Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kepala Sekolah Anggap Keberadaan UPS Tidak Terlalu Penting

Kompas.com - 27/02/2015, 15:14 WIB
Nur Azizah

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Pengadaan perangkat uninterruptible power supply (UPS) atau baterai cadangan di sekolah-sekolah di Jakarta dianggap sebagai kebutuhan yang tidak terlalu mendesak. Apalagi jika anggaran yang dibutuhkan untuk membeli UPS itu mencapai miliaran rupiah.

Kepala Sekolah SMA Negeri 16 Jakarta Barat, Cedarkurnia, menilai keberadaan UPS di sekolahnya belum begitu penting. Sebelum menerima alat tersebut, kegiatan belajar mengajar di SMAN 16 tetap berjalan dengan baik.

"UPS enggak terlalu urgent banget sih kalau di sini. Kemarin sebelum ada UPS, kegiatan di sekolah juga masih bisa berjalan. Lebih baik (anggaran) buat perbaikan sekolah," kata Cedarkurnia saat ditemui di ruang kerjanya, Jumat (27/2/2015).

Cedarkurnia setuju bahwa UPS memberi manfaat bagi kelanggengan operasional peralatan elektronik. Pada saat listrik padam, misalnya, UPS membuat perangkat elektronik di sekolah tetap berjalan tanpa gangguan. Dengan begitu, komputer karyawan dan laboratorium komputer masih bisa dioperasikan selama masih ada pasokan listrik dalam UPS.

Rencana pengadaan UPS di sekolah-sekolah di Jakarta itu mencuat setelah Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menemukan sejumlah anggaran mencurigakan pada Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) DKI tahun 2015. Anggaran "siluman" ini ternyata sudah ada pada APBD 2014. SMAN 16 termasuk salah satu sekolah yang mendapat UPS dengan anggaran sebesar lebih dari Rp 5,8 miliar (Baca Hasil Penyelidikan Ahok, 49 Sekolah Terima UPS Anggaran "Siluman").

Selain SMAN 16, sekolah lain yang dianggarkan mendapat UPS adalah SMAN 78. Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas SMAN 78 Sumarna mengatakan, UPS bukanlah perangkat yang harus diadakan di sekolah tersebut. Tanpa UPS pun, kata Sumarna, kegiatan belajar-mengajar masih bisa berjalan.

"Tidak terganggu kalau enggak ada UPS. Barang itu kan hanya memperlancar dan mempercepat kegiatan saja," ujar Sumarna.

Sumarna mengatakan bahwa SMAN 78 tidak pernah mengajukan dan meminta UPS kepada siapa pun. Menurut dia, UPS itu tiba-tiba diantar ke sekolah kira-kira pada November 2014. Pihak sekolah pun dilarang bertanya terkait pengadaan UPS.

"Kalau barang datang, terima saja. Jangan banyak tanya. Kalau enggak mau, kami kasih ke sekolah lain," kata Sumarna menirukan gaya bicara petugas yang datang membawa UPS.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tangis Haru dan Sujud Syukur Casis Bintara yang Dibegal Usai Diterima Kapolri Jadi Polisi...

Tangis Haru dan Sujud Syukur Casis Bintara yang Dibegal Usai Diterima Kapolri Jadi Polisi...

Megapolitan
Hadiah Sehabis Musibah bagi Satrio, Diterima Jadi Polisi meski Gagal Ujian akibat Dibegal

Hadiah Sehabis Musibah bagi Satrio, Diterima Jadi Polisi meski Gagal Ujian akibat Dibegal

Megapolitan
Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

Megapolitan
Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Megapolitan
Pria di Kali Sodong Dibunuh 'Debt Collector' Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Pria di Kali Sodong Dibunuh "Debt Collector" Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Megapolitan
KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

Megapolitan
PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

Megapolitan
Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Megapolitan
'Bullying' Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

"Bullying" Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

Megapolitan
KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

Megapolitan
Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Megapolitan
Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com