Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hak Publik untuk Tahu dan Ikut Andil Perangi Penyelewengan

Kompas.com - 10/03/2015, 14:14 WIB

Dalam berita Kompas, Sabtu (7/3), Mohammad Sanusi, anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi Gerindra, mengatakan, DPRD membantah tudingan dana siluman. Ia justru mempertanyakan RAPBD yang diserahkan Gubernur kepada Kementerian Dalam Negeri bukan yang sudah disetujui di Banggar. "Di mana fungsi penyeimbang jika APBD diisi dan diserahkan sendiri oleh eksekutif?" katanya.

Namun, kembali ke indikasi penyelewengan anggaran, ICW menemukan kasus serupa terjadi di banyak daerah lain di Indonesia. Modusnya, penyelewengan dilakukan mulai dari proses perencanaan, implementasi, hingga pembuatan laporan pertanggungjawaban.

Contoh dugaan praktik rampok anggaran yang kini terungkap ke publik dan tengah disidik Polda Metro Jaya adalah APBD DKI 2014. Di situ ada mata anggaran pengadaan penyimpan listrik cadangan (uninterruptible power supply/UPS) senilai Rp 6 miliar per unit. Padahal, normalnya Rp 1,5 miliar per unit.

Selain itu, Ade mencontohkan, di salah satu daerah di Indonesia, sejumlah anggota DPRD menerima keuntungan berupa fee dari perusahaan peserta tender sebelum RAPBD disahkan. Akibatnya, perusahaan tertentu berulang menjadi pemenang tender.

Namun, tentu saja oknum anggota dewan tidak bekerja sendiri. Seperti disebut dalam pemberitaan Kompas, Minggu (8/3), dalam pengadaan UPS di DKI tahun 2014, misalnya, ada enam instansi yang dinilai bertanggung jawab, yaitu Dinas Pendidikan DKI, Komisi Pendidikan dan Badan Anggaran DPRD, Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah DKI, Kementerian Dalam Negeri, Unit Layanan Pengadaan Barang dan Jasa DKI, serta pengusaha.

Menurut Ade, langkah Basuki untuk menghentikan praktik penyalahgunaan anggaran dengan menerapkan e-budgeting sudah tepat. "Sikap Basuki yang menolak negosiasi kepentingan DPRD harusnya diikuti pemimpin daerah lain," katanya.

Untuk menghentikan kisruh RAPBD DKI Jakarta 2015, salah satunya adalah melaksanakan proses mediasi dengan Kemendagri berperan sebagai mediator. Masyarakat juga bisa terus ikut mengawasi proses mediasi. Apalagi, setelah ada kemudahan seperti yang dilakukan Ainun dan kawan-kawannya.

Budi Santoso menegaskan, apa pun yang terjadi di Jakarta kini pasti menjadi contoh bagi daerah lain. Terlaksananya pemerintahan yang bersih dari korupsi, kolusi, dan nepotisme tak terlepas dari peran para eksekutif, legislatif, dan warganya yang berani menghentikan kebiasaan haram itu. (DENTY PIAWAI NASTITIE/NELI TRIANA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com