"Saya takut suami saya tergoda," ujar ibu satu anak ini. Dia sudah lima tahun tinggal di Tower Flamboyan lantai 13 Kalibata City. Tower itu berada satu lingkungan dengan Rusunami Kalibata City.
Rasa penasaran ibu satu anak ini terjawab dua pekan silam ketika polisi menguak aksi prostitusi terselubung di Kalibata City yang mempekerjakan anak di bawah umur.
Kasus di Kalibata City ibarat gunung es dari problem urban di hunian vertikal di Jakarta dan sekitarnya. Kasus lain yang tak kalah seru adalah pabrik sabu di Rusun Kapuk Muara, Jakarta Utara. Bisa jadi fenomena prostitusi dan narkoba masif terjadi di apartemen dan rusun lainnya.
Fenomena ini berpangkal dari lemahnya pengawasan terhadap aktivitas warga di rumah susun dan apartemen. Apalagi, pola interaksi penghuni individualis sehingga kurang peduli lingkungan sosial. Ruang pribadi dan ruang publik larut dalam hiruk-pikuk komersial.
Walau petugas pengamanan disiagakan di setiap tower, pengunjung bebas keluar masuk tanpa melapor terlebih dahulu ke pihak pengamanan. Penghuni Kalibata City memiliki latar belakang beragam, mulai dari pelajar hingga pegawai swasta. Bahkan, tak jarang warga negara asing terlihat di apartemen itu.
Sewa sesukanya
Sebagian besar unit hunian di Apartemen Kalibata City disewakan. Padahal, dulunya rumah itu dibangun untuk warga menengah ke bawah dengan harga disubsidi pemerintah. Namun, saat ini berbagai agen penyewaan rumah dan properti menyediakan jasa penyewaan rumah dalam jangka waktu tahunan, bulanan, bahkan harian.
Kompas menelisik biaya sewa kamar di salah satu ruangan apartemen itu Rp 300.000-Rp 400.000 per hari. Fasilitas yang ditawarkan dengan harga itu sudah cukup lengkap, meliputi tempat tidur, lemari, televisi, dispenser, sofa, kulkas, peralatan dapur, dan penyejuk ruangan.
Sementara biaya sewa per bulan Rp 3 juta-Rp 4,5 juta dengan fasilitas yang sama. Biaya itu berlaku untuk standar rumah susun, sedangkan sewa apartemen lebih mahal lagi.
Menurut seorang agen penyedia jasa sewa rusun yang enggan disebut namanya, seluruh ruangan di apartemen itu selalu penuh setiap akhir pekan. "Biasanya penyewa hanya menginap 1-2 hari saja," kata perempuan asal Bogor ini.
Akses untuk menyewa apartemen di Kalibata City terbilang mudah. Calon penyewa cukup berinteraksi dengan pemilik apartemen tanpa diketahui pihak pengelola.
Tiga kios kosong terlihat di lantai dasar Tower Kemuning apartemen itu. Di pintu kios tertempel kertas pemberitahuan bahwa ruko tersebut disewakan. Peminat diminta berinteraksi langsung dengan pemilik kios dengan menghubungi nomor telepon yang tertera di pengumuman itu. Tidak ada pemberitahuan untuk terlebih dahulu melapor ke pihak pengelola.
Kompas mencoba menghubungi nomor yang tertera di pengumuman tersebut. Orang yang mengaku sebagai pemilik apartemen tersebut awalnya membanderol harga sewa Rp 66 juta per tahun.
Namun, setelah dinego, dia siap menurunkan harga sewa menjadi Rp 60 juta. "Saya mau terima bersih segitu (Rp 60 juta). Tidak bisa turun lagi," ujar perempuan yang mengaku bernama Eli tersebut.