Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/04/2016, 17:04 WIB
Kompas TV Warga Penjaringan Bertahan di Perahu Nelayan

"Jika ketiga zona sudah selesai, kawasan ini terintegrasi sebagai kawasan wisata bahari," ujar Teguh.

Dermaga perahu nelayan dan dermaga kapal wisata pun saling terhubung. Dermaga itu adalah Dermaga Pasar Ikan, Dermaga Kali Adem di Kamal Muara, dermaga apung di Kepulauan Seribu yang masih disiapkan, serta dermaga apung di Teluk Naga, Tangerang, Banten, yang kini dalam proses negosiasi antara Pemprov DKI dan Pemkab Tangerang.

"Dermaga-dermaga ini akan menjadi dermaga penyangga dermaga internasional di kawasan Green Bay, Pluit," tutur Teguh.

Setelah revitalisasi pertama di Pasar Ikan separuh jalan, lanjut Teguh, akan dilakukan revitalisasi tahap kedua di sekitar Masjid Luar Batang.

Jika lancar, Pemprov DKI berencana membangun rumah susun sederhana sewa di sekitar Masjid Luar Batang. Seluruh proyek diharapkan selesai tahun ini.

Sebagian warga bertahan

Selasa siang kemarin, 13 ekskavator bekerja meratakan sebagian bangunan dan mengeruk Kali Pakin. Lurah Penjaringan Suranta mengatakan, pihaknya memonitor kegiatan tersebut dan melayani warga yang ingin mengurus administrasi kependudukan serta penempatan di rusunawa. Sudah 322 keluarga yang mengambil kunci rusunawa.

Candrian Attahiyat, pemerhati kota tua sekaligus bagian Tim Ahli Cagar Budaya DKI Jakarta, menuturkan, langkah revitalisasi mengembalikan kawasan Pasar Ikan seperti dahulu sudah tepat. Sebab, nilai sejarah kawasan ini, tinggi.

"Yang perlu dipastikan adalah Pemprov DKI menghendaki kawasan ini nantinya bakal seperti apa? Perlu dicermati mengenai siapa saja yang bakal diuntungkan dan siapa yang bakal dirugikan," tuturnya.

Candrian menekankan, penataan kawasan cagar budaya juga harus menjamin kelangsungan dan kelayakan hidup warga setempat.

Kini, sejumlah warga mengeluhkan unit rusunawa sementara yang diterima di Rawa Bebek, Jakarta Timur.

Lokasi jauh, ruangan sempit, dan tidak adanya pedagang di sekitar rusunawa menjadi masalah. Fariati (54), yang telah menempati unit Rusun Rawa Bebek, sulit berbelanja kebutuhan sehari-hari.

Junaedi (38), yang dulu bendahara RT 012, menyampaikan, belasan warganya pulang kampung daripada tinggal di rusunawa.

Selain itu, ada warga yang bertahan di lokasi penertiban dengan memasang tenda. Ini bentuk protes terhadap kebijakan pemerintah. (WIN/JAL)

 

-----

 

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 13 April 2016, di halaman 27 dengan judul "Pasar Ikan Jadi Sentra Wisata".

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

Megapolitan
Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Megapolitan
Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Megapolitan
Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Megapolitan
Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Megapolitan
Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com