Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Penjahit Keliling di Ibu Kota... (II)

Kompas.com - 11/05/2015, 08:51 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Dari kejauhan, Arifin (33), penjahit keliling di kawasan Cempaka Putih, terlihat sedang berdiam diri di atas gerobak sepeda mesin jahitnya. Matanya tertuju pada satu rumah yang berada tepat di sampingnya.

"Lagi nunggu orang yang janjian mau jahit kemarin nih, mas," kata Arifin kepada Kommpas.com saat ditemui di daerah Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Senin (11/5/2015). 

Hari ini, Arifin baru mendapatkan satu pelanggan. Ia hanya dibayar Rp 7.500 untuk pekerjaan mengecilkan celana jeans. Harga itu setengah dari harga normal, yakni Rp 15 ribu. Tak mudah jadi penjahit keliling seperti Arifin. Setiap harinya ia hanya berharap akan ada warga yang memakai jasanya.

"Kita kan berharap sama orang aja. Jadi setiap hari doanya kalo pagi ada orang yang mau jahit," ucap bapak dari satu orang anak ini.

Arifin tak sendirian. Di wilayahnya, ada 15 penjahit keliling lain yang setiap hari mengadu nasib. "Ditambah ada penjahit dari daerah sebrang (Kemayoran). Jadi harus pintar-pintar," kata Arifin.


Beruntung Arifin cukup dikenal namanya. Hal ini yang membuat Arifin tak pernah sepi dari orang yang mau memakai jasa jahitnya. Namun tak jarang Arifin harus menelan pil pahit menjadi penjahit keliling. Misalnya, ada pelanggan yang menunda pembayaran.

"Kadang ada yang ngerjain lama-lama, terus dia bilang bang saya mau pergi dulu. Besok balik lagi aja," kata Arifin.

Milih Jahit Keliling

Bukan pilihan mudah bagi Arifin untuk menjadi penjahit keliling. Ia harus kerja hampir sepuluh tahun di konveksi. Namun, tambatan hatinya ternyata tertuju pada usaha penjahit keliling. Ia menyebut usaha tersebut jauh lebih santai daripada harus di konveksi.

"Enak di sini, bisa santai. Pagi-pagi bisa kerjain sebentar terus dapat uang. Kalo di konveksi kan harus kejar target," ucap Arifin.

Arifin membeli gerobak jahitnya seharga Rp 800 ribu. Dengan harga segitu ia mendapat alat lengkap mulai sepeda, alat jahit hingga gerobak untuk menjahit. Kendati demikian, tak sedikit dari teman-temannya yang juga harus menyewa kepada seorang pengusaha dengan harga Rp 10 ribu per hari.

"Kalau punya sendiri kan enak ya," ucap Arifin.


Selain itu, saat mesin jahitnya rusak, ia juga leluasa membetulkannya sendiri. Sehingga tidak perlu repot bertanggung jawab ke pemilik seperti penjahit keliling yang menyewa. Arifin pun juga enggan membuka toko sendiri. Sebab, ia terkadang jenuh jika membuka toko.

"Kalau buka toko kan harus diam di situ terus. Gak keliling," kata Arifin.

Kerja siang dan malam Arifin tak pernah berhenti berusaha. Jika pelanggan kelilingnya sepi, ia akan mengerjakan pesanan jahitan yang biasa datang ke rumahnya.

"Saya kalau malam juga kerjain jahitan. Ya meskipun gak ada plang jahit di rumah, cuma orang tahu saya tukang jahit," kata Arifin.

Selain itu, Arifin menyebut kerja dengan kondisi tersebut membantunya secara finansial. Hal itu juga yang dianggap menjadi kelebihannya.

"Jadi kelebihan saya bisa kerjain malam juga," kata Arifin. Hanya saja, kata Arifin, usahanya di rumah tidak menjadi sumber utama. Ia menjadikan sumber utamanya saat menjadi penjahit keliling.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sowan ke Markas PDI-P Kota Bogor, PAN Ajak Berkoalisi di Pilkada 2024

Sowan ke Markas PDI-P Kota Bogor, PAN Ajak Berkoalisi di Pilkada 2024

Megapolitan
Penjelasan Pemprov DKI Soal Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI yang Capai Rp 22 Miliar

Penjelasan Pemprov DKI Soal Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI yang Capai Rp 22 Miliar

Megapolitan
Kebakaran Tempat Agen Gas dan Air di Depok, Satu Orang Meninggal Dunia

Kebakaran Tempat Agen Gas dan Air di Depok, Satu Orang Meninggal Dunia

Megapolitan
Banyak Warga Berbohong: Mengaku Masih Tinggal di Jakarta, padahal Sudah Pindah

Banyak Warga Berbohong: Mengaku Masih Tinggal di Jakarta, padahal Sudah Pindah

Megapolitan
Pendaftaran PPK Pilkada 2024 Dibuka untuk Umum, Mantan Petugas Saat Pilpres Tak Otomatis Diterima

Pendaftaran PPK Pilkada 2024 Dibuka untuk Umum, Mantan Petugas Saat Pilpres Tak Otomatis Diterima

Megapolitan
Asesmen Diterima, Polisi Kirim Chandrika Chika dkk ke Lido untuk Direhabilitasi

Asesmen Diterima, Polisi Kirim Chandrika Chika dkk ke Lido untuk Direhabilitasi

Megapolitan
Selain ke PDI-P, Pasangan Petahana Benyamin-Pilar Daftar ke Demokrat dan PKB untuk Pilkada Tangsel

Selain ke PDI-P, Pasangan Petahana Benyamin-Pilar Daftar ke Demokrat dan PKB untuk Pilkada Tangsel

Megapolitan
Polisi Pastikan Kondisi Jasad Wanita Dalam Koper di Cikarang Masih Utuh

Polisi Pastikan Kondisi Jasad Wanita Dalam Koper di Cikarang Masih Utuh

Megapolitan
Cara Urus NIK DKI yang Dinonaktifkan, Cukup Bawa Surat Keterangan Domisili dari RT

Cara Urus NIK DKI yang Dinonaktifkan, Cukup Bawa Surat Keterangan Domisili dari RT

Megapolitan
Heru Budi Harap 'Groundbreaking' MRT East-West Bisa Terealisasi Agustus 2024

Heru Budi Harap "Groundbreaking" MRT East-West Bisa Terealisasi Agustus 2024

Megapolitan
Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Megapolitan
Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Megapolitan
Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Megapolitan
Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com