Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemerdekaan Listrik di Pulau Pramuka

Kompas.com - 23/02/2015, 21:45 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Sore yang cerah mendadak suram. Awan hitam berarak menutup langit Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Sabtu (7/2) sore. Gelap semakin pekat saat mentari terbenam. Namun, pulau yang dihuni 435 keluarga itu berangsur terang. Lampu berpijar dari rumah-rumah warga, jalanan, dermaga, serta fasilitas umum lain.

Selepas petang, denyut kian terasa. Alunan musik terdengar dari penginapan dan sejumlah warung makan. Pengunjung hilir mudik di jalanan utama dan beberapa dermaga menikmati suasana malam. Akhir pekan atau saat musim liburan menjadi saat yang meriah di Pulau Pramuka.

Di salah satu penginapan, lokasi acara kumpul keluarga, pengunjung berjingkrak dan bernyanyi dengan pengeras suara. Di penginapan lain, wisatawan mengisi malam seusai snorkeling dan menyelam dengan berkaraoke. Sebagian berkerumun dan mengobrol santai di dermaga di bawah lampu- lampu utama yang berderet di pantai barat.

Tiga tahun terakhir, Pramuka telah berubah. Pasokan listrik melalui kabel bawah laut membuat pulau seluas 16 hektar itu menyala siang malam. Usaha pariwisata dan segenap pendukungnya bergerak tanpa sekat waktu. Fasilitas publik, seperti instalasi pengolah limbah rumah tangga, pun bisa beroperasi 24 jam.

”Sebelum 2012, suasana tak seramai sekarang. Listrik sangat terbatas, nyala lampu tak sebanyak ini, termasuk alat-alat elektronik, seperti televisi dan AC. Lewat pengeras suara masjid, aparat bahkan meminta warga mematikan AC kamar-kamar penginapan, meski sedang ada pengunjung karena daya tak cukup,” kata Manap (56), warga Pulau Pramuka.

Ketika itu listrik bisa anjlok sewaktu-waktu dan seisi pulau gelap jika batas kemampuan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Pramuka terlampaui. Selain itu, pasokan listrik hanya berlangsung dari pukul 16.00 hingga pukul 07.00 dalam situasi normal. Saat ada kerusakan pembangkit atau saat bahan bakar solar habis atau terlambat tiba dari Jakarta, listrik bisa mati berjam-jam, bahkan seharian.

Sejumlah pemilik penginapan mengantisipasi mati listrik dengan pembangkit mini (generator) berbahan bakar solar atau bensin premium. Mereka menyalakannya saat pasokan PLTD terputus atau ketika pasokan listrik tak mampu memenuhi kebutuhan tamu.

Di banyak pintu penginapan, pengelola memasang stiker dan kertas berisi pesan agar penghuni menghemat listrik. Pengelola kadang harus datang untuk mengingatkan tamunya. Bunyinya antara lain ”Matikan yang tak perlu, listrik terbatas!”

Tenaga diesel

Keterbatasan listrik benar-benar tak pas dengan keberadaan Pulau Pramuka sebagai penghubung pulau-pulau wisata. Di Pramuka, wisatawan biasa bermalam karena alternatif penginapan relatif banyak, sementara siangnya mereka menyelam atau sekadar berenang di pulau-pulau kecil di sekitarnya. Tanpa pasokan listrik yang memadai dan kerap putus, pulau ini sepi pada malam hari.

”Serba salah jadinya kepada tamu. Tak enak meminta mereka mematikan AC, televisi, atau kipas, sementara udara panas, tak nyaman untuk beristirahat, dan listrik sewaktu-waktu padam. Namun, kini sudah jauh lebih baik,” kata Sultoni (32), anggota staf pengelola salah satu penginapan di Pulau Pramuka.

Seperti pulau berpenduduk lain di kawasan Kepulauan Seribu Utara, listrik di Pulau Pramuka hanya dipasok PLTD sebelum 2012. Ada dua mesin pembangkit di PLTD Pramuka, masing-masing berkapasitas 250 kVA dan 500 kVA. Namun, jumlahnya jauh dari mencukupi kebutuhan 435 keluarga penghuni pulau.

Selain itu, operasi PLTD itu juga kerap terganggu. Kerusakan komponen, keterlambatan pasokan solar, dan anjlok karena beban berlebih menjadi ”menu” rutin. Bagi Alwi (50), salah satu operator PLTD Pramuka, tantangan mengelola PLTD jauh lebih berat. Jika salah perhitungan sedikit, bisa jadi sasaran keluhan warga.

PLTD juga dinilai boros dan tak ramah lingkungan. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta rata-rata menganggarkan Rp 20 miliar per tahun untuk operasi PLTD tersebut. Sebagian besar anggaran untuk membeli solar, selain untuk perawatan pembangkit dan jaringan listrik ke rumah-rumah warga.

Rabu, 22 Februari 2012, adalah momen besar bagi warga Pulau Pramuka. Ketika itu, Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo hadir sendiri ke Pulau Panggang untuk meresmikan aliran listrik Perusahaan Listrik Negara (PLN) ke enam pulau melalui kabel bawah laut. Enam pulau itu adalah Pramuka, Harapan, Panggang, Kelapa, Kelapa Dua, dan Karya. Totalnya sekitar 3.100 pelanggan baru listrik PLN di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com