Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Antrean Panjang untuk Berobat Gratis Itu Masih Ada

Kompas.com - 15/10/2014, 11:36 WIB
Unoviana Kartika

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Pagi itu, ratusan orang sudah memadati ruangan besar tepat di pintu masuk gedung Rumah Sakit Cipto Mangunkusumko. Tujuan mereka semua sama, memperoleh pengobatan, termasuk dengan menggunakan kartu Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.

Sekitar pukul 09.00, layar di depan loket sudah menunjukkan angka 400-an. Wati (37), yang anter sejak pukul 07.00, mendapat nomor antrean 495. Saking penuhnya orang, Wati tidak mendapatkan tempat duduk.

"Sudah biasa ini, emang selalu ngantre panjang begini. Dari saya pakai Kartu Jakarta Sehat (KJS) sampai sudah jadi JKN juga ngantre begini," ujar warga Pesanggrahan ini, Rabu (16/10/2014), di RSCM.

Antrean, kata dia, tidak hanya tuntas di loket pendaftaran jadwal berobat saja. Setelah dari loket ini, Wati masih harus antre di poli tempatnya akan memperoleh pengobatan. "Antrean di poli bahkan kadang lebih lama karena waktu satu pasien ketemu sama dokternya kan lama," tutur dia.

Kendati demikian, wanita yang menderita tumor paru-paru ini tidak terlalu mengeluhkan panjangnya antrean. Alasannya, ia sudah banyak terbantu dengan adanya BPJS, ia tak harus mengeluarkan biaya untuk pengobatannya yang ia yakini mahal itu.

Kamilah (52), calon pasien, mengungkapkan, antrean di loket rumah sakit kini sudah semakin baik. Jika dulu ia harus berdiri dan berdesakkan di loket, kini antrean sudah menggunakan nomor yang tertera di layar depan loket. Sehingga ia bisa mengantre sambil duduk.

"Saya sakit rematik, sakit kalau berdiri lama. Sekarang sudah agak mendingan kalau antrenya begini. Saya rasa sih juga makin cepat ya, cuma karena pesertanya banyak saja kali ya, makanya tetap panjang," ujar warga Tanah Tinggi ini.

Kepala Departemen Humas BPJS Kesehatan Irfan Humaidi menilai, antrean panjang untuk memperoleh pelayanan wajar terjadi. Ibarat jalan yang disesaki banyak kendaraan akan terjadi antrean.

"Demand-nya banyak, wajar kalau mengantre, tapi kan semuanya tetap mendapat pelayanan," kata dia, Selasa (14/10/2014).

Kendati demikian, kata Irfan, BPJS tidak tinggal diam dan terus memperbaiki sistem supaya dapat memangkas panjangnya antrean. Salah satunya dengan pengembangan sistem jembatan (bridging system) yang memungkinkan penggabungan antrean rumah sakit dan BPJS menjadi satu tahap tanpa saling mengintervensi. "Dengan adanya bridging system antrean bisa dipangkas 2-3 jam," kata dia.

Sementara itu, untuk memangkas antrean di poli, maka Irfan mengharapkan perbaikan kedisiplinan tenaga kesehatan yang melayani di sana. Misalnya datang tepat waktu dan melayani secara efisien, tujuannya untuk mempercepat pasien mendapat pelayanan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Paniknya Maling Motor di Koja, Ditangkap Warga Usai Aksinya Ketahuan sampai Minta Tolong ke Ibunya

Paniknya Maling Motor di Koja, Ditangkap Warga Usai Aksinya Ketahuan sampai Minta Tolong ke Ibunya

Megapolitan
Pengelola Minimarket Diminta Juga Tanggung Jawab atas Keamanan Kendaaraan yang Parkir

Pengelola Minimarket Diminta Juga Tanggung Jawab atas Keamanan Kendaaraan yang Parkir

Megapolitan
Soal Wacana Pekerjaan Bagi Jukir Minimarket, Pengamat: Tergantung 'Political Will' Heru Budi

Soal Wacana Pekerjaan Bagi Jukir Minimarket, Pengamat: Tergantung "Political Will" Heru Budi

Megapolitan
Heru Budi Janjikan Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket, Pengamat: Jangan Hanya Wacana!

Heru Budi Janjikan Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket, Pengamat: Jangan Hanya Wacana!

Megapolitan
Babak Baru Kasus Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Muncul 3 Tersangka Baru yang Ikut Terlibat

Babak Baru Kasus Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Muncul 3 Tersangka Baru yang Ikut Terlibat

Megapolitan
Solidaritas Pelaut Indonesia Minta Senioritas ala Militer di STIP Dihapuskan

Solidaritas Pelaut Indonesia Minta Senioritas ala Militer di STIP Dihapuskan

Megapolitan
Polisi Tangkap Pemalak Sopir Truk yang Parkir di Jalan Daan Mogot

Polisi Tangkap Pemalak Sopir Truk yang Parkir di Jalan Daan Mogot

Megapolitan
Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Megapolitan
'Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal'

"Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal"

Megapolitan
4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

Megapolitan
Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Megapolitan
Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Megapolitan
Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com