Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setelah Melahirkan di KRL, Sarmunah Harus Pisah dari Putrinya

Kompas.com - 09/06/2015, 22:46 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Sarmunah (29), warga Petojo Utara, Gambir, Jakarta Pusat, menghadapi dilema karena harus rela melepas putri yang baru saja dilahirkannya.

Akibat tidak punya biaya, anak yang baru saja dilahirkannya di gerbong KRL KA 2129 relasi Tangerang-Duri pada Senin (8/6/2015) pagi itu kini telah dibawa sang nenek untuk diasuh di Bogor, Jawa Barat. "Mungkin sudah nasib," kata Sarmunah.

Ditemui Warta Kota di rumah kakaknya, Maryati (37), yang berada di permukiman padat penduduk di Petojo Utara, persis di bantaran Kali Krukut, Selasa (9/6/2015), perempuan yang akrab disapa Mumun itu pun menceritakan alasan perpisahan dia dengan buah hatinya.

"Karena memang enggak ada biaya, saya pulang duluan, bikin surat pernyataan ke dokter. Anak saya juga sudah dibawa saudara. Biar saja neneknya yang asuh di kampung, Bogor," kata Mumun, ditemani kakak kandungnya dan sepupunya, Iis (24).

Dia menitipkan anak bungsunya tersebut untuk diasuh ibu kandungnya, Etjih, di Bogor, Jawa Barat.

Hal tersebut terpaksa dilakukan mengingat Mumun, yang baru bercerai dengan suaminya, masih harus menafkahi ketiga anaknya yang lain, Sheila (4), Nabila (8), dan Fendi (13).

"Saya memang sudah cerai sama suami saya, Mulyadi (30), sekitar setengah tahun lalu. Mungkin dia juga enggak tahu kalau itu anaknya dia juga. Namun, saya terima, ikhlas. Biar saja anak saya diasuh sama neneknya di kampung. Saya sama kakak-kakaknya di Jakarta," ujarnya.

Walau penghasilannya dengan bekerja di Pasar Petojo sangat rendah, dia merasa masih dapat menafkahi ketiga anaknya yang lain.

Sementara itu, nasib bayi perempuan yang belum diberinya nama itu sudah dipercayakan kepada orangtua asuh.

"Kami tinggal di gang sempit gini, sudah penuh kayak gini. Lagi pula saya kerja, kakak saya juga punya anak sendiri. Jadi, biar aja anak saya diasuh sama neneknya. Mungkin sebulan sekali saya ke Bogor, nengok, cuma sekadar ingin tahu kabarnya," kata dia.

Peristiwa kelahiran anak keempatnya tersebut diakuinya sebagai satu pengalaman yang tidak terlupakan seumur hidup. Sebab, bukan hanya terjadi di atas rangkaian kereta yang sedang berjalan, proses persalinan pun disaksikan oleh puluhan penumpang KRL Commuter Line secara terbuka.

Peristiwa tersebut bermula saat dia baru pulang seusai mengunjungi temannya yang baru saja melahirkan di wilayah Tangerang, Banten, Senin pagi.

Awalnya, ia tidak merasa mulas dan kontraksi saat menaiki KA 2129 relasi Tangerang-Duri, sekitar pukul 08.45.

Namun, seusai KA melaju selama beberapa menit, dia merasa sangat mulas seperti ingin buang air besar. Seiring rasa itu, celana jins yang dikenakannya basah.

Air ketuban ternyata sudah membanjiri celana dan jok gerbong kereta. Dia mengaku sempat panik dan meminta pertolongan beberapa penumpang, yang tiga di antaranya kebetulan adalah bidan.

Mengetahui hal itu, ketiga bidan tersebut pun segera melepaskan pakaian Mumum hingga setengah badan dan merebahkannya di lantai gerbong kereta hanya beralaskan jaket penumpang.

Selama proses persalinan, semua penumpang yang berkerumun lantas berdoa bersama sampai anak keempatnya sukses dilahirkan.

"Memang sudah waktunya, tetapi perkiraan kelahiran dua minggu lagi. Untung ada ibu bidan, saya langsung ditangani. Ya tetapi malunya, semuanya ditonton orang, kebuka semua, enggak pakai apa-apa, tetapi saya terima kasih karena sudah didoain. Anak saya berat 2,5 kilo, panjang 45 cm, selamat dan sehat," ucapnya dengan bersemangat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Denda Rp 500.000 Untuk Pembuang Sampah di TPS Lokbin Pasar Minggu Belum Diterapkan

Denda Rp 500.000 Untuk Pembuang Sampah di TPS Lokbin Pasar Minggu Belum Diterapkan

Megapolitan
Warga Boleh Buang Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu pada Pagi Hari, Petugas Bakal Lakukan 'OTT'

Warga Boleh Buang Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu pada Pagi Hari, Petugas Bakal Lakukan "OTT"

Megapolitan
Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Ditahan Selama 7 Hari

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Ditahan Selama 7 Hari

Megapolitan
Dubes Palestina: Gaza Utara Hancur Total, Rafah Dikendalikan Israel

Dubes Palestina: Gaza Utara Hancur Total, Rafah Dikendalikan Israel

Megapolitan
Warga Luar Jadi Biang Kerok Menumpuknya Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu

Warga Luar Jadi Biang Kerok Menumpuknya Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Kini Berstatus Anak Berhadapan dengan Hukum

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Kini Berstatus Anak Berhadapan dengan Hukum

Megapolitan
Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Megapolitan
PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Megapolitan
Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Megapolitan
Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Megapolitan
Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Megapolitan
Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai 'Kompori' Tegar untuk Memukul

Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai "Kompori" Tegar untuk Memukul

Megapolitan
Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com