Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Ketiga, Penumpang di Ruang Roda Pesawat

Kompas.com - 08/04/2015, 17:06 WIB

JAKARTA, KOMPAS — Mario Steven Ambarita (21) ditemukan oleh petugas pemandu pesawat ketika keluar dari ruang roda pesawat Garuda GA-177 yang terbang dari Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, Riau, dan tiba di apron Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, Senin (7/4) sekitar pukul 16.30. Kasus penumpang gelap masuk ke ruang roda pesawat setidaknya merupakan kasus ketiga dalam sejarah penerbangan di Indonesia.

"Kami sudah menegur keras pengelola bandara keberangkatan dan maskapai penerbangan. Kami akan meminta Garuda dan PT Angkasa Pura II untuk memaparkan standar prosedur keamanan bandara dan penerbangan mereka," kata Menteri Perhubungan Ignasius Jonan ketika dikonfirmasi di Jakarta.

Dalam penelusuran Kompas, sebelum kasus ini, kasus penumpang gelap yang berada di bagian pesawat, tetapi tidak di kabin telah terjadi dua kali. Kasus pertama pada Februari 1981. Tarsono, warga Semarang, berada di under carriage compartment maskapai penerbangan Mandala yang terbang dari Semarang ke Kemayoran, Jakarta.

Kasus kedua pada September 1997 dilakukan oleh Manto Manurung (16) dan Siswandi Nurdin Simatupang (17), dua siswa SMU Negeri I, Jalan Kopi, Dolokmasihul, Deliserdang, Sumatera Utara. Keduanya ditemukan di dalam ruang roda pendarat pesawat Airbus A300-B4. Kedua penumpang gelap itu ditemukan dengan tubuh menggigil kedinginan di Bandara Soekarno- Hatta setelah pesawat Garuda Indonesia nomor penerbangan GA-151 Medan-Jakarta itu berhenti di pelataran parkir pesawat.

Kemarin, Mario ditemukan petugas pemandu pesawat ketika pesawat sudah berhenti di apron Bandara Soekarno-Hatta. Mario terlihat berjalan terhuyung-huyung dengan kondisi wajah pucat dan telinga mengeluarkan darah. Oleh petugas, Mario dibawa ke klinik bandara dan diinfus karena terindikasi kekurangan oksigen.

Saat ditanya petugas, Mario mengaku sangat ingin ke Jakarta karena dirinya lahir di Jakarta, tetapi dibesarkan di Pekanbaru. Namun, dia tidak punya uang untuk ke Jakarta dan memilih mempelajari dan mengamati seluk-beluk di bandara. Dia belajar melalui pengamatan langsung dan melalui internet.

Memanjatkan roda

Dari investigasi sementara, pukul 15.16, pesawat Garuda menuju landas pacu Bandara Sultan Syarif Kasim II untuk lepas landas. Sebelum lepas landas, pesawat berhenti beberapa saat. Pada saat itulah Mario berlari dan memanjat ke lubang roda pesawat.

Berdasarkan pengamatan di Bandara Sultan Syarif Kasim II, celah masuk ke landasan pacu bandara itu ada dua, di bagian utara dan selatan. Bagian utara bandara relatif lebih steril karena berada di dekat pos masuk areal Pangkalan TNI AU Roesmin Nurjadin.

Adapun di sebelah selatan, ujung landasan berbatasan langsung dengan kawasan perumahan penduduk, di wilayah Jalan Kartagama, Kelurahan Maharatu, Pekanbaru. Mario diperkirakan masuk ke landasan melalui jalur ini. Untuk mencapai bagian selatan bandara tidak sulit.

Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Suprasetyo mengatakan, pihaknya sudah mengirim penyidik pegawai negeri sipil untuk melakukan investigasi dan memproses hasil investigasi sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan.

"Yang diinvestigasi akan menyeluruh, mulai dari mana penyusup bisa masuk ke bandara sampai bagaimana pengawasan keamanan penerbangan dan bandara," ujar Suprasetyo.

Menurut dia, investigasi juga akan menjangkau bagaimana prosedur pemeriksaan pesawat sebelum terbang hingga pengamatan petugas menara kontrol di sekitar bandara. "Tentu kami juga akan melihat kesehatan mental penyusup, apakah ada yang menyuruh dan sebagainya," lanjut Suprasetyo.

Di tempat terpisah, Direktur Utama PT Angkasa Pura II Budi Karya Sumadi, yang membawahkan pengelolaan Bandara Sultan Syarif Kasim II, memastikan bahwa pihaknya akan mendisiplinkan anak buahnya jika terbukti mereka lalai dalam menjaga keamanan di lingkungan bandara.

Menurut VP Corporate Communication Garuda Indonesia Pujobroto, kondisi Mario tentu sangat tidak sehat karena pesawat terbang pada ketinggian 32.000-34.000 kaki yang suhunya sangat dingin.

"Ketinggian 16.000 kaki saja suhunya sudah 0 derajat," kata Pujobroto.

Semalam, Mario diserahkan kepada otoritas bandara untuk menjalani beberapa pemeriksaan. Menurut Budi, apabila investigasi sudah selesai, Mario akan dipulangkan ke Pekanbaru dengan didampingi petugas Angkasa Pura II.

(ARN/NAR/MAR/SAH)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 8 April 2015, di halaman 15 dengan judul "Kasus Ketiga, Penumpang di Ruang Roda Pesawat".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com