Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pola Penertiban di Jakarta Tidak Seragam

Kompas.com - 13/04/2016, 15:00 WIB

PENGGUSURAN dan relokasi warga di sejumlah tempat di Jakarta terus terjadi selama satu tahun terakhir. Alasan tindakan tegas oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta itu, antara lain, untuk menata kota, mengembalikan lahan sesuai fungsinya, menertibkan aset-aset tanah negara yang dikuasai sebagian warga secara ilegal, juga demi penataan kawasan cagar budaya ikon Ibu Kota.

Namun, penggusuran, atau penertiban sesuai istilah pemerintah, yang dilakukan ternyata tidak berjalan dengan pola yang sama. Ada yang begitu tertata, dalam arti pemerintah menyediakan rumah susun sederhana sewa (rusunawa) secara memadai sebelum warga direlokasi. Ada juga penggusuran yang dilakukan secepat kilat, tanpa persiapan memadai.

Seperti di Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara, proses penggusuran hanya dalam tempo sekitar dua minggu dari pemberian surat peringatan 1 hingga 3, lalu semua rumah warga diratakan. Warga ber-KTP DKI dipindahkan sementara ke rusunawa untuk pekerja lajang. Rusunawa itu berupa ruang tanpa kamar dilengkapi kamar mandi dan WC untuk dihuni satu keluarga. Pada Desember nanti, warga baru dapat rusunawa bagi keluarga dengan ketersediaan ruang yang memadai.

Dibiarkan lagi

Ketidakkonsistenan DKI dalam menertibkan kawasan liar padat penduduk juga terlihat di kolong Tol Sedyatmo, Penjaringan. Seusai digusur dan diratakan pada 1 Maret lalu, kini kolong tol itu kembali dihuni oleh sekitar 30 keluarga. Belum ada kegiatan pembangunan taman interaktif seperti rencana sebelumnya.

Warga bertahan ketika mengetahui harga kontrakan terlalu mahal bagi mereka. Ada pula yang kembali karena mengaku lebih betah di kolong jembatan karena lebih bebas. "Menurut saya, Rp 350.000 itu mahal. Kami tidak sanggup. Dapat bantuan Rp 400.000 pada saat penggusuran, tetapi selanjutnya bagaimana. Hanya cukup buat makan dan anak sekolah," ungkap Sri Sutini (33), di Jakarta, Selasa (12/4).

Warga yang kembali diberikan toleransi tinggal di sana dengan syarat tidak membangun bilik beratap yang bisa memancing warga lainnya kembali. Mereka menempati area di bawah tol yang menurun. Mereka tak menggunakan atap, hanya mengandalkan gelaran kasur.

"Ada Satpol PP yang kadang mengawasi. Kami dimaklumi tinggal di sini. Bikin bilik tidak boleh terlalu tinggi. Kalau malam baru pasang atap," kata Sri.

Sebagian besar warga kolong berjualan dan bekerja serabutan. Anak-anak bermain dan sebagian lainnya belajar di sekolah kolong yang masih aktif berjalan pada siang hari. Sampah bekas gusuran yang menumpuk, tikus, dan nyamuk sangat mengganggu, tetapi mereka bertahan.

Di sepanjang Jalan Kepanduan I, setengah dari kolong tol jadi tempat parkir truk asal Sumatera. Di ujung jalan layang masih ada tumpukan barang bekas dan tripleks.
content

"Enggak tahu kenapa dulu buru-buru. Solusi buat kami juga tidak ada. Pas Kalijodo digusur selang 1 x 24 jam, kami juga kena. Sekarang saja masih seperti ini, katanya mau dibangun lapangan futsal," kata Sujiyo (54), yang kadang menghabiskan tidurnya di becak karena bilik penuh untuk istri dan kedua anaknya.

Belum selesai

Di Jakarta Barat, lahan di sepanjang bantaran Kali Apuran, Cengkareng, kini terlihat sangat lapang. Sejauh mata memandang hanya terlihat lapisan jalan beton mulus mengapit kali.

Sekitar 1.500 bangunan yang mengokupasi bantaran kali ditertibkan sejak Desember 2015. Namun, pembangunan jalan inspeksi sepanjang 2 kilometer itu hingga kini belum rampung. Pada Februari 2016, Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Barat bahkan menertibkan ulang kawasan itu karena warga kembali mengokupasi lahan.

Pantauan di lokasi, kemarin, tiga alat berat masih berada di lokasi. Belasan pekerja berseragam oranye mengerjakan turap di sepanjang kali. Namun, pembangunan jalan inspeksi terpotong di jarak sekitar 1 kilometer. Sebagian lahan ada yang sudah diuruk dengan batu kali, ada juga yang masih lapisan tanah. Petugas bangunan di lokasi mengatakan, proyek jalan inspeksi terhenti karena masalah dana. Saat ini, petugas diminta mengerjakan turap batu kali.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cerita Ahok Ingin Reklamasi 17 Pulau di Utara Jakarta Agar Pemprov DKI Bisa Raup Pendapatan Rp 127,5 Triliun

Cerita Ahok Ingin Reklamasi 17 Pulau di Utara Jakarta Agar Pemprov DKI Bisa Raup Pendapatan Rp 127,5 Triliun

Megapolitan
Rayakan HUT Jakarta ke-497, TMII Bagi-bagi Roti Buaya ke Pengunjung

Rayakan HUT Jakarta ke-497, TMII Bagi-bagi Roti Buaya ke Pengunjung

Megapolitan
DPRD DKI Soroti Kemacetan dan Banjir di Jakarta Saat Rapat Paripurna

DPRD DKI Soroti Kemacetan dan Banjir di Jakarta Saat Rapat Paripurna

Megapolitan
Anies dan Ahok Tak Hadiri Rapat Paripurna HUT ke-497 Jakarta

Anies dan Ahok Tak Hadiri Rapat Paripurna HUT ke-497 Jakarta

Megapolitan
Sejarah Pulau Bidadari, Dahulu Tempat Menampung Orang Sakit yang Kini Jadi Destinasi Memesona

Sejarah Pulau Bidadari, Dahulu Tempat Menampung Orang Sakit yang Kini Jadi Destinasi Memesona

Megapolitan
Heru Budi Minta Warga Gunakan Hak Pilihnya pada Pilkada Jakarta 2024

Heru Budi Minta Warga Gunakan Hak Pilihnya pada Pilkada Jakarta 2024

Megapolitan
Daftar 34 Ruas Jalan yang Ditutup Saat Jakarta International Marathon

Daftar 34 Ruas Jalan yang Ditutup Saat Jakarta International Marathon

Megapolitan
Ahok Ucapkan Selamat Ultah untuk Jakarta, Ungkit Sosok untuk Mengurus Warga

Ahok Ucapkan Selamat Ultah untuk Jakarta, Ungkit Sosok untuk Mengurus Warga

Megapolitan
Tawuran Pecah di Jatinegara Saat Momen HUT Ke-497 Jakarta

Tawuran Pecah di Jatinegara Saat Momen HUT Ke-497 Jakarta

Megapolitan
Transportasi Massal Lawas di Jakarta yang Kini Telah Punah...

Transportasi Massal Lawas di Jakarta yang Kini Telah Punah...

Megapolitan
Ditanya Soal Kandidat Cagub DKI, Heru Budi: Kandidatnya Bagus, Mudah-mudahan Pilihan Rakyat yang Terbaik

Ditanya Soal Kandidat Cagub DKI, Heru Budi: Kandidatnya Bagus, Mudah-mudahan Pilihan Rakyat yang Terbaik

Megapolitan
Absen Perayaan HUT Jakarta di PRJ Saat Ada Anies Baswedan, Heru Budi: Saya Rapat sampai Malam

Absen Perayaan HUT Jakarta di PRJ Saat Ada Anies Baswedan, Heru Budi: Saya Rapat sampai Malam

Megapolitan
Hari Ini HUT Jakarta, Masuk Monas Gratis hingga ke Museum dan Cawan

Hari Ini HUT Jakarta, Masuk Monas Gratis hingga ke Museum dan Cawan

Megapolitan
Heru Budi: Tahun Ini Ultah Terakhir Jakarta dengan Status Ibu Kota

Heru Budi: Tahun Ini Ultah Terakhir Jakarta dengan Status Ibu Kota

Megapolitan
Kaesang Sebut Dirinya dan Anies Berbeda, Anies: Saya Hormati Pandangan Beliau

Kaesang Sebut Dirinya dan Anies Berbeda, Anies: Saya Hormati Pandangan Beliau

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com