Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Hidupnya Suasana di Rusunawa Marunda

Kompas.com - 21/08/2015, 20:09 WIB
Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Kondisi di Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Marunda, Cilincing, Jakarta Utara, semakin hidup menjelang sore hari. Pada Jumat (21/8/2015) ini, warga mulai beraktivitas di luar unit rusunnya sekitar pukul 16.00 WIB.

Ada yang sekadar jalan-jalan sambil membawa anaknya, ada yang bermain bola voli, dan ada juga yang berkumpul sambil duduk-duduk santai di lapangan berbincang satu dengan yang lainnya.

Dita (25), salah satu warga rusun yang menempati kluster A, sudah bersiap untuk bermain bola voli sambil memakai kaus tipis berwarna abu-abu, menggantikan kemeja yang dia pakai sebelumnya.

Karyawan freelance di salah satu rumah makan di wilayah Tanjung Priok itu akan bermain bola voli di lapangan rusun yang masih kosong. Setiap Jumat sore, Dita bersama belasan pemuda lainnya memang sudah menjadwalkan diri mereka untuk bermain bola voli.

Tak jarang, banyak perempuan muda, bahkan pria-pria dewasa, berkerumun untuk menyaksikan para pemuda bertanding bola voli.

"Biar sehat. Cuma kadang-kadang saya gantian sama teman, soalnya habis kerja capek juga loh," kata Dita saat ditemui di lokasi.

Rina (54), warga yang dulunya tinggal di bantaran Waduk Pluit, Penjaringan, mengaku jadi punya kebiasaan baru saat pindah ke Rusunawa Marunda, tahun 2013 lalu.

Kebiasaan barunya adalah mengajak ketiga anak perempuannya yang masih di bawah 10 tahun untuk jalan-jalan mengelilingi kompleks rusunawa sambil mencari jajanan.

"Saya mana pernah kasih anak saya jalan-jalan sendiri pas dulu (tinggal di bantaran Waduk Pluit). Nanti kalau kenapa-kenapa, enggak ada yang tahu, gimana? Kalau di sini aman, saya suka, daerahnya enggak terlalu ramai," tutur Rina.

Banyak jajanan

Sisi jalan yang berada di luar Rusunawa Marunda sendiri mulai diramaikan dengan pedagang kaki lima yang menjajakan berbagai macam dagangan, mulai dari siomay, nasi uduk, es kelapa, dan masih banyak lagi.

Pedagang memilih berjualan dari sore hari karena penghuni rusunawa memang lebih banyak keluar pada saat itu. Sebelumnya, kebanyakan mereka bekerja di Kawasan Berikat Nusantara (KBN) sejak pagi.

"Dagang di sini lumayan banget (penghasilannya). Sore-sore orang pada keluar, nongkrong, jajannya ya di sini," ujar Mahmud (34), pedagang es cincau.

Menurut Ujang (36), salah satu petugas keamanan rusunawa, kondisi tersebut berjalan seiring dengan berjalannya waktu.

Saat tahun 2013, karena belum seramai sekarang, warga yang beraktivitas juga sedikit. Namun, jika dibandingkan dengan sekarang, warga yang banyak tinggal di Rusunawa Marunda dengan sendirinya akan menghidupkan suasana di sekitar, baik secara ekonomi maupun dari segi sosial.

"Enak lah di sini. Sampai malam juga masih ramai. Rasanya sudah kayak di kampung sendiri, orangnya pada kenal rata-rata," ucap Ujang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com