"Dari 2013, marbot dapat intensif sekitar Rp 200 ribu per bulan. Ini belum ideal. Kalau saya maunya (tunjangan marbot) setara dengan RT/RW karena mereka itu eksitensinya lebih bagus. Bangun lebih awal, korban waktu. Kalau Rp 1,5 per bulan, dia bisa fokus memakmurkan masjid," kata Sekretaris DMI DKI Jakarta Agus Sofyan, di Balai Kota DKI Jakarta, Selasa (16/12/2014).
Selain Marbot, Agus juga menyarankan agar Pemerintah Provinsi DKI memberikan tunjangan untuk para guru ngaji. Menurut Agus, saat ini, para guru ngaji hanya mengandalkan penghasilan dari anak didiknya. Adapun penghasilan bersih yang mereka kantongi setiap bulannya hanya berkisar Rp 100-200 ribu. Jumlah tersebut, kata Agus, masih belum ideal karena seharusnya para guru mengaji mendapat bayaran sekitar 700-800 ribu per bulan.
"(Guru mengaji) kurang diperhatikan. Gajinya Rp 100-200 ribu per bulan. Itu paling anak muridnya yang ngasih uang. Bahkan ada yang ikhlas (tanpa bayaran). Idealnya gaji buat guru mengaji sekitar Rp 700-800 ribuan," ujar dia.
Agar tunjangan yang diberikan tepat sasaran, Agus menyarankan agar diterapkan syarat-syarat khusus, meliputi guru mengaji yang berhak diberikan tunjangan adalah mereka yang mengajar di Taman Pendidikan Quran (TPQ), memiliki murid, minimal sudah lama mengajar, dan punya potensi sebagai guru mengaji.
"Tamatan pesantren banyak yang menganggur, sayang kan kalau potensi mereka tidak dimanfaatkan. Jadi anak-anak kita yang belum dapat pekerjaan, bisa mendapatkan lapangan kerja juga. Mendidik anak kecil mengenal agama, supaya tidak buta huruf (Alquran)," ucap Agus.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.