Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diancam Tembak di Tempat, Warga Nilai Kostrad Arogan

Kompas.com - 11/05/2015, 16:57 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Warga di RW 07 Kompleks Kostrad, Tanah Kusir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, merasa mendapat intimidasi dari pihak Kostrad. Hal ini terkait penolakan mereka terhadap rencana pengosongan tempat tinggalnya.

Warga menyebutkan, salah satu bentuk intimidasi itu yakni ancaman tembak di tempat. Salah satu warga, yakni NN (42), menyatakan, ancaman tembak di tempat oleh Kostrad tersebut merupakan bentuk sikap arogan terhadap warga.

"Sebenarnya enggak perlu kayak gitu. Harusnya lebih persuasif, tidak represif. Itu bicara arogansinya mereka," kata NN kepada wartawan, di posko warga setempat, Senin (11/5/2015).

Menurut NN, gaya ancaman Kostrad tesebut sama saja pamer kekuatan lewat statement. Warga menyayangkan sikap Kostrad tersebut.

"Seharusnya memanggil warga untuk duduk bersama, bukan seperti itu," ujar NN.

T (48), warga Kompleks Kostrad lainnya, mengatakan, pihak Kostrad memang pernah mengundang warga sebanyak dua kali untuk duduk bersama membicarakan masalah pengosongan rumah. Namun, kedua belah pihak tidak memperoleh titik temu dan solusi.

"Maunya TNI, selalu bahwa kita enggak berhak, apalagi yang ibu-bapaknya sudah enggak ada (meninggal). Itu dianggap tidak berhak," ujar T.

T pesimistis bahwa pertemuan dengan pihak TNI akan menemukan solusi. "Enggak ada duduk bersama TNI ada solusi, mereka selalu mendominasi," ucap T.

Sebelumnya, pihak TNI AD membantah telah mengintimidasi warga Kompleks Kostrad. TNI AD mengklaim berupaya mengedepankan sisi kemanusiaan dalam rencana ini. Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat Brigadir Jenderal Wuryanto mengatakan, tudingan intimidasi itu hanya anggapan yang muncul dari warga.

"Jadi begini, kalau kita memberikan surat peringatan, 'Pak nanti tolong tinggalkan (rumah)' melalui surat. Ini ancaman atau tidak? Itu bukan intimidasi. Kita melakukan cara persuasif, tapi dikonotasikan sebagai intimidasi," kata Wuryanto.

Ia juga menilai kabar soal tembak di tempat sengaja diembuskan untuk memperkeruh masalah. "Biasa kan, untuk memperbesar masalah, memperkeruh masalah, menarik perhatian orang, akan dibuat seperti itu. Tapi yakinlah, prajurit TNI lahir dari rakyat, kita akan mengedepankan sisi kemanusiaan," ujar Wuryanto.

Menurut Wuryanto, pihak Kostrad sudah mengupayakan dialog dengan warga terkait rencana penertiban tersebut. Namun, hasil dialog selalu mendapat pertentangan warga. "Mereka tidak melihat dari sisi bagaimana untuk kepentingan Angkatan Darat yang lebih luas," ujar Wuryanto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

Megapolitan
Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com