JAKARTA, KOMPAS.com - Hari Raya Idul Adha 1445 Hijriah tidak membuat suasana tempat tinggal Idi (51) menjadi semarak.
Tak ada keriuhan pemotongan hewan kurban. Tak ada keramaian sanak keluarga. Tak ada pula aneka makanan khas Lebaran, apalagi kue-kue di dalam toples yang plesternya sulit dibuka.
Di kolong jembatan Jalan Sukabumi, yang menghubungkan Menteng, Jakarta Pusat dengan Manggarai, Jakarta Selatan itu, semua berjalan seperti hari biasa.
Saat Kompas.com mendatangi "istana"-nya, Senin (17/6/2024) sekitar pukul 10.00 WIB, Idi sedang mandi.
Baca juga: HUT Ke-497 Jakarta, Perayaan Besar Menuju Kota Global
Sekitar sepuluh menit kemudian, ia keluar dari kamar mandi. Airnya diambil dari sungai yang keruh menggunakan seutas tali yang terikat pada sebuah ember plastik.
Rupanya, ia baru pulang dari mencari barang-barang rongsokan sejak dini hari.
"Dari pagi saya bawa karung keliling nyari-nyari kardus," ujar Idi sembari menggosok-gosokkan handuk ke rambutnya.
Ia mengatakan, setiap hari raya, memang seperti inilah keadaannya. Ia dan tiga orang lain yang tinggal di kolong jembatan tetap bekerja mencari barang-barang rongsokan.
Idi sendiri merupakan asal Lampung. Sanak saudaranya berada di sana semua sehingga tak memungkinkan ia bersilaturahim, begitu pula sebaliknya.
Baca juga: Rayakan Malam Tahun Baru dengan Warga di Monas, Heru Budi: Kita Dukung Jakarta Jadi Kota Global
Saat ditanya apakah menunaikan salat, Idi menggelengkan kepalanya sembari tersenyum tipis.
"Ya namanya kita begini. Mau salat, gimana perasaannya, gitu," ujar Idi.
Tetapi, ia mengaku tetap menjalankan salat lima waktu di kolong jembatan tersebut.
Suasana Idul Adha di kolong jembatan sangatlah berbeda dengan suasana Idul Adha di perkampungan pada umumnya.
Di atas jembatan, warga berbondong-bondong mengantre mendapatkan daging. Tetapi bagi warga kolong jembatan, untuk mengantre pun akan merugikan mereka.
"Kalau mau nyari kupon, minimal lima jam harus antre. Kadang jam 22.00 WIB dapat dari mobil, itu juga dikasih sisa-sisanya untuk anak jalanan," ujar Idi.
Baca juga: Potret Kemiskinan di Dekat Istana, Warga Tanah Tinggi Tidur Bergantian karena Sempitnya Hunian