Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Ruang Pribadi dan Ruang "Publik" Campur Aduk

Kompas.com - 05/05/2015, 17:38 WIB
JAKARTA, KOMPAS - Ria (34) kerap risi melihat perempuan yang tidak dikenal mondar-mandir di mal dan dalam lingkungan Kalibata City, Jakarta Selatan. Apalagi, dari mulut ke mulut, Ria mendengar desas-desus perempuan muda yang hilir-mudik itu suka menggoda pria.

"Saya takut suami saya tergoda," ujar ibu satu anak ini. Dia sudah lima tahun tinggal di Tower Flamboyan lantai 13 Kalibata City. Tower itu berada satu lingkungan dengan Rusunami Kalibata City.

Rasa penasaran ibu satu anak ini terjawab dua pekan silam ketika polisi menguak aksi prostitusi terselubung di Kalibata City yang mempekerjakan anak di bawah umur.

Kasus di Kalibata City ibarat gunung es dari problem urban di hunian vertikal di Jakarta dan sekitarnya. Kasus lain yang tak kalah seru adalah pabrik sabu di Rusun Kapuk Muara, Jakarta Utara. Bisa jadi fenomena prostitusi dan narkoba masif terjadi di apartemen dan rusun lainnya.

Fenomena ini berpangkal dari lemahnya pengawasan terhadap aktivitas warga di rumah susun dan apartemen. Apalagi, pola interaksi penghuni individualis sehingga kurang peduli lingkungan sosial. Ruang pribadi dan ruang publik larut dalam hiruk-pikuk komersial.

Walau petugas pengamanan disiagakan di setiap tower, pengunjung bebas keluar masuk tanpa melapor terlebih dahulu ke pihak pengamanan. Penghuni Kalibata City memiliki latar belakang beragam, mulai dari pelajar hingga pegawai swasta. Bahkan, tak jarang warga negara asing terlihat di apartemen itu.

Sewa sesukanya

Sebagian besar unit hunian di Apartemen Kalibata City disewakan. Padahal, dulunya rumah itu dibangun untuk warga menengah ke bawah dengan harga disubsidi pemerintah. Namun, saat ini berbagai agen penyewaan rumah dan properti menyediakan jasa penyewaan rumah dalam jangka waktu tahunan, bulanan, bahkan harian.

Kompas menelisik biaya sewa kamar di salah satu ruangan apartemen itu Rp 300.000-Rp 400.000 per hari. Fasilitas yang ditawarkan dengan harga itu sudah cukup lengkap, meliputi tempat tidur, lemari, televisi, dispenser, sofa, kulkas, peralatan dapur, dan penyejuk ruangan.

Sementara biaya sewa per bulan Rp 3 juta-Rp 4,5 juta dengan fasilitas yang sama. Biaya itu berlaku untuk standar rumah susun, sedangkan sewa apartemen lebih mahal lagi.

Menurut seorang agen penyedia jasa sewa rusun yang enggan disebut namanya, seluruh ruangan di apartemen itu selalu penuh setiap akhir pekan. "Biasanya penyewa hanya menginap 1-2 hari saja," kata perempuan asal Bogor ini.

Akses untuk menyewa apartemen di Kalibata City terbilang mudah. Calon penyewa cukup berinteraksi dengan pemilik apartemen tanpa diketahui pihak pengelola.

Tiga kios kosong terlihat di lantai dasar Tower Kemuning apartemen itu. Di pintu kios tertempel kertas pemberitahuan bahwa ruko tersebut disewakan. Peminat diminta berinteraksi langsung dengan pemilik kios dengan menghubungi nomor telepon yang tertera di pengumuman itu. Tidak ada pemberitahuan untuk terlebih dahulu melapor ke pihak pengelola.

Kompas mencoba menghubungi nomor yang tertera di pengumuman tersebut. Orang yang mengaku sebagai pemilik apartemen tersebut awalnya membanderol harga sewa Rp 66 juta per tahun.

Namun, setelah dinego, dia siap menurunkan harga sewa menjadi Rp 60 juta. "Saya mau terima bersih segitu (Rp 60 juta). Tidak bisa turun lagi," ujar perempuan yang mengaku bernama Eli tersebut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com