Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bersantai Tanpa Gangguan PKL di Monas

Kompas.com - 24/06/2015, 03:33 WIB
Aldo Fenalosa

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Beberapa ranting dan daun kering tampak menyembul. Satu karung sampah terakhir yang dipegang Diah tampak sudah hampir penuh. Sesekali ia memadatkan isi karung itu dengan tangannya.

"Bentar lagi beres. Yang lain sudah banyak pulang. Sepertinya saya yang terakhir pulang hari ini. Semoga masih keburu masak buat buka," kata Diah (40) sambil menyapu beberapa daun kering yang masih bertebaran di trotoar dekat kawasan taman refleksi Monas, Selasa (23/6/2015) siang.

Hampir tujuh tahun Diah menjadi petugas kebersihan taman di kawasan Monas. Bermodal sapu, seragam berwarna merah, dan topi pelindung panas, Diah rutin membersihkan sejumlah area taman di Monas setiap harinya sejak pukul 07.00 pagi.

"Sekarang kalau hari biasa tidak terlalu banyak sampah, kebanyakan hanya daun-daun atau ranting patah. Sabtu Minggu juga begitu," kata Diah yang tinggal di kawasan Tanah Abang.

Diah berpendapat, larangan berjualan bebas di dalam Monas membuat kawasan itu lebih dapat dinikmati.

Sebab, tidak ada lagi pemandangan bekas puntung rokok, gelas plastik, maupun sampah makanan dan minuman lain berserakan di pedestrian taman.

"Sejak aturan itu, kita jadi enggak kewalahan. Sebelum itu banyak juga yang jual sembarangan bandel bikin sampah di mana-mana. Sampah-sampah mereka ditinggal gitu aja kalau sudah beres jualan," kata Diah yang tampak sudah membereskan pekerjaannya hari itu.

Dia lalu merapikan ikatan sapu lidi yang renggang. Sementara itu, siang ini kawasan taman refleksi yang terletak di dekat area lapangan IRTI Monas tampak sepi.

Dari amatan Kompas.com lebih banyak pengunjung yang memilih menaiki tugu Monas untuk melihat pemandangan Ibu Kota.

Sedangkan di taman refleksi hanya ada beberapa keluarga yang sedang beristirahat di bangku taman.

Suasana yang asri terlindung oleh banyak pohon memang pas untuk beristirahat sambil menikmati hembusan angin sepoi yang bersanding dengan kicauan burung yang sesekali terbang rendah.

"Benar-benar bisa duduk tenang sekarang di Monas. Suasana hutan kotanya juga kerasa. Biasanya banyak yang ngisengin, ada yang ngamen, nawarin makan minum. Jadi enggak puas nyantai di Monas," kataFikri (32), salah seorang pengunjung yang datang bersama anak dan istrinya.

Fikri mengaku sengaja berkunjung ke Monas sambil ngabuburit menunggu waktu berbuka tiba. "Anak saya ingin ngabuburit lihat rusa, kalau ke taman raya Bogor kejauhan, jadi kita ke Monas saja sekalian tadi naik City Tour," kata Fikri.

Meski sangat menikmati ngabuburit di Monas, Fikri awalnya was-was untuk berkunjung ke Monas karena mengetahui insiden bentrokan PKL dengan satpol PP pada Sabtu (23/6/2015) lalu.

Ia mengaku khawatir bila bentrokan kembali terjadi. "Tetapi setelah lihat berita kalau Monas dijagain banyak polisi dan Satpol PP, saya jadi aman main ke Monas. Enggak mungkin ada apa-apa lah udah dijaga gitu," ujarnya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Paniknya Maling Motor di Koja, Ditangkap Warga Usai Aksinya Ketahuan sampai Minta Tolong ke Ibunya

Paniknya Maling Motor di Koja, Ditangkap Warga Usai Aksinya Ketahuan sampai Minta Tolong ke Ibunya

Megapolitan
Pengelola Minimarket Diminta Juga Tanggung Jawab atas Keamanan Kendaaraan yang Parkir

Pengelola Minimarket Diminta Juga Tanggung Jawab atas Keamanan Kendaaraan yang Parkir

Megapolitan
Soal Wacana Pekerjaan Bagi Jukir Minimarket, Pengamat: Tergantung 'Political Will' Heru Budi

Soal Wacana Pekerjaan Bagi Jukir Minimarket, Pengamat: Tergantung "Political Will" Heru Budi

Megapolitan
Heru Budi Janjikan Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket, Pengamat: Jangan Hanya Wacana!

Heru Budi Janjikan Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket, Pengamat: Jangan Hanya Wacana!

Megapolitan
Babak Baru Kasus Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Muncul 3 Tersangka Baru yang Ikut Terlibat

Babak Baru Kasus Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Muncul 3 Tersangka Baru yang Ikut Terlibat

Megapolitan
Solidaritas Pelaut Indonesia Minta Senioritas ala Militer di STIP Dihapuskan

Solidaritas Pelaut Indonesia Minta Senioritas ala Militer di STIP Dihapuskan

Megapolitan
Polisi Tangkap Pemalak Sopir Truk yang Parkir di Jalan Daan Mogot

Polisi Tangkap Pemalak Sopir Truk yang Parkir di Jalan Daan Mogot

Megapolitan
Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Megapolitan
'Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal'

"Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal"

Megapolitan
4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

Megapolitan
Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Megapolitan
Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Megapolitan
Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com