Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Ada Lagi "Rangga Rangga" Lain yang Gantung Diri!

Kompas.com - 19/01/2015, 08:16 WIB
Robertus Belarminus

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Kasus bunuh diri yang diduga dilakukan Arangga (14), seorang pelajar SMP yang tinggal di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan, membuat prihatin banyak pihak. Pada usia belia, Arangga alias Angga memilih jalan yang tragis dengan mengakhiri hidupnya melalui cara menggantung diri di dalam lemari.

Pemerhati anak Seto Mulyadi alias Kak Seto menuturkan, beragam faktor menjadi penyebab anak akhirnya mengadopsi pengaruh tak baik dari lingkungannya. Hubungan yang tak harmonis dalam keluarga, pertemanan atau lingkungannya, dan juga kebiasaan anak menyerap informasi negatif dari media bisa menjadi beberapa faktor pemicunya.

"Anak seperti itu merasa terasingkan, dia merasa tidak ada yang peduli dengannya, tidak punya teman curhat. Kemudian dia mendapat pengaruh tidak jelas dari media. Misalnya, dari media dia melihat bahwa ada tempat yang lebih baik daripada saat ini. Akhirnya dia memilih cara itu. Dia merasa buat apa lagi hidup ini," kata Kak Seto kepada Kompas.com, Senin (19/1/2015) pagi.

Kak Seto melanjutkan, kondisi terasingkan tersebut membuat anak tidak mampu menghadapi masalahnya. Akhirnya, lanjut dia, anak tak dapat menghindari hal nekat yang mengancamnya.

Pada kondisi anak yang mengalami perceraian orangtua juga bisa berdampak buruk. "Tapi ada beberapa kasus perceraian yang penyelesaiannya dilakukan dengan baik. Sehingga anak itu tidak kehilangan kedua orangtuanya. Tetap hak anak itu ada, dan dia bisa mendapatkannya baik dari ayahnya atau ibunya. Saya kira itu tidak terlalu mengganggu," ujar Kak Seto.

Anak yang mengalami perceraian orangtua, lanjut Kak Seto, butuh pula perhatian dari orang terdekat di sekelilingnya, misalnya keluarga, teman, bahkan lingkungan RT dan RW tempat tinggal si anak.

"Lingkungan harus peduli, pertama keluarga, misalnya paman, om, bibi, kakek, dan neneknya. Harus inget, anak butuh perhatian, dan menjadi tempat dia curhat, mengeluarkan berbagai perasaan frustrasinya," ujar Kak Seto.

Pada kondisi anak yang frustrasi, menurut Kak Seto, jika tak ada masukan positif, bisa berdampak negatif. Misalnya, sambung Kak Seto, membawa si anak pada situasi yang murung. Mereka juga frustrasi. Jika sudah begitu, anak bisa mengambil tindakan agresif, misalnya ke narkoba atau geng motor.

Kasus semacam Angga, lanjut Kak Seto, bisa diatasi dengan menghindari pengaruh negatif bagi anak. Kak Seto pun menganjurkan agar suatu lingkungan, melalui RT dan RW, memiliki semacam satgas perlindungan anak. "Sehingga bisa menghindari hal yang mengancam anak untuk melakukan tindakan nekat," ujar Kak Seto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Waswasnya Warga yang Tinggal di Kolong Jembatan Jalan Sukabumi pada Musim Hujan...

Waswasnya Warga yang Tinggal di Kolong Jembatan Jalan Sukabumi pada Musim Hujan...

Megapolitan
Jumlah Kambing Kurban di Masjid Sunda Kelapa Menurun, Pengurus: Kualitas yang Utama, Bukan Kuantitas

Jumlah Kambing Kurban di Masjid Sunda Kelapa Menurun, Pengurus: Kualitas yang Utama, Bukan Kuantitas

Megapolitan
Lebaran yang Seperti Hari Biasanya di Kolong Jembatan Jalan Sukabumi

Lebaran yang Seperti Hari Biasanya di Kolong Jembatan Jalan Sukabumi

Megapolitan
Polisi Tangkap 3 Tersangka Pemalsuan Uang Rp 22 Miliar di Jakarta Barat

Polisi Tangkap 3 Tersangka Pemalsuan Uang Rp 22 Miliar di Jakarta Barat

Megapolitan
Ibu Asal Bekasi yang Cabuli Anaknya Jalani Tes Kesehatan Mental

Ibu Asal Bekasi yang Cabuli Anaknya Jalani Tes Kesehatan Mental

Megapolitan
OTK Konvoi di Kemayoran, Tembak Warga Pakai 'Airsoft Gun'

OTK Konvoi di Kemayoran, Tembak Warga Pakai "Airsoft Gun"

Megapolitan
Jumlah Kambing yang Dikurbankan di Masjid Agung Sunda Kelapa Menteng Menurun Drastis

Jumlah Kambing yang Dikurbankan di Masjid Agung Sunda Kelapa Menteng Menurun Drastis

Megapolitan
Masjid Sunda Kelapa Bagikan 4.000 Kantong Daging Kurban, Ada dari Ma'ruf Amin hingga Megawati

Masjid Sunda Kelapa Bagikan 4.000 Kantong Daging Kurban, Ada dari Ma'ruf Amin hingga Megawati

Megapolitan
Anies Baswedan: Lebih Penting 'Ngomongin' Kampung Bayam...

Anies Baswedan: Lebih Penting "Ngomongin" Kampung Bayam...

Megapolitan
Anies Sembelih Sapi Kurban Sendiri: Saya Membayangkan Bagaimana Rasanya Menjadi Ibrahim

Anies Sembelih Sapi Kurban Sendiri: Saya Membayangkan Bagaimana Rasanya Menjadi Ibrahim

Megapolitan
Penjual Hewan Kurban di Bekasi Bikin Promo: Beli Sapi Gratis Domba dan Golok

Penjual Hewan Kurban di Bekasi Bikin Promo: Beli Sapi Gratis Domba dan Golok

Megapolitan
Anies Enggan Tanggapi Calon Kompetitor: Lebih Penting Memikirkan Nasib Warga

Anies Enggan Tanggapi Calon Kompetitor: Lebih Penting Memikirkan Nasib Warga

Megapolitan
Heru Budi: Selamat Idul Adha, Selamat Libur Panjang...

Heru Budi: Selamat Idul Adha, Selamat Libur Panjang...

Megapolitan
Gibran Sumbang Sapi 1 Ton untuk Pertama Kalinya ke Masjid Istiqlal

Gibran Sumbang Sapi 1 Ton untuk Pertama Kalinya ke Masjid Istiqlal

Megapolitan
Anies Sekeluarga Jalan Kaki ke Masjid Babul Khoirot untuk Shalat Idul Adha

Anies Sekeluarga Jalan Kaki ke Masjid Babul Khoirot untuk Shalat Idul Adha

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com