusahaan swasta yang bekerja sama dengan Pemrov DKI, yakni Rp 75.000 per harinya.

"Jadi, sejak hari pertama penerapan parkir meter, dalam sepekan itu hanya diberi upah Rp 75.000 per hari. Nah, sekarang kan 1 Oktober ya, pas 1 November 2014, baru digaji hanya UMP-nya saja. Itu Rp 2,4 juta," ujarnya.

Senada dengan petugas keamanan meteran parkir, Muchlis (51). Muchlis menuturkan, sejak kemarin, ia hanya diberi upah Rp 75.000 per hari. Terhitung 1 Oktober ini hingga 1 November, ia baru diberi gaji satu kali UMP.

"Wah senang saya mah kalau langsung dua kali lipat. Pak Sunardi Sinaga waktu itu janji sama kami. Uji coba parkir meter itu selama tiga bulan ke depan. Kalau sudah lewat tiga bulan, tepatnya awal tahun baru, digaji Rp 4 jutaan. Kata dia (Sunardi) begitu," ucap Muchlis.

Namun, soal adanya informasi juru parkir Sabang akan diberi upah minimum dua kali lipat, dia belum sepenuhnya percaya. "Wah... kami kerja lapangan Bos. Ikut saja dah omongan dia (Pemerintah DKI). Asal jangan bohong saja. Bohong ya tuntut!" ucapnya. (Panji Baskhara Ramadhan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com