Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kadishub DKI Jawab Kemarahan Ahok

Kompas.com - 13/12/2014, 18:50 WIB
Alsadad Rudi

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Dinas Perhubungan DKI Muhammad Akbar mengatakan, pencabutan trayek angkutan umum tidak bisa dilakukan secara langsung. Karena berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, prosedur pencabutan trayek angkutan umum harus dilakukan melalui tiga kali teguran.

Hal itu disampaikan oleh Akbar menanggapi pernyataan Gubernur DKI Jakarta Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama yang menilai jajaran Dishub DKI tak becus dalam menindak angkutan yang sering ngetem di sembarang tempat.

"Setelah diberikan tiga kali surat peringatan, baru dicabut trayeknya. Kalau setelah trayeknya dicabut tapi masih nekat jalan, langsung dikandangkan. Itu yang diatur oleh undang-undang," kata Akbar seusai acara Teras Kita dengan tema "Sistem Transportasi Perkotaan", di Gedung Joang, Sabtu (13/12/2014).

Menurut Akbar, sejauh ini, jajarannya cukup aktif dalam menertibkan angkutan yang sering ngetem sembarangan karena telah banyak angkutan yang mendapat surat peringatan. Sementara itu, mengenai pembatasan kuota jumlah taksi, Akbar mengatakan bahwa ke depannya peraturan tersebut akan segera dicabut.

"Jadi, kita akan cabut dan bebaskan setiap taksi kalau mau menambah jumlah unitnya," ucap Akbar.

Sebelumnya, Ahok mengungkapkan kekesalannya terhadap jajaran di Dishub yang dinilainya tidak berani menindak bus-bus kota yang ngetem sembarangan. Selain masalah bus kota yang ngetem di sembarang tempat, Ahok juga menyoroti tidak diberikannya izin penambahan unit ke beberapa perusahaan taksi dengan alasan kuota yang diberikan telah penuh.

Menurut Ahok, tidak seharusnya Dishub membatasi kuota jumlah taksi karena sampai saat ini banyak perusahaan taksi yang masih memiliki kuota, tetapi tak mampu untuk memenuhi kuota miliknya itu.

"Yang kuotanya sudah penuh tidak dikasih izin, yang kuotanya masih ada enggak mampu nambah. Akhirnya muncul perusahaan baru, Pusaka (Blue Bird Group), bukanya di Tangerang, Bekasi," ujar mantan Bupati Belitung Timur itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Warga Matraman Keluhkan Air Mati Setiap Malam, Berbulan-bulan Tak Ada Perbaikan

Warga Matraman Keluhkan Air Mati Setiap Malam, Berbulan-bulan Tak Ada Perbaikan

Megapolitan
'Ada Pedagang Warkop Kecil di Pinggir Jalan, Bisa Kasih Hewan Kurban ke Sini...'

"Ada Pedagang Warkop Kecil di Pinggir Jalan, Bisa Kasih Hewan Kurban ke Sini..."

Megapolitan
Penghuni Kolong Jembatan Keluhkan Air Sungai Ciliwung Bau Usai Pemotongan Hewan Kurban

Penghuni Kolong Jembatan Keluhkan Air Sungai Ciliwung Bau Usai Pemotongan Hewan Kurban

Megapolitan
Waswasnya Warga yang Tinggal di Kolong Jembatan Jalan Sukabumi pada Musim Hujan...

Waswasnya Warga yang Tinggal di Kolong Jembatan Jalan Sukabumi pada Musim Hujan...

Megapolitan
Jumlah Kambing Kurban di Masjid Sunda Kelapa Menurun, Pengurus: Kualitas yang Utama, Bukan Kuantitas

Jumlah Kambing Kurban di Masjid Sunda Kelapa Menurun, Pengurus: Kualitas yang Utama, Bukan Kuantitas

Megapolitan
Lebaran yang Seperti Hari Biasanya di Kolong Jembatan Jalan Sukabumi

Lebaran yang Seperti Hari Biasanya di Kolong Jembatan Jalan Sukabumi

Megapolitan
Polisi Tangkap 3 Tersangka Pemalsuan Uang Rp 22 Miliar di Jakarta Barat

Polisi Tangkap 3 Tersangka Pemalsuan Uang Rp 22 Miliar di Jakarta Barat

Megapolitan
Ibu Asal Bekasi yang Cabuli Anaknya Jalani Tes Kesehatan Mental

Ibu Asal Bekasi yang Cabuli Anaknya Jalani Tes Kesehatan Mental

Megapolitan
OTK Konvoi di Kemayoran, Tembak Warga Pakai 'Airsoft Gun'

OTK Konvoi di Kemayoran, Tembak Warga Pakai "Airsoft Gun"

Megapolitan
Jumlah Kambing yang Dikurbankan di Masjid Agung Sunda Kelapa Menteng Menurun Drastis

Jumlah Kambing yang Dikurbankan di Masjid Agung Sunda Kelapa Menteng Menurun Drastis

Megapolitan
Masjid Sunda Kelapa Bagikan 4.000 Kantong Daging Kurban, Ada dari Ma'ruf Amin hingga Megawati

Masjid Sunda Kelapa Bagikan 4.000 Kantong Daging Kurban, Ada dari Ma'ruf Amin hingga Megawati

Megapolitan
Anies Baswedan: Lebih Penting 'Ngomongin' Kampung Bayam...

Anies Baswedan: Lebih Penting "Ngomongin" Kampung Bayam...

Megapolitan
Anies Sembelih Sapi Kurban Sendiri: Saya Membayangkan Bagaimana Rasanya Menjadi Ibrahim

Anies Sembelih Sapi Kurban Sendiri: Saya Membayangkan Bagaimana Rasanya Menjadi Ibrahim

Megapolitan
Penjual Hewan Kurban di Bekasi Bikin Promo: Beli Sapi Gratis Domba dan Golok

Penjual Hewan Kurban di Bekasi Bikin Promo: Beli Sapi Gratis Domba dan Golok

Megapolitan
Anies Enggan Tanggapi Calon Kompetitor: Lebih Penting Memikirkan Nasib Warga

Anies Enggan Tanggapi Calon Kompetitor: Lebih Penting Memikirkan Nasib Warga

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com