Pulang kampung di hari raya Idul Fitri sudah jadi tradisi bagi sebagian warga Ibu Kota. Dua dari lima responden di Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta yang mengikuti jajak pendapat Litbang Kompas memiliki kebiasaan mudik menjelang Lebaran.
Bagi perantau yang mencari nafkah di Ibu Kota, kembali ke tempat asal menjadi momen yang ditunggu untuk membebaskan diri dari penatnya aktivitas harian di kota besar. Momen ini juga digunakan untuk bertemu dengan orangtua dan sanak saudara. Sembilan dari 10 peserta jajak pendapat mengutarakan hal senada, berkumpul dengan keluarga besar menjadi alasan utama untuk pulang.
Menurut catatan Pemerintah DKI, jumlah pemudik asal Ibu Kota setiap tahun bertambah. Tahun ini, diprediksi ada 6,5 juta penduduk DKI Jakarta yang pulang ke kampung halaman. Angka ini naik 12,1 persen dibandingkan tahun 2014 yang hanya 5,8 juta.
Peningkatan jumlah pemudik salah satunya didorong program mudik gratis yang ditawarkan sejumlah perusahaan. Penambahan ruas jalan tol yang menghubungkan Jakarta dan kota-kota lain juga meningkatkan minat untuk pulang kampung, terutama pemudik yang menggunakan kendaraan pribadi. Naiknya kemampuan ekonomi warga turut mendorong penambahan pemudik.
Lebih dari separuh respon-den yang memiliki tradisi mudik tak perlu repot menabung khusus untuk acara spesial ini karena adanya tunjangan hari raya. Ada juga warga yang tidak mengumpulkan uang karena sudah memperkirakan mendapatkan keuntungan besar saat Lebaran.
Bayu (42), pemilik toko telepon genggam di kawasan perumahan Duren Sawit, Jakarta Timur, mengatakan tak biasa menabung. "Saya nggak pernah menabung khusus untuk Lebaran. Kalau mau Lebaran, banyak yang beli HP, jadi lumayanlah untungnya," tambahnya.
Meski demikian, 43,8 persen peserta jajak pendapat mendisiplinkan diri rutin menyisihkan uang demi acara Lebaran di kampung halaman. Pada Ramadhan hingga Lebaran, harga barang biasanya naik, termasuk aneka buah tangan yang hendak dibawa ke kampung halaman.
Harga tiket kendaraan pun ikut melambung tinggi. Inilah yang membuat Ayu (23) selalu menabung agar bisa mudik ke Klaten, Jawa Tengah. "Sejak awal tahun, setiap hari saya nabung Rp 10.000. Saya, kan, (semi) pengangguran, kalau enggak nabung, enggak punya uang untuk Lebaran," ujar perempuan yang mengaku bekerja serabutan ini.
Suka dan duka mudik
Ketika sebagian warga kota sudah berangkat pulang ke kampung halaman, jalanan Jakarta lengang. Kepadatan di jalan berkurang dan arus lalu lintas jauh lebih lancar. Suasana Jakarta yang sepi ini adalah hal yang paling disukai 73,2 persen responden saat musim mudik menjelang Lebaran tiba.
Kesempatan ini dimanfaatkan warga kota yang tak mudik untuk menikmati berkendara di jalanan Jakarta. Inilah waktu yang tepat untuk mengamati perkembangan dan perubahan ruang-ruang di Jakarta.
"Saya senang banget kalau Jakarta lengang, kalau enggak keluar kota atau keluar negeri, saya biasanya jalan-jalan di dalam kota saja," ujar Yani (50), ibu rumah tangga yang tinggal di Jakarta Utara.
Tahun 2015 ini, Kementerian Perhubungan memperkirakan Jakarta menjadi sepi pada dua hari menjelang Lebaran, bersamaan dengan puncak arus mudik ke daerah.
Namun, biasanya berkurangnya arus lalu lintas hanya bertahan selama beberapa hari. Saat hari H Lebaran, arus lalu lintas kembali padat oleh mobilitas warga yang menunaikan ibadah shalat Id dan silaturahim.