Mesin tiket KRL commuter line ini memiliki ukuran hampir menyerupai mesin anjungan tunai mandiri (ATM).
Terdapat layar sentuh pada bagian tengah mesin. Di bawah layar, ada dua slot untuk memasukan kartu.
Satu slot untuk KMT dan satunya lagi untuk THB. Di bawah slot kartu tersebut ada peta yang menggambarkan relasi-relasi perjalanan KRL commuter line. (Baca: Ini Cara Membeli Tiket di "Vending Machine" KRL)
Pada samping kanan peta relasi, terdapat tiga slot, masing-masing slot untuk memasukkan uang koin, slot untuk memasukan uang kertas, dan slot untuk mengembalikan THB.
Sementara itu, pada samping kiri mesin, terdapat slot untuk mengambil uang kembalian setelah pengembalian THB.
Mesin tiket KRL ini dapat menerima semua pecahan uang kertas. Namun untuk pembelian THB, transaksi hanya melayani uang kertas dengan pecahan maksimal Rp 20.000.
Penumpang yang membawa uang kertas pecahan Rp 100.000 dan Rp 50.000 akan langsung diberi uang kertas dengan pecahan yang lebih kecil saat ia akan bertransaksi lewat mesin tersebut.
Uang kertas pecahan pengganti ini disediakan petugas pendamping yang melayani penumpang yang akan bertransaksi. (Baca: Beli Tiket KRL di "Vending Machine", Uang Rp 100.000 dan Rp 50.000 Tak Bisa Dipakai)
Uang kertas pecahan pengganti yang disediakan mulai Rp 1.000, Rp 2.000, Rp 5.000, Rp 10.000, dan maksimal Rp 20.000.
Sebagai contoh, jika seorang penumpang membawa uang Rp 100.000, maka ia kemungkinan akan diberi sejumlah lembar uang, masing-masing dua lembar Rp 20.000, satu lembar Rp 10.000, dan 10 lembar Rp 5.000.
"Tetapi yang tidak bisa menerima uang Rp 50.000 dan Rp 100.000 hanya yang transaksi THB saja. Untuk top up KMT bisa sampai dengan pecahan Rp 100.000. Kalau untuk top up KMT penumpang bisa menggunakan pecahan Rp 50.000 dan Rp 100.000," tutur Eva.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.