Sepinya jalanan Jakarta umumnya diikuti dengan tutupnya sarana. Banyaknya toko dan warung yang tidak buka menyulitkan warga untuk mendapatkan kebutuhan sehari-hari, misalnya tabung gas untuk memasak dan air minum dalam galon.
Dwi (27), responden di Jakarta Timur, menuturkan, toko langganannya selalu tutup menjelang Lebaran dan beberapa hari sesudahnya karena pekerja toko mudik ke kampung. "Saya harus berputar-putar mencari ke tempat lain untuk bisa dapat gas dan air galon. Repot jadinya," kata karyawan swasta ini.
Para asisten rumah tangga (ART) yang ikut pulang kampung juga membuat pusing warga. Sebanyak 22,1 persen responden menyebutkan, ketiadaan ART sebagai hal yang paling merepotkan selama mudik Lebaran.
Sebenarnya, ada solusi bagi warga yang tak ingin mengerjakan pekerjaan rumah tangga sendiri. Mereka bisa mempekerjakan pembantu infal, pengganti sementara ART yang absen. Namun, upah harian tenaga infal cukup tinggi. Menurut catatan Kompas, tarif jasa tenaga infal bisa mencapai Rp 200.000 hingga Rp 300.000 per hari.
Di luar itu semua, bagi warga yang mudik, perjuangan sudah dimulai sejak tahap persiapan. Perburuan tiket ataupun antre panjang di bengkel untuk menyiapkan mobil pribadi menguras tenaga.
Di perjalanan pun, kemacetan dan jalanan yang padat sulit dihindari, terutama jika berangkat bersamaan dengan puncak arus mudik. Keterlambatan transportasi umum pun kerap terjadi. Situasi ini yang tak disukai satu dari lima warga di saat mudik. (BE JULIANERY/LITBANG KOMPAS)
-------------
Artikel ini sebelumnya ditayangkan di harian Kompas edisi Rabu, 8 Juli 2015, dengan judul "Musim Mudik Tiba, Lengkap dengan Suka Dukanya".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.