Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jakarta Dinilai Lebih Siap Menghadapi Banjir

Kompas.com - 13/01/2016, 15:05 WIB

Menurut jajak pendapat Litbang Kompas, November lalu, perilaku warga yang mengakibatkan sumbatan pada saluran air punya peran utama terhadap kemunculan banjir.

Tujuh dari 10 responden yang dihubungi lewat telepon sepakat bahwa gorong-gorong air yang tersumbat menjadi penyebab utama munculnya genangan ataupun banjir di lingkungan sekitar rumah mereka.

Kelancaran air yang mengalir dari hulu ke hilir selama ini memang bergantung pada 13 sungai dan saluran drainase di Jakarta.

Jika ada yang menghambat, seperti tumpukan sampah, genangan banjir berpotensi muncul. Tindakan menutup bagian atas saluran air dengan cor beton ternyata berdampak buruk pada aliran air, yakni pembersihan lebih sulit dilakukan.

"Saluran got di tepi jalan di sekitar banyak yang ditutup dengan beton. Got jadi sulit dikontrol. Sampah menumpuk di dalamnya," kata Benny (53) yang tinggal di kawasan Terminal Grogol, Jakarta Barat.

Akibatnya, saat hujan deras, rumah pengusaha otomotif ini sering kebanjiran dan lama surut. Jika hasil jajak pendapat ditelaah lebih jauh, kondisi saluran air yang mampet lebih banyak terjadi di daerah yang sering mengalami banjir.

Tidak hanya menghilangkan sumbatan, sekelompok kecil warga juga membuat sumur resapan di sekitar rumah.

Sumur resapan berfungsi mengurangi aliran permukaan sehingga bisa mencegah atau mengurangi terjadinya banjir dan genangan air. Selain itu, air yang masuk ke dalam sumur bisa menjadi cadangan air tanah.

Komunitas

Dalam skala lebih luas, komunitas peduli lingkungan yang berusaha menjaga kebersihan sungai dan saluran air makin agresif. Komunitas Masyarakat Peduli Ciliwung (Mat Peci), misalnya.

Komunitas yang dipimpin oleh Bang Usman ini kerap mengadakan kegiatan bersih Sungai Ciliwung dan melakukan penyuluhan kepada masyarakat yang tinggal di sekitar sungai.

Demikian pula dengan gerakan warga di Kelurahan Balekambang, Kecamatan Kramatjati, Jakarta Timur.

Komunitas yang diberi nama Mapeling, kependekan dari Masyarakat Peduli Ciliwung, itu secara rutin membersihkan sungai dari sampah sejak 2013.

Usaha swadaya warga yang dilengkapi dengan aneka upaya Pemprov DKI semestinya menghasilkan kesiapan menghadapi banjir yang lebih baik ketimbang waktu sebelumnya. Kalaupun muncul genangan, akan hilang lebih cepat.

"Setelah banjir besar 2014, banyak infrastruktur di sekitar (rumah) saya yang diperbaiki. Got-got dibersihkan dan dikeruk oleh pemerintah. Jika ada genangan cepat sekali surut airnya," kata Christine.

(Budiawan Sidik A/ Litbang Kompas)


-------------


Artikel ini sebelumnya ditayangkan di harian Kompas edisi Rabu, 13 Januari 2016, dengan judul "Jakarta Dinilai Lebih Siap Menghadapi Banjir".


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Tangkap Pembunuh Pedagang Perabot di Duren Sawit, Ternyata Anak Kandung Sendiri

Polisi Tangkap Pembunuh Pedagang Perabot di Duren Sawit, Ternyata Anak Kandung Sendiri

Megapolitan
Diduga Korsleting, Bengkel Motor Sekaligus Rumah Tinggal di Cibubur Terbakar

Diduga Korsleting, Bengkel Motor Sekaligus Rumah Tinggal di Cibubur Terbakar

Megapolitan
Kardinal Suharyo Tegaskan Gereja Katolik Tak Sama dengan Ormas Keagamaan

Kardinal Suharyo Tegaskan Gereja Katolik Tak Sama dengan Ormas Keagamaan

Megapolitan
Ditawari Izin Tambang, Kardinal Suharyo: Itu Bukan Wilayah Kami

Ditawari Izin Tambang, Kardinal Suharyo: Itu Bukan Wilayah Kami

Megapolitan
Pemuda yang Sekap dan Aniaya Kekasihnya di Pondok Aren Ditangkap Polisi

Pemuda yang Sekap dan Aniaya Kekasihnya di Pondok Aren Ditangkap Polisi

Megapolitan
Pengelola Rusunawa Marunda Lapor Polisi soal Penjarahan Sejak 2023

Pengelola Rusunawa Marunda Lapor Polisi soal Penjarahan Sejak 2023

Megapolitan
Paus Fransiskus Kunjungi Indonesia: Waktu Singkat dan Enggan Naik Mobil Antipeluru

Paus Fransiskus Kunjungi Indonesia: Waktu Singkat dan Enggan Naik Mobil Antipeluru

Megapolitan
Pedagang Perabot di Duren Sawit Tewas dengan Luka Tusuk

Pedagang Perabot di Duren Sawit Tewas dengan Luka Tusuk

Megapolitan
Tak Disangka, Grafiti Bikin Fermul Belajar Mengontrol Emosi

Tak Disangka, Grafiti Bikin Fermul Belajar Mengontrol Emosi

Megapolitan
Sambut Positif jika Anies Ingin Bertemu Prabowo, PAN: Konsep 'Winner Takes All' Tidak Dikenal

Sambut Positif jika Anies Ingin Bertemu Prabowo, PAN: Konsep "Winner Takes All" Tidak Dikenal

Megapolitan
Seniman Grafiti Ingin Buat Tembok Jakarta Lebih Berwarna meski Aksinya Dicap Vandalisme

Seniman Grafiti Ingin Buat Tembok Jakarta Lebih Berwarna meski Aksinya Dicap Vandalisme

Megapolitan
Kunjungan Paus ke Indonesia Jadi yang Kali Ketiga Sepanjang Sejarah

Kunjungan Paus ke Indonesia Jadi yang Kali Ketiga Sepanjang Sejarah

Megapolitan
Kardinal Suharyo: Kunjungan Paus Penting, tapi Lebih Penting Mengikuti Teladannya

Kardinal Suharyo: Kunjungan Paus Penting, tapi Lebih Penting Mengikuti Teladannya

Megapolitan
Paus Fransiskus Akan Berkunjung ke Indonesia, Diagendakan Mampir ke Istiqlal hingga GBK

Paus Fransiskus Akan Berkunjung ke Indonesia, Diagendakan Mampir ke Istiqlal hingga GBK

Megapolitan
Warga Langsung Padati CFD Thamrin-Bundaran HI Usai Jakarta Marathon

Warga Langsung Padati CFD Thamrin-Bundaran HI Usai Jakarta Marathon

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com