Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemeriksaan Tanpa Dokumentasi, Ahok Berdebat dengan Pejabat BPK

Kompas.com - 23/11/2015, 17:22 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sempat berdebat pegawai serta pejabat eselon I Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), I Nyoman Wara.

Ia mendebat pegawai BPK yang tidak mengizinkan kamerawan Pemprov DKI naik ke ruangan pemeriksaan Ahok. Kekesalan Ahok berlanjut hingga di lantai 12, tempatnya diperiksa.

Berdasarkan video yang diunggah oleh Berita Jakarta di Youtube, Basuki tak terima mengapa pemeriksaannya tidak bisa didokumentasikan oleh staf humas dari Dinas Komunikasi, Informasi, dan Kehumasan (Diskominfomas) DKI.

"Kita mau tahu, kita mau denger saja Anda rekam (pakai BPK TV) atau tidak? Anda duduk dulu, ngomong, ini mesti jelas gitu lho. Kalau Anda rekam, kita juga mau rekam. Anda bukan KPK, bukan jaksa, BPK auditor kok," kata Basuki dengan raut muka kesal, di Gedung BPK RI, Senin (23/11/2015).

Basuki mengaku tidak menginginkan adanya kesalahan dokumentasi. Pasalnya pemeriksaan BPK ini bukan bersifat penyidikan.

Pemeriksaan itu, kata Basuki, hanya untuk melengkapi keterangan dari laporan investigasi pembelian lahan Rumah Sakit Sumber Waras yang diminta oleh KPK.

"Saya wajib merekam dong, supaya seluruh rakyat tahu apa yang ditanya dan apa yang saya jawab. Soal nanti hasil investigasi, Bapak mau bawa ke KPK, silakan. Kalau di KPK, kita terima enggak boleh masuk dan itu aja boleh bawa pengacara," kata Basuki.

Kemudian Nyoman yang juga merupakan Staf Ahli bidang Investigasi BPK mengatakan, pelarangan dokumentasi ketika pemeriksaan sudah ada aturannya.

Mendengar itu, staf ahli Gubernur pun memotong pembicaraannya. "Iya betul. Tapi back up dokumen kami gimana, Pak?" tanya staf itu. 

"Kami sih melihatnya dari sisi kami saja. Karena dokumen informasi kan Bapak yang punya?. Itu Bapak yang punya," kata Nyoman. 

"Saya sebenarnya bukan mau ngomong dokumennya. Yang saya mau tahu itu, saya mau merekam Bapak tuh tanya apa? Itu yang saya mau tahu. Karena kita melaporkan ke Majelis Etik Kehormatan yang kasus kami itu enggak ditanggapi," imbuh Basuki. 

Basuki mengatakan, ada aturan waktu audit investigasi selama 60 hari. Kemudian KPK memperpanjang waktu audit investigasi 20 hari lagi menjadi total 80 hari.

Mendengar itu, Nyoman meminta maaf karena kekesalan Basuki tersebut bukan wewenang mereka.

"Makanya maksud saya, kami lapor aja ke Majelis Etik enggak ditanggapi. Mestinya kan dipanggil untuk menanyakan laporan kami, diproses, dan ternyata enggak," kata Basuki mengeluhkan laporan ICW terhadap Kepala BPK DKI Efdinal ke Majelis Kode Etik BPK. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pungli di Masjid Istiqlal Patok Tarif Rp 150.000, Polisi: Video Lama, Pelaku Sudah Ditangkap

Pungli di Masjid Istiqlal Patok Tarif Rp 150.000, Polisi: Video Lama, Pelaku Sudah Ditangkap

Megapolitan
Orangtua Korban Tragedi 1998 Masih Menunggu Anak-anak Pulang Sekolah...

Orangtua Korban Tragedi 1998 Masih Menunggu Anak-anak Pulang Sekolah...

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, Senin 13 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, Senin 13 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
Peringati Tragedi Mei 1998, Peserta 'Napak Reformasi' Khusyuk Doa Bersama dan Tabur Bunga

Peringati Tragedi Mei 1998, Peserta "Napak Reformasi" Khusyuk Doa Bersama dan Tabur Bunga

Megapolitan
Diduga Bakal Tawuran, 33 Remaja yang Berkumpul di Setu Tangsel Dibawa ke Kantor Polisi

Diduga Bakal Tawuran, 33 Remaja yang Berkumpul di Setu Tangsel Dibawa ke Kantor Polisi

Megapolitan
Rute KA Dharmawangsa, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Dharmawangsa, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Megapolitan
Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Megapolitan
Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Megapolitan
Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Megapolitan
Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Megapolitan
3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

Megapolitan
Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Megapolitan
Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Megapolitan
Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com