Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taman Kota Seruwet Birokrasi

Kompas.com - 22/12/2014, 14:01 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Tahun 2014 menjadi awal penataan kawasan Monumen Nasional. Tahapan demi tahapan dilakukan untuk memperbaiki wajah Monas yang kadung ruwet. Namun, hasilnya belum terlihat. Di akhir pekan, kawasan yang berhadapan langsung dengan Balai Kota ini tak ubahnya pasar malam.

Deru sepeda motor mini mewarnai kawasan Taman Monumen Nasional (Monas). Anak-anak bergembira di atas jok kendaraan sewaan. Meskipun belum cukup umur, mereka terlihat lihai membawa kendaraan roda dua itu berkeliling jalur di antara batu-batu alam Taman Monas.

Sepeda motor sewaan itu hanya satu dari puluhan jenis permainan di dalam area Monas. Aneka jenis permainan lain menyebar di taman ini saat akhir pekan. Bukan mainan yang berukuran kecil, melainkan permainan yang membutuhkan ruang besar seperti balon perosotan dan komidi putar. Pedagang keliling dengan santai menawarkan aneka makanan, minuman, pakaian, hingga tikar. Tentu saja, semua permainan ini ilegal.

Begitu masifnya pedagang berjualan, seakan menghilangkan gaung penertiban yang dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sejak dua tahun terakhir.

Keberadaan pedagang kaki lima (PKL) dengan aneka ragam barang dagangannya merupakan salah satu wujud kekacauan penataan di Monas ini. Pintu gerbang tetap bisa ditembus meskipun dijaga petugas. Sejumlah besi pagar sudah digergaji. Semuanya mewujudkan betapa longgarnya Monas.

Penggiat Indonesia Hijau, Nirwono Joga, mengatakan, seorang tukang foto keliling di Monas bisa mengantongi Rp 2,8 juta per bulan. ”Artinya, perputaran uang di sini sangat tinggi,” ujarnya.

Keberadaan pedagang lantas menimbulkan persoalan lanjutan seperti sampah yang bertebaran dan rusaknya taman. Gorong-gorong di sisi utara dibuat mampat oleh pedagang agar bisa dijadikan tempat penyimpanan barang dagangan. Batu alam yang ditata sebagai jalur pedestrian banyak yang rusak. Salah satunya akibat terkena tancapan paku untuk mendirikan tenda pedagang makanan yang memakai gerobak.

Karut-marut penataan Monas juga terlihat dari sulitnya perusahaan memberikan bantuan termasuk CSR (tanggung jawab sosial perusahaan). Pembangunan Lenggang Jakarta sebagai pusat kuliner dan suvenir Monas beberapa kali molor dari tenggat penyelesaian. Hingga pertengahan Desember, lokasi ini belum beroperasi. Salah satunya karena masih ada mobil-mobil pemerintah yang tidak terpakai lagi, tetapi diparkir di area tersebut.

Rumuskan karakter

Nirwono berpendapat, sembari melakukan penataan, Pemprov DKI perlu merumuskan karakter kawasan Monas. ”Sekarang, semua kegiatan bisa diadakan di Monas. Jadinya, kawasan ini tidak punya karakter. Pedagang juga mudah masuk jika ada acara di kawasan Monas. Kalau ada karakter yang jelas, ada juga konsekuensinya, termasuk seleksi kegiatan yang boleh diadakan di Monas,” kata Nirwono.

Saat ini, dalam sebulan, kegiatan yang diadakan di Monas bisa mencapai 10 kali. Beberapa kegiatan bisa diselenggarakan setelah mendapatkan rekomendasi dari pejabat Pemprov DKI Jakarta. Padahal, kegiatan itu tidak relevan diadakan di kawasan Monas.

Kepala UP Kawasan Monas Rini Hariyani mengatakan, idealnya, kegiatan yang boleh diadakan di kawasan Monas terbatas untuk upacara, olahraga, dan budaya.

Selain itu, Monas yang merupakan kawasan taman terbesar di pusat kota ini perlu kembali ditata tamannya. Salah satunya adalah segera mensterilkan taman ini dari kegiatan PKL yang justru kerap merusak taman.

Rini juga berencana menjadikan Taman Monas sebagai tempat edukasi. ”Dulu, ada sisi taman yang dijadikan tempat tumbuh tanaman khas dari provinsi di seluruh Indonesia. Tapi, sekarang, tanamannya entah di mana. Ini yang perlu diperbaiki lagi,” katanya.

Beberapa fasilitas lain juga rusak saat diserahkan ke UP Kawasan Monas. Salah satunya adalah air mancur joget. Beberapa air mancur lainnya juga rusak. Ada pula kolam yang tidak memiliki saluran pembuangan air dan terdapat lumpur tebal.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dikritik Ahok soal Penonaktifan NIK KTP Warga Jakarta, Heru Budi Buka Suara

Dikritik Ahok soal Penonaktifan NIK KTP Warga Jakarta, Heru Budi Buka Suara

Megapolitan
Walkot Depok Terbitkan Aturan Soal 'Study Tour', Minta Kegiatan Dilaksanakan di Dalam Kota

Walkot Depok Terbitkan Aturan Soal "Study Tour", Minta Kegiatan Dilaksanakan di Dalam Kota

Megapolitan
Rumahnya Digusur Imbas Normalisasi Kali Ciliwung, Warga: Kita Ikut Aturan Pemerintah Saja

Rumahnya Digusur Imbas Normalisasi Kali Ciliwung, Warga: Kita Ikut Aturan Pemerintah Saja

Megapolitan
KPU Kota Bogor Lantik 30 Anggota PPK untuk Kawal Pilkada 2024

KPU Kota Bogor Lantik 30 Anggota PPK untuk Kawal Pilkada 2024

Megapolitan
Mau Bikin 'Pulau Sampah', Heru Budi: Sampah Sudah Enggak Bisa Dikelola di Lahan Daratan

Mau Bikin "Pulau Sampah", Heru Budi: Sampah Sudah Enggak Bisa Dikelola di Lahan Daratan

Megapolitan
Polri Gerebek Gudang Penyelundupan 91.246 Benih Bening Lobster di Bogor

Polri Gerebek Gudang Penyelundupan 91.246 Benih Bening Lobster di Bogor

Megapolitan
Walkot Jaksel: Warga Rawajati yang Terdampak Normalisasi Ciliwung Tidak Ada yang Protes

Walkot Jaksel: Warga Rawajati yang Terdampak Normalisasi Ciliwung Tidak Ada yang Protes

Megapolitan
4 Pelaku Sudah Ditangkap, Mobil Curian di Tajur Bogor Belum Ditemukan

4 Pelaku Sudah Ditangkap, Mobil Curian di Tajur Bogor Belum Ditemukan

Megapolitan
Ketua DTKJ Daftar Cawalkot Tangerang, Janjikan Integrasi Bus Tayo dengan KRL dan Transjakarta

Ketua DTKJ Daftar Cawalkot Tangerang, Janjikan Integrasi Bus Tayo dengan KRL dan Transjakarta

Megapolitan
Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Diserang Begal dengan Diterima Jadi Polisi

Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Diserang Begal dengan Diterima Jadi Polisi

Megapolitan
Polisi Pastikan Hanya 4 Pelaku Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Polisi Pastikan Hanya 4 Pelaku Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Megapolitan
Tangisan Ibu Vina Cirebon Saat Bertemu Hotman Paris, Berharap Kasus Pembunuhan Sang Anak Terang Benderang

Tangisan Ibu Vina Cirebon Saat Bertemu Hotman Paris, Berharap Kasus Pembunuhan Sang Anak Terang Benderang

Megapolitan
Wanita Hamil Tewas di Kelapa Gading, Korban Sempat Bersetubuh Sebelum Ditinggal Kekasihnya

Wanita Hamil Tewas di Kelapa Gading, Korban Sempat Bersetubuh Sebelum Ditinggal Kekasihnya

Megapolitan
Dishub Tertibkan 127 Jukir Liar di 66 Lokasi di Jakarta

Dishub Tertibkan 127 Jukir Liar di 66 Lokasi di Jakarta

Megapolitan
4 Pencuri Mobil di Bogor Ditangkap, Salah Satunya Residivis

4 Pencuri Mobil di Bogor Ditangkap, Salah Satunya Residivis

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com