Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berjuang di Medan Lengkong, Selamat Tinggal Ibunda dan Ayahanda...

Kompas.com - 10/11/2015, 08:38 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

SERPONG, KOMPAS.com - Dua bangunan rumah tua bertengger di dalam kompleks perumahan elite di Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang. Letaknya tepat berada beberapa ratus meter setelah gerbang perumahan dan berada dalam satu taman bernama 'Taman Daan Mogot'.

Bagi yang tak kenal sejarah, taman tersebut takkan berarti apa-apa. Hanya taman dan dua bangunan rumah bercat putih dan hijau dengan genting tua yang mulai habis termakan waktu.

Namun, di tanah itu, yang dulu sebagai markas Jepang, puluhan pejuang gugur membela tanah air.

Tepat pada tanggal 25 Januari 1946, di bawah kepemimpinan Mayor Daan Mogot, tiga perwira Tentara Republik Indonesia (TRI) dan 70 taruna Akademi Militer Tangerang berangkat dari markasnya untuk melucuti senjata tentara Jepang di Lengkong, Serpong, Tangerang.

Melucuti senjata ini bukan tanpa sebab. Resimen IV, yang dulu sebagai penjaga keamanan setelah kemerdekaan di Tangerang merasa harus melucuti senjata Jepang karena pasukan sekutu, Belanda dan Inggris diketahui sudah menduduki Parung.

Padahal, sesuai kesepakatan 30 November 1945, tentara Sekutu tidak lagi diperbolehkan untuk memasuki wilayah Indonesia. Apalagi menggunakan tentara Jepang untuk memerangi Indonesia.

"Tersiarnya kabar bahwa Belanda yang berkedudukan di Bogor akan menduduki Parung, kemudian Lengkong, mengancam kedudukan TKR di Tangerang," tulis dalam sebuah papan Monumen Palagan Lengkong.

Sesaat sampai di markas Jepang dengan pimpinan Kapten Abe, hanya tiga orang yang diperbolehkan masuk, di antaranya Mayor Daan Mogot, Mayor Wibowo dan seorang taruna fasih berbahasa Jepang, Sajoeti.

Puluhan taruna lainnya berada di luar di bawah pengawasan Lettu Soebianto dan Lettu Soetopo melucuti senjata Jepang. Namun, semua berubah. Terdengar suara letusan tembakan dan pecah lah aksi saling tembak.

"Tentara yang panik dan mengira diserang serentak menembaki pasukan TRI Resimen 4. Para taruna yang tidak menyangka terjadi peristiwa itu berada pada posisi yang kurang menguntungkan, Pertempuran tersebut berakhir dengan menelan korban 34 taruna, dan 3 perwira, termasuk Mayor Daan Mogot," tulis dalam sebuah papan Monumen Palagan Lengkong.

Mereka yang gugur di tempat tersebut awalnya dikubur di sekitaran hutan karet di dekat Markas Jepang. Para serdadu Jepang menyuruh para taruna yang menjadi tawanan untuk mengubur temannya sendiri yang gugur.

Namun, setelah perundingan yang dilakukan pihak Indonesia dengan Jepang, jasad para pejuang tersebut dipindahkan ke dekat markas Resimen IV. Kini, tempat tersebut lebih dikenal sebagai Tempat Makam Pahlawan (TMP) Taruna.

Di Lengkong, kini hanya tersisa dua rumah peninggalan markas Jepang. Rumah tersebut terawat dan tampak masih asli.

Di sisi kanan rumah terdapat monumen lengkap dengan peristiwa, nama-nama pejuang gugur dan sebuah lagu untuk mengenang peristiwa Lengkong.

Berikut peristiwa, lagu dan nama-nama pejuang yang gugur di Lengkong:

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pembunuh Wanita Dalam Koper Transfer Uang Hasil Curian ke Ibunya Sebesar Rp 7 Juta

Pembunuh Wanita Dalam Koper Transfer Uang Hasil Curian ke Ibunya Sebesar Rp 7 Juta

Megapolitan
Pemulung Meninggal di Dalam Gubuk, Saksi: Sudah Tidak Merespons Saat Ditawari Kopi

Pemulung Meninggal di Dalam Gubuk, Saksi: Sudah Tidak Merespons Saat Ditawari Kopi

Megapolitan
Pemulung yang Tewas di Gubuk Lenteng Agung Menderita Penyakit Gatal Menahun

Pemulung yang Tewas di Gubuk Lenteng Agung Menderita Penyakit Gatal Menahun

Megapolitan
Polisi Ungkap Percakapan soal Hubungan Terlarang Pelaku dan Perempuan Dalam Koper Sebelum Pembunuhan

Polisi Ungkap Percakapan soal Hubungan Terlarang Pelaku dan Perempuan Dalam Koper Sebelum Pembunuhan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Kembali ke Kantor Usai Buang Jasad Korban

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Kembali ke Kantor Usai Buang Jasad Korban

Megapolitan
Pemkot Depok Akan Bebaskan Lahan Terdampak Banjir di Cipayung

Pemkot Depok Akan Bebaskan Lahan Terdampak Banjir di Cipayung

Megapolitan
Polisi Buru Maling Kotak Amal Mushala Al-Hidayah di Sunter Jakarta Utara

Polisi Buru Maling Kotak Amal Mushala Al-Hidayah di Sunter Jakarta Utara

Megapolitan
Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Ditemukan Meninggal Dunia

Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Ditemukan Meninggal Dunia

Megapolitan
Polisi Selidiki Pelaku Tawuran yang Diduga Bawa Senjata Api di Kampung Bahari

Polisi Selidiki Pelaku Tawuran yang Diduga Bawa Senjata Api di Kampung Bahari

Megapolitan
'Update' Kasus DBD di Tamansari, 60 Persen Korbannya Anak Usia SD hingga SMP

"Update" Kasus DBD di Tamansari, 60 Persen Korbannya Anak Usia SD hingga SMP

Megapolitan
Bunuh dan Buang Mayat Dalam Koper, Ahmad Arif Tersinggung Ucapan Korban yang Minta Dinikahi

Bunuh dan Buang Mayat Dalam Koper, Ahmad Arif Tersinggung Ucapan Korban yang Minta Dinikahi

Megapolitan
Pria yang Meninggal di Gubuk Wilayah Lenteng Agung adalah Pemulung

Pria yang Meninggal di Gubuk Wilayah Lenteng Agung adalah Pemulung

Megapolitan
Mayat Pria Ditemukan di Gubuk Wilayah Lenteng Agung, Diduga Meninggal karena Sakit

Mayat Pria Ditemukan di Gubuk Wilayah Lenteng Agung, Diduga Meninggal karena Sakit

Megapolitan
Tawuran Warga Pecah di Kampung Bahari, Polisi Periksa Penggunaan Pistol dan Sajam

Tawuran Warga Pecah di Kampung Bahari, Polisi Periksa Penggunaan Pistol dan Sajam

Megapolitan
Solusi Heru Budi Hilangkan Prostitusi di RTH Tubagus Angke: Bikin 'Jogging Track'

Solusi Heru Budi Hilangkan Prostitusi di RTH Tubagus Angke: Bikin "Jogging Track"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com