Pengurus warga bahkan ada yang diancam karena hal ini.
"RT-nya pernah dipanggil mau digebukin. Mau dituntut kita. Penganiayaannya sudah sering," kata Ketua RW 12, Sugiarti, Selasa (9/2/2016).
Ani akhirnya bisa kabur pada Selasa (9/2/2016) pagi. Dengan seutas kabel antena, Ani melarikan diri dengan cara turun dari rumah berlantai dua itu. Setelah itu, ada warga yang berbaik hati dan menolong Ani.
Mulanya, Ani dibawa ke Pos Polisi Kebon Sereh, yang jaraknya sekitar 10 menit perjalanan dari rumah majikan Ani.
Laporan Ani ditanggapi. Gadis itu kemudian dibawa ke Mapolsek Matraman. Di Polsek, Ani diperiksa penyidik. Beberapa saat setelah memeriksa, polisi memutuskan menggerebek rumah Meta.
Ternyata Meta tak berada di rumah. Namun, polisi mengumpulkan beberapa bukti, yang diduga terkait penganiayaan Ani. Salah satunya gagang kayu yang masih terdapat bercak darah.
Ari, sopir Ani, ditangkap atas dugaan keterlibatannya.
Keesokan hari, Meta, terduga pelaku utama sekaligus otak penganiayaan, menyerahkan diri. Meta dan Ari kemudian ditahan petugas.
Koordinator Nasional Jaringan Nasional Advokasi Pekerja Rumah Tangga (Jala PRT) Lita Angraini mengatakan, kekerasan yang menimpa Ani sudah berlangsung lama. Lita menilai, kalau saja Ani tak kabur, perbuatan pelaku dapat mengancam nyawa korban.
"Kalau tidak (kabur), bisa lebih fatal dan mengancam nyawa," ujar Lita dalam konferensi pers bersama LBH Apik di Hotel Ibis, Cawang, Jakarta Timur, Jumat.
Belum pulih
Ani masih dirawat di RS Polri. Ia menderita trauma dan belum pulih.
"Kondisinya masih dirawat dan diinfus," kata Lita, Minggu kemarin.
Luka Ani masih cukup parah dan tersebar di sekujur tubuhnya. Kondisi demikianlah yang membuat Ani harus mendapatkan perawatan lama.
"Karena lukanya cukup membekas," kata Lita.
Staf Pelayanan Hukum LBH Apik Uli Pangaribuan mendesak agar pelaku menjalani proses hukum sesuai perbuatannya.
"Mendesak aparat penegak hukum untuk melakukan proses hukum terhadap pelaku Meta Hasan Musdalifah dengan jeratan pelanggaran berlapis dari penganiayaan, penyekapan, upah yang tidak dibayar," ujar Uli.
Uli juga berharap agar pemerintah hadir bagi korban. Selain itu, ia berharap masyarakat memperhatikan lingkungan di sekitarnya agar jangan sampai ada kasus kekerasan PRT semacam itu.
Meta dan Ari akan dikenakan Pasal 44 Undang-Undang Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dengan ancaman hukuman penjara di atas 5 tahun.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.