Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dua Bulan Pasca Penggusuran, Kawasan Kalijodo Masih Dikeruk

Kompas.com - 24/04/2016, 11:01 WIB
Nursita Sari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejak digusur Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada 29 Februari 2016, kawasan Kalijodo terus ditata. Rencananya, kawasan ini akan dibangun ruang terbuka hijau.

Pantauan Kompas.com, Minggu (24/4/2016), tidak ada aktivitas yang dilakukan para pekerja di lapangan. Lima alat berat dan dua truk tampak berjejer di kawasan yang telah digusur ini. Semuanya tak digunakan karena para pekerja libur.

"Kerjanya Senin-Sabtu. Biasa kerja dari jam 8 (pagi) sampe jam 4 (sore)," ujar salah satu pekerja, Miftahudin (32), di kawasan Kalijodo, Jalan Kepanduan II, Penjaringan, Jakarta Utara, Minggu.

Menurut Miftahudin, pekerjaan yang dilakukan di kawasan ini masih dalam tahap pengerukan. "Semalem aja yang di sebelah barat masih pengerukan. Itu lembur," kata dia.

Pantauan di lokasi, memang belum semua puing-puing sisa penggusuran diangkat. Gunungan puing-puing itu masih tampak di bagian barat kawasan penggusuran. Belum ada tanda-tanda pembangunan taman yang dilakukan di kawasan ini.

Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta pernah menyebutkan bahwa pengerukan dan pembersihan puing-puing ini kemungkinan besar memang akan memakan waktu 1-2 bulan. Selain pengerukan, pekerjaan lain yang masih dilakukan adalah memasang fondasi dan mengecor Jalan Kepanduan II. Pemasangan fondasi dan pengecoran itu pun hampir selesai.

"Pokoknya bagian baratnya yang belum, masih pasang fondasi sama pengecoran, sekitar 20 persenan lagi. Udah deket batas wilayah (Jakarta Barat dan Jakarta Utara) kan itu," tutur pekerja lainnya, Hana (52).

Menurut Miftahudin, tinggi fondasi jalan dari permukaan tanah penggusuran rata-rata dua meter. Rencananya, dari permukaan jalan akan dibangun tangga menuju taman.

"Perencanaan sih katanya tiap 20 atau 25 meter mau dibikin tangga ke bawah, buat ke tamannya," ucap dia.

Setiap hari, Miftahudin, Hana, dan para pekerja lainnya tinggal di sekitar lokasi penggusuran. Mereka mendirikan beberapa bedeng tepat di sisi Kali Duri. "Iya tidur di sini, sambil jagain alat-alat, besi," kata Miftahudin.

Selain para pekerja yang libur, di lokasi penggusuran Kalijodo ini tampak beberapa warga yang masih mengumpulkan besi dan kayu yang bisa dijual. Mereka mengorek-ngorek puing-puing sisa penggusuran.

"Enggak banyak, cuma ada aja, besi-besi, kayu," ujar seorang warga Jelambar yang enggan menyebutkan namanya.

Menurut lelaki paruh baya itu, besi dan kayu yang dikumpulkan kemudian dijual kepada pengepul. Jika rajin, ia bisa mendapat Rp 100.000 dari hasil penjualan itu. "Tergantunglah, bisa cepek (Rp 100.000), tergantung orangnya kalo gesit," katanya.

Akan dibangun ruang terbuka hijau

Pemerintah DKI Jakarta rencananya akan membangun kawasan penggusuran Kalijodo ini menjadi taman yang mirip dengan ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA). Namun, ukurannya jauh lebih besar dibanding RPTRA lainnya.

Nantinya, RPTRA di Kalijodo itu akan dilengkapi dengan fasilitas lapangan olahraga, mushala, dan toilet. Taman tersebut akan memiliki sembilan fasilitas.

Kepala Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta Ratna Dyah Kurniati mengatakan, kesembilan fasilitas yang akan ada di Taman Kalijodo adalah gerbang masuk, amfiteater (teater mini), jalur pejalan kaki, tempat duduk, fountain children play ground (area permainan anak), area tamasya, forest sculpture, lapangan futsal, hingga area bermain skateboard.

Selain itu, di Taman Kalijodo ini juga akan ditanami 15 jenis pohon dan dibangun pusat kuliner seperti Lenggang Jakarta. Pembangunan taman diperkirakan selesai dalam waktu 5-6 bulan sejak penggusuran dilakukan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

Megapolitan
Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Megapolitan
Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Megapolitan
Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Megapolitan
Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com