Daya angkut transjakarta dipastikan melonjak karena akses dari dan ke permukiman dan kantong-kantong penumpang lebih mudah. Operasi angkutan di jalan pun lebih efektif sehingga berpotensi mengurangi kemacetan.
Pola tersebut, kata Yoga, terbukti di Guangzhou, Tiongkok. Meski hanya memiliki satu koridor sepanjang 32 kilometer, BRT (bus rapid transit) di Guangzhou dapat mengangkut 1 juta penumpang per hari.
Bandingkan dengan transjakarta, 12 koridor dengan total panjang jalur 210 kilometer, hanya mengangkut sekitar 350.000 penumpang per hari.
Padahal, sejumlah koridor transjakarta memiliki potensi penambahan jumlah penumpang yang signifikan, seperti Koridor I, VI, dan IX.
Intensitas bus bisa dipacu dari rata-rata 40 bus per jam per arah menjadi 150 bus per jam per arah sehingga daya angkutnya bisa meningkat tiga kali lipat.
Menurut Yoga, PT Transjakarta pun bisa melipatgandakan daya angkutnya hingga 1 juta orang per hari.
Target itu bisa diraih dengan sejumlah cara, seperti dengan menambah armada, mengintegrasikannya dengan bus kota lain sebagai pengumpan serta moda angkutan massal lain, memperpanjang dan memperlebar halte, membangun jalur untuk mendahului, serta menegakkan aturan hukum.
Sebelumnya, Direktur Utama PT Transjakarta ANS Kosasih menyatakan, pihaknya bersiap mengelola operator-operator angkutan di bawah pengelolaannya.
PT Transportasi Jakarta juga mengajukan usulan anggaran Rp 1,8 triliun dalam rancangan APBD DKI Jakarta 2016, dua kali lipat dibandingkan tahun ini, untuk mengantisipasi penambahan subsidi pemerintah kepada pengguna angkutan umum.
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Andi Yansyah menargetkan integrasi di beberapa lokasi akhir tahun ini.
Angkutan kota di jalur-jalur transjakarta akan dikonversi menjadi bus sedang, berperan sebagai pengumpan, serta beroperasi dengan model bisnis rupiah per kilometer.
Tim gabungan bersama konsultan akan mengevaluasi untuk memetakan kebutuhan pengguna serta mengatur trayek untuk memilah berdasarkan angkutan utama, pengumpan, dan angkutan lingkungan. (MKN)
------------
Artikel ini sebelumnya ditayangkan di harian Kompas edisi Rabu, 11 November 2015, dengan judul "Publik Menanti Janji Integrasi".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.