Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mereka yang Terpaksa Jadi "Orang Perahu"....

Kompas.com - 14/04/2016, 07:03 WIB
David Oliver Purba

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Langit semakin gelap, matahari tak lagi menampakan sinarnya.

Ratusan rumah yang berjajar di tepi Pelabuhan Sunda Kelapa mulai menerangi diri dengan cahaya lampu.

Namun, ada pemandangan yang berbeda beberapa hari ini. Belasan perahu nelayan berjajar rapi di tanggul Sunda Kelapa.

Ada aktifitas di atas perahu itu, namun bukan aktifitas seorang nelayan. Basuri, bekas warga gusuran Pasar Ikan, sudah 3 hari tidur di atas perahu nelayan miliknya.

Bersama 7 orang anggota keluarga lainnya, Basuri tidur beralaskan kasur kusut yang tampak usang.

"Ya kalau tidur ramai-ramai, di mana saja, yang penting tidur," ujar Basuri kepada Kompas.com, Rabu (13/4/2016).

(Baca: Warga Korban Penggusuran Pasar Ikan Kini Tinggal di Perahu)

Jika malam tiba, Basuri hanya mengandalkan cahaya lilin untuk menerangi tidur malamnya.

Terlihat tumpukan barang seperti televisi, pakaian, kasur, dan perlengkapan rumah tangga lainnya tersusun ala kadarnya di atas perahu.

Tak ada ruang kosong di atas perahu itu. Permukaan perahu tampak penuh dengan barang-barang.

Basuri adalah seorang nelayan, yang sejak kecil telah berpetualang di laut.

Kini, kulit Basuri tampak sudah kendur, tenaganya pun tak sekuat dulu. Umurnya juga sudah lebih dari 60 tahun.

Namun, semangat bertahan hidupnya tersebut membuat Basuri tak kenal lelah mencari nafkah bagi keluarganya.

Selain Basuri, ada Fahri yang juga menjadi korban penertiban kawasan Pasar Ikan.

Laki-laki berumur 33 tahun ini menceritakan nasibnya setelah tergusur dari rumah, yang telah 15 tahun ia tempati.

Sudah tiga hari Fahri dan keluarganya menjadi "orang perahu". Dua orang anaknya yang masih berada duduk di bangku sekolah dasar juga terpaksa diliburkan karena kondisi yang tidak memungkinkan bersekolah.

"Siapa yang enggak mau anaknya sekolah Bang, semuanya pasti mau lah. Jangan kayak Bapaknya Bang. Tetapi ya mau bagaimana, kondisinya seperti ini," kata Fahri.

(Baca: Nasib Anak Korban Gusuran di Pasar Ikan Penjaringan Belum Jelas)

Selain itu, Fahri harus mengurus istrinya yang sedang hamil 8 bulan. Lingkungan yang kumuh dan kotor jelas membahayakan istri dan bayi yang ada di dalam kandungan.

Di tengah masalah penggusuran ini, Fahri juga harus memikirkan biaya persalinan istrinya. Belum lagi biaya hidup yang saat ini membuatnya kebingungan.

Untuk kebutuhan sehari-hari, Fahri mengandalkan pekerjaannya sebagai nelayan.

Tak tentu berapa pendapatannya dalam sehari. Kendati demikian, demi anak dan istrinya, pekerjaan halal apa pun akan dia lakukan.

Kompas TV Warga Penjaringan Bertahan di Perahu Nelayan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Polisi Selidiki Dugaan Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel Saat Sedang Ibadah

Polisi Selidiki Dugaan Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel Saat Sedang Ibadah

Megapolitan
Mahasiswa di Tangsel Diduga Dikeroyok saat Beribadah, Korban Disebut Luka dan Trauma

Mahasiswa di Tangsel Diduga Dikeroyok saat Beribadah, Korban Disebut Luka dan Trauma

Megapolitan
Kasus Kekerasan di STIP Terulang, Pengamat: Ada Sistem Pengawasan yang Lemah

Kasus Kekerasan di STIP Terulang, Pengamat: Ada Sistem Pengawasan yang Lemah

Megapolitan
Kasus Penganiayaan Putu Satria oleh Senior, STIP Masih Bungkam

Kasus Penganiayaan Putu Satria oleh Senior, STIP Masih Bungkam

Megapolitan
Beredar Video Sekelompok Mahasiswa di Tangsel yang Sedang Beribadah Diduga Dianiaya Warga

Beredar Video Sekelompok Mahasiswa di Tangsel yang Sedang Beribadah Diduga Dianiaya Warga

Megapolitan
Tegar Tertunduk Dalam Saat Dibawa Kembali ke TKP Pembunuhan Juniornya di STIP...

Tegar Tertunduk Dalam Saat Dibawa Kembali ke TKP Pembunuhan Juniornya di STIP...

Megapolitan
Rumah Warga di Bogor Tiba-tiba Ambruk Saat Penghuninya Sedang Nonton TV

Rumah Warga di Bogor Tiba-tiba Ambruk Saat Penghuninya Sedang Nonton TV

Megapolitan
Jadwal Pendaftaran PPDB Kota Bogor 2024 untuk SD dan SMP

Jadwal Pendaftaran PPDB Kota Bogor 2024 untuk SD dan SMP

Megapolitan
Sejumlah Warga Setujui Usulan Heru Budi Bangun 'Jogging Track' di RTH Tubagus Angke untuk Cegah Prostitusi

Sejumlah Warga Setujui Usulan Heru Budi Bangun "Jogging Track" di RTH Tubagus Angke untuk Cegah Prostitusi

Megapolitan
Taruna Tingkat 1 STIP Dipulangkan Usai Kasus Penganiayaan oleh Senior

Taruna Tingkat 1 STIP Dipulangkan Usai Kasus Penganiayaan oleh Senior

Megapolitan
Ketika Ahok Bicara Solusi Masalah Jakarta hingga Dianggap Sinyal Maju Cagub DKI...

Ketika Ahok Bicara Solusi Masalah Jakarta hingga Dianggap Sinyal Maju Cagub DKI...

Megapolitan
Kelakuan Pria di Tanah Abang, Kerap Makan di Warteg tapi Bayar Sesukanya Berujung Ditangkap Polisi

Kelakuan Pria di Tanah Abang, Kerap Makan di Warteg tapi Bayar Sesukanya Berujung Ditangkap Polisi

Megapolitan
Viral Video Maling Motor Babak Belur Dihajar Massa di Tebet, Polisi Masih Buru Satu Pelaku Lain

Viral Video Maling Motor Babak Belur Dihajar Massa di Tebet, Polisi Masih Buru Satu Pelaku Lain

Megapolitan
Personel Gabungan TNI-Polri-Satpol PP-PPSU Diterjunkan Awasi RTH Tubagus Angke dari Prostitusi

Personel Gabungan TNI-Polri-Satpol PP-PPSU Diterjunkan Awasi RTH Tubagus Angke dari Prostitusi

Megapolitan
Tumpahan Oli di Jalan Juanda Depok Rampung Ditangani, Lalu Lintas Kembali Lancar

Tumpahan Oli di Jalan Juanda Depok Rampung Ditangani, Lalu Lintas Kembali Lancar

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com