Jessica adalah teman Mirna saat sama-sama berkuliah di Billy Blue College, Australia. Pada 6 Januari lalu, Jessica janji bertemu dengan Mirna yang datang bersama Hani.
Jessica sudah datang terlebih dulu dan memesankan minuman Kopi Vietnam untuk Mirna di Kafe Olivier, Grand Indonesia. Namun, setelah mencicipi kopi itu, Mirna langsung kejang-kejang dan dari mulutnya keluar busa.
Saat dibawa ke rumah sakit, Mirna pun dinyatakan meninggal dunia. Hasil autopsi menemukan adanya racun sianida di dalam tubuh Mirna. Dugaan Mirna dibunuh kemudian mengemuka.
Bagi penyidik, Jessica adalah saksi spesial karena sangat mengetahui peristiwa sebelum Mirna tewas. Sudah dua kali Jessica diperiksa di Mapolda Metero Jaya yakni pada Selasa (19/1/2016) dan Rabu (20/1/2016).
Pada pemeriksaan pertama, Jessica ditanya oleh tim psikologi Polda Metro Jaya untuk menggali karakter perempuan yang memiliki keahlian desain itu. Tak banyak yang disampaikan Jessica usai pemeriksaan itu.
Sementara usai pemeriksaan kedua, Jessica lebih terbuka kepada media soal pemeriksaannya. Dia menegaskan dirinya sama sekali tidak terkait dengan peristiwa terbunuhnya Mirna. Sama dengan yang lain, Jessica sangat berduka akan kepergian Mirna.
"(Saya) tidak ada hubungannya (dengan kasus ini). Saya sedih saja teman saya meninggal," kata Jessica, Rabu (20/1/2016) malam.
Celana yang dibuang
Salah satu petunjuk penting dalam kasus ini adalah keterangan pembantu Jessica yang menyebutkan ada celana yang dibuang setelah Jessica membawa Mirna ke Rumah Sakit Abdi Waluyo.
Melalui kuasa hukum Jessica, Yudi Wibowo, didapatkan keterangan bahwa Jessica yang meminta celana itu dibuang karena sudah rusak saat menolong Mirna ke rumah sakit.
Namun, kepada pewarta, Jessica menolak berkomentar atau bercerita sedikit pun soal celananya itu.
"Oh tidak, saya tidak bisa komen (soal celana) itu. Kalau polisi tidak tanya, saya tidak bisa jawab," tutur Jessica.
Jessica juga menuturkan, selama pemeriksaan hari Rabu yang berlangsung enam jam lebih, tidak ada pertanyaan baru dari polisi.
Di luar hal itu, Jessica juga membantah adanya informasi bahwa dia pernah menulis status di Facebook terkait kasus meninggalnya Mirna dan isu miring lain, seperti isu cinta segitiga yang menjadi motif pembunuhan terhadap Mirna.
Saat pewarta menanyakan tentang adanya obrolan di WhatsApp yang beredar, dia juga bungkam.
Dari obrolan WhatsApp yang belum dikonfirmasi kebenarannya itu, Jessica terlihat memesan dokter di Grand Indonesia untuk menangani Mirna yang kejang setelah meminum kopi di Kafe Olivier.
Menjadi kambing hitam
Selama lima menit lebih awak media mewawancarai Jessica, kedua kuasa hukumnya sering memotong ucapan Jessica. Salah satu kuasa hukum Jessica juga berulang kali berbicara kalau Jessica hanya bisa bicara sebentar.
"Satu menit saja, ya. Tadi janji enggak ngeroyok, tadi sudah janji kan," ujar si kuasa hukum tersebut.
"Saya kira polisi profesional lah, ya. Saya harap, klien saya jangan dikambing-hitamkan. Itu saja. Kan ada yang sama-sama minum (kopi) tidak mati, yang minum yang satu mati," sebut kuasa hukum lainnya.
Orang lain yang disebut kuasa hukum ikut meminum kopi yang sama adalah Hani, teman Mirna yang lain saat sedang di Kafe Olivier.
Namun, Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Krishna Murti sebelumnya membantah pernyataan itu. Kata Krishna, Hani tidak meminum kopi itu, tapi hanya mencoba meneteskan kopi ke lidahnya dengan sedotan.
Setelah berbagai pertanyaan dilayangkan, Jessica berusaha menembus kerumunan pewarta dan tetap bungkam hingga dia masuk ke dalam mobil yang sudah menunggu di depan gedung Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya.
Dia hanya berbicara sekali dengan nada meninggi kepada pewarta yang masih bertanya.
"Sudah cukup. Saya enggak ngomong apa-apa lagi, ya. Saya berusaha sopan, loh. Saya ini sudah capek banget, maaf ya," tukas Jessica.