Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pijat "Plus-plus" di Tangerang Ramai Dikunjungi pada Jam dan Hari Kerja

Kompas.com - 22/04/2015, 05:57 WIB
Andri Donnal Putera

Penulis

TANGERANG, KOMPAS.com - Tempat pijat yang memberikan pelayanan lebih alias "plus-plus" di Tangerang ramai dikunjungi pelanggan pada hari dan jam kerja, yakni pukul 08.00 WIB sampai 17.00 WIB. Hari Senin hingga Jumat.

Pelanggan atau tamu yang datang juga kebanyakan dari kalangan karyawan dan pekerja kantoran.

"Di sini ramainya justru hari kerja, kalau hari Sabtu sama Minggu itu sepi," ujar salah satu tukang pijat atau terapis di salah satu terapis di tempat pijat di Tangerang, Rini (20, bukan nama sebenarnya), Selasa (21/4/2015).

Rini menjelaskan, tempat pijat di mana dia bekerja bahkan sempat kewalahan melayani pelanggan yang datang pada jam istirahat kerja, yaitu pukul 12.00 WIB hingga 14.00 WIB.

Pelanggan di sana pun satu per satu mulai berkurang menjelang sore dan malam hari. Kebanyakan pelanggan yang datang, ujar Rini, adalah laki-laki dewasa muda yang masih berumur antara 20 sampai 30 tahun.

Namun tidak sedikit pula pelanggan yang berusia 50 tahun ke atas datang ke sana. "Mau siapa saja yang datang, kita harus layani," kata Rini. [Baca: Kisah Terapis Muda Terjebak Prostitusi Terselubung]

Di tempat pijat, Rini bekerja sendiri tidak langsung menawarkan jasa "plus-plus". Rini dan terapis lainnya memberlakukan pijat terlebih dahulu kepada para pelanggannya.

Mereka sengaja mempercepat pijatnya sebelum sesi yang diambil oleh pelanggan habis, baru menawarkan jasa "plus-plus" tersebut.

"Kalau di kita misalkan mau ya ayo, tetapi kalau enggak mau (jasa plus-plus) kita juga enggak maksa kok," ujar dia.

Tempat pijat "plus-plus" cukup banyak di wilayah Kabupaten Tangerang, terutama di tempat sebuah pengembang perumahan ternama yang membangun banyak bangunan yang belum ramai dihuni.

Tempat pijat itu juga lebih sering menggunakan ruko yang dekat dengan tempat usaha lain, seperti tempat makan maupun toko kelontong.

Tempat pijat seperti itu biasanya memiliki ciri-ciri yang sama, yakni hanya menggunakan papan nama seadanya yang bertuliskan nama tempatnya dan pelayanan apa yang bisa diberikan.

Selain itu, tempatnya juga tertutup dalam arti kaca di jendela dan pintu masuk dilapisi dengan kertas atau tirai sehingga orang tidak bisa melihat dari luar dengan jelas apa yang ada di dalam tempat itu.

Hampir semua tempat pijat itu buka seperti layaknya toko dan kios pada umumnya, yakni dari pagi hingga malam.

Para pelaku praktik prostitusi ini sendiri kebanyakan tinggal di tempat sementara seperti kos untuk mempermudah mereka bekerja setiap hari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Megapolitan
Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Megapolitan
Mochtar Mohamad Resmi Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi pada Pilkada 2024

Mochtar Mohamad Resmi Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi pada Pilkada 2024

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal 'Numpang' KTP Jakarta

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal "Numpang" KTP Jakarta

Megapolitan
Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Megapolitan
Menelusuri Kampung Kumuh dan Kemiskinan Ekstrem Dekat Istana Negara...

Menelusuri Kampung Kumuh dan Kemiskinan Ekstrem Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Keluh Kesah Warga Rusun Muara Baru, Mulai dari Biaya Sewa Naik hingga Sulit Urus Akta Kelahiran

Keluh Kesah Warga Rusun Muara Baru, Mulai dari Biaya Sewa Naik hingga Sulit Urus Akta Kelahiran

Megapolitan
Nasib Malang Anggota TNI di Cilangkap, Tewas Tersambar Petir Saat Berteduh di Bawah Pohon

Nasib Malang Anggota TNI di Cilangkap, Tewas Tersambar Petir Saat Berteduh di Bawah Pohon

Megapolitan
Bursa Cagub DKI Jakarta Kian Ramai, Setelah Ridwan Kamil dan Syahroni, Kini Muncul Ahok hingga Basuki Hadimuljono

Bursa Cagub DKI Jakarta Kian Ramai, Setelah Ridwan Kamil dan Syahroni, Kini Muncul Ahok hingga Basuki Hadimuljono

Megapolitan
NIK Ratusan Warga di Kelurahan Pasar Manggis Dinonaktifkan karena Tak Sesuai Domisili

NIK Ratusan Warga di Kelurahan Pasar Manggis Dinonaktifkan karena Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Pendeta Gilbert Lumoindong Kembali Dilaporkan atas Dugaan Penistaan Agama

Pendeta Gilbert Lumoindong Kembali Dilaporkan atas Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang Jakut

Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang Jakut

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
Gardu Listrik di Halaman Rumah Kos Setiabudi Terbakar, Penghuni Sempat Panik

Gardu Listrik di Halaman Rumah Kos Setiabudi Terbakar, Penghuni Sempat Panik

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com