Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Metromini Butut Berkeliaran di Jakarta

Kompas.com - 14/12/2015, 11:28 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Angkutan umum jenis metromini rombeng alias butut masih saja berkeliaran di DKI Jakarta.

Bus-bus yang secara kasat mata sudah tak laik itu, tetap saja beroprasi di jalan-jalan Ibu Kota dan tak jarang dikemudikan secara ugal-ugalan.

Untuk melihat kondisi bus yang pernah menjadi primadona di era tahun 70-an itu, Sabtu (12/12) lalu, Warta Kota mencoba naik metromini rute Ciledug-Grogol (B-92) dari putaran underpass Cileduk.

Awalnya sopir melaju pelan sampai pertigaan pojok, kemudian berbelok memasuki Jalan Joglo Raya.

Di tengah perjalanan, tepatnya di seberang pool Blue Bird, tiba-tiba sopir memacu kendaraannya karena di belakangnya ada bus dengan trayek sama mau menyusul.

Bemper belakang yang sudah copot sebelah terdengar berisik karena potongannya menempel ke jalan.

Di dalam bus, Warta Kota yang duduk di belakang sopir menyaksikan ulah pengemudi yang ugal-ugalan, tak memperhitungkan bahwa jalur yang dilaluinya sempit dan padat kendaraan.

Kondisi kursi di bus ini sudah pada copot murnya. Sementara alas mobil sudah berlubang sehingga kalau melihat ke bawah melalui lubang itu, jelas terlihat besi gardan.

"Mas, sudah nggak ada rem tangannya bus ini?" tanya Warta Kota kepada sang sopir.

"Wah sudah sejak 10 tahun lalu juga nggak pakai rem tangan," katanya enteng.

Yang mengkhawatirkan, kemudi bus itu sudah karatan dan longgar. Dashboard-nya sudah tak ada, benar-benar mengancam keselamatan penumpang.

Seorang penumpang yang setiap hari mondar-mandir menggunakan bus B-92 mengakui memilih angkutan ini karena terpaksa.

"Nggak ada pilihan lain, ya terpaksa. Kalau sudah ngebut saya suka sport jantung," ucap Yani (45), warga Mencong, Ciledug.

Ihwal minimnya keamanan bus metromini itu diakui Kepala Dinas Perhubungan dan Transportasi (Dishubtrans) DKI Jakarta Andri Yansah, baru-baru ini.

Selain kondisi bus yang sudah tidak lain jalan, pengemudi kebanyakan tak memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) B1 untuk mengemudikan angkutan umum.

Dua pekan terakhir ini, bus-bus yang tak lain jalan mulai dirazia dan dikandangkan.

Puluhan personel Sudinhubtrans Jakarta Selatan dan petugas Terminal Pasar Minggu, misalnya, merazia metromini dan angkutan umum lainnya di Terminal Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Kamis (10/12/2015) pekan lalu.

Satu per satu kendaraan dan pengemudi angkutan umum ini diperiksa petugas.

Pantauan Warta Kota, seorang pengemudi Metro Mini, Ahmad Tohir (35) hanya bisa menunjukkan surat tilang yang akan berakhir pada 18 Desember mendatang.

Kemudian, Tohir pun berani mengendarai busnya meski tanpa rem tangan. "Rem tangannya kagak ada, pak. Jadi, kalau mau berhenti agak lama kita ganjal pake botol," kata Tohir kepada petugas Dishubtrans.

Razia serupa juga dilakukan di Jakarta Barat. Di antaranya di Terminal Kalideres, Terminal Grogol, Kebon Jeruk, dan Cengkareng.

Pengemudi angkutan umum juga dicek mulai adari kartu tanda pengenal pengemudi, SIM, STNK, dan fisik kendaraan. Bus-bus yang sudah tak layak langsung dikandangkan.

Kepala UPT Terminal DKI Banjar Nahor mengakui razia terhadap metromini akan terus dilakukan. Karena memang banyak aksi ugal-ugalan para pengemudi dan harus ditindak petugas.

"Jadi, tidak ada kompromi lagi bagi para pengemudi metromini yang membandel," ucapnya.

Karenanya, kata dia, kebanyakan pengemudi metromini di bawah umur. Kalau terjadi kecelakaan lalu lintas yang disalahkan Dishubtrans DKI.

"Kalau kedapatan ada anak dibawah umur membawa Metromini langsung dikandangkan," ungkapnya.

Sopir mengeluh

Sementara itu, Jumat (11/12) pekan lalu cuaca di Pool Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat cerah. Panas terik matahari membuat kulit terbakar.

Usai shalat Jumat, pul Rawa Buaya ini didatangi para sopir metromini. Sambil menggerutu, mereka duduk di lantai kantor Sudin Dishubtrans yang berada di areal pool tersebut.

Mereka menyambangi pul untuk mengambil metromini yang dikandangkan petugas Dishubtrans. Puluhan sopir itu terlihat berang serta mengeluh saat ingin mengambil metromini yang biasa digunakannya untuk menarik penumpang.

Sahar (38), sopir Metromini B-91 jurusan Batusari-Tanah Abang memperlihatkan kekesalannya di Pool Rawa Buaya. Metro Mini miliknya terjaring razia oleh petugas lantaran tak memenuhi kelayakan.

"Ini gila memang. Saya baru tiga hari lolos uji kir, eh malah metromini saya dikandangin karena kata petugas tidak layak," ujar Sahar dengan suara tinggi ketika ditemui Warta Kota di Pool Rawa Buaya.

Ia mengungkapkan alasan personel Sudin Dishubtrans Jakarta Barat mengandangkan metromini karena ada masalah pada kendaraan. Menurut petugas rem metromininya tak berfungsi dengan baik.

"Kan aneh jadinya. Ini siapa yang salah. Saat lolos uji kir enggak ada kendala apa-apa, eh saat dirazia remnya bermasalah," ungkapnya.

Sedangkan Nana (52), sopir metromini S-75 jurusan Pasar Minggu-Blok M juga tampak murung. Ia harus meminjam uang sekitar Rp 1 juta demi menebus metromini miliknya.

"Tebusnya ya sekitar Rp 1 jutaan. Saya pinjam uang ke teman, bayarnya nyicil," kata pria yang mengenakan topi ini.

Dirinya terpaksa melakukan hal itu untuk kelangsungan hidup keluarganya. Ia sudah lebih tiga hari tak bekerja lantaran metromininya dikandangkan petugas.

"Seharusnya perhatikan kami juga, dong. Kami juga kan punya keluarga. Anak dan istri kami mau makan apa kalau enggak narik," tutur Nana sembari memegangi surat tilang berwarna merah muda.

Nana terjaring razia aparat karena metromininya tidak memiliki speedometer. "Metromini saya kan sudah ada sejak tahun 1970-an. Ya memang dari dulunya juga metromini punya saya itu enggak ada speedometer-nya. Eh malah dibawa petugas," imbuhnya.

Tak hanya Sahar dan Nana yang mengeluarkan uneg-unegnya di pul Rawa Buaya. Anwar (40) rekan seprofesinya turut mengoceh terkait permasalahan ini.

"Ini gara-gara kejadian metromini yang tertabrak KRL di Angke dan menyebabkan banyak penumpang tewas beberapa hari lalu. Jadinya, petugas melakukan razia terhadap metromini. Saya jamin kalau dalam uji kelayakan, hanya 10 persen saja metromini yang lolos razia. Sekarang banyak juga metromini yang bobrok pada ngumpet," papar Anwar.

Pantauan Warta Kota di lokasi, ratusan metromini yang dikandangkan ini menumpuk di Pool Rawa Buaya. Kendaraan tersebut berjajar rapi terparkir di depan halaman kantor Sudin Dishubtrans Jakarta Barat. (dik/bin/jhs)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Megapolitan
Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Megapolitan
Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Megapolitan
Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Megapolitan
KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

Megapolitan
Tiga Jenazah ABK Kapal yang Terbakar di Muara Baru Telah Dijemput Keluarga

Tiga Jenazah ABK Kapal yang Terbakar di Muara Baru Telah Dijemput Keluarga

Megapolitan
Gangguan Jiwa Berat, Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Sempat Dirawat di RSJ

Gangguan Jiwa Berat, Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Sempat Dirawat di RSJ

Megapolitan
Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Megapolitan
Polisi: Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Alami Gangguan Kejiwaan Berat

Polisi: Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Alami Gangguan Kejiwaan Berat

Megapolitan
Imbas Tanah Longsor, Warga New Anggrek 2 GDC Depok Khawatir Harga Rumah Anjlok

Imbas Tanah Longsor, Warga New Anggrek 2 GDC Depok Khawatir Harga Rumah Anjlok

Megapolitan
Kisah Iyan, Korban Banjir Cipayung yang Terpaksa Mengungsi ke Rumah Mertua 2 Bulan Lamanya...

Kisah Iyan, Korban Banjir Cipayung yang Terpaksa Mengungsi ke Rumah Mertua 2 Bulan Lamanya...

Megapolitan
Maling Motor 'Ngadu' ke Ibunya Lewat 'Video Call' Saat Tertangkap Warga: Mak, Tolongin...

Maling Motor 'Ngadu' ke Ibunya Lewat 'Video Call' Saat Tertangkap Warga: Mak, Tolongin...

Megapolitan
Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Sediakan Alat Pijat dan 'Treadmill' untuk Calon Jemaah Haji

Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Sediakan Alat Pijat dan "Treadmill" untuk Calon Jemaah Haji

Megapolitan
Penampakan Rumah TKP Penusukan Seorang Ibu oleh Remaja Mabuk di Bogor, Sepi dan Tak Ada Garis Polisi

Penampakan Rumah TKP Penusukan Seorang Ibu oleh Remaja Mabuk di Bogor, Sepi dan Tak Ada Garis Polisi

Megapolitan
Anggap Pendaftaran Cagub Independen DKI Formalitas, Dharma Pongrekun: Mustahil Kumpulkan 618.000 Pendukung

Anggap Pendaftaran Cagub Independen DKI Formalitas, Dharma Pongrekun: Mustahil Kumpulkan 618.000 Pendukung

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com