JAKARTA, KOMPAS.com - Sore yang cerah mendadak suram. Awan hitam berarak menutup langit Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Sabtu (7/2) sore. Gelap semakin pekat saat mentari terbenam. Namun, pulau yang dihuni 435 keluarga itu berangsur terang. Lampu berpijar dari rumah-rumah warga, jalanan, dermaga, serta fasilitas umum lain.
Selepas petang, denyut kian terasa. Alunan musik terdengar dari penginapan dan sejumlah warung makan. Pengunjung hilir mudik di jalanan utama dan beberapa dermaga menikmati suasana malam. Akhir pekan atau saat musim liburan menjadi saat yang meriah di Pulau Pramuka.
Di salah satu penginapan, lokasi acara kumpul keluarga, pengunjung berjingkrak dan bernyanyi dengan pengeras suara. Di penginapan lain, wisatawan mengisi malam seusai snorkeling dan menyelam dengan berkaraoke. Sebagian berkerumun dan mengobrol santai di dermaga di bawah lampu- lampu utama yang berderet di pantai barat.
Tiga tahun terakhir, Pramuka telah berubah. Pasokan listrik melalui kabel bawah laut membuat pulau seluas 16 hektar itu menyala siang malam. Usaha pariwisata dan segenap pendukungnya bergerak tanpa sekat waktu. Fasilitas publik, seperti instalasi pengolah limbah rumah tangga, pun bisa beroperasi 24 jam.
”Sebelum 2012, suasana tak seramai sekarang. Listrik sangat terbatas, nyala lampu tak sebanyak ini, termasuk alat-alat elektronik, seperti televisi dan AC. Lewat pengeras suara masjid, aparat bahkan meminta warga mematikan AC kamar-kamar penginapan, meski sedang ada pengunjung karena daya tak cukup,” kata Manap (56), warga Pulau Pramuka.
Ketika itu listrik bisa anjlok sewaktu-waktu dan seisi pulau gelap jika batas kemampuan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Pramuka terlampaui. Selain itu, pasokan listrik hanya berlangsung dari pukul 16.00 hingga pukul 07.00 dalam situasi normal. Saat ada kerusakan pembangkit atau saat bahan bakar solar habis atau terlambat tiba dari Jakarta, listrik bisa mati berjam-jam, bahkan seharian.
Sejumlah pemilik penginapan mengantisipasi mati listrik dengan pembangkit mini (generator) berbahan bakar solar atau bensin premium. Mereka menyalakannya saat pasokan PLTD terputus atau ketika pasokan listrik tak mampu memenuhi kebutuhan tamu.
Di banyak pintu penginapan, pengelola memasang stiker dan kertas berisi pesan agar penghuni menghemat listrik. Pengelola kadang harus datang untuk mengingatkan tamunya. Bunyinya antara lain ”Matikan yang tak perlu, listrik terbatas!”
Tenaga diesel
Keterbatasan listrik benar-benar tak pas dengan keberadaan Pulau Pramuka sebagai penghubung pulau-pulau wisata. Di Pramuka, wisatawan biasa bermalam karena alternatif penginapan relatif banyak, sementara siangnya mereka menyelam atau sekadar berenang di pulau-pulau kecil di sekitarnya. Tanpa pasokan listrik yang memadai dan kerap putus, pulau ini sepi pada malam hari.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.