Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Ahok soal Geng Golf dan Lobi-lobi Jabatan PNS DKI

Kompas.com - 26/04/2016, 07:56 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Perseteruan antara Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dan Wali Kota Jakarta Utara Rustam Effendi berujung dengan terungkapnya geng golf di kalangan pejabat Pemprov DKI Jakarta.

Basuki mengatakan bahwa Rustam termasuk pejabat eselon II yang hobi bermain golf. Ia pun menyebut Rustam sebagai anggota geng golf.

"Waktu kami lantik 2 Januari 2015, begitu selesai lantik, sudah pada bisik-bisik tuh, termasuk dia (Rustam) juga tuh, 'Mau main golf di mana nanti? Mau main golf di mana?' Ini nih geng golf sebetulnya," ujar Ahok (sapaan Basuki) di Balai Kota DKI, Jalan Medan Merdeka Selatan, Senin (25/4/2016).

Menurut Ahok, geng golf ini dulu seolah menjadi perkumpulan eksklusif. Sebab, menurut dia, anggota geng rata-rata bisa naik jabatan lebih cepat.

(Baca: Mantan Pejabat DKI yang Kini Anggota DPRD Bantah Main Golf Jadi Jalur Naik Jabatan)

Ahok mengatakan, dulu Kepala BPKAD Heru Budi Hartono dan Sekda DKI Saefullah termasuk yang susah naik jabatan karena tidak bisa bermain golf.

Saat Ahok menjadi gubernur, anggota geng golf sudah banyak yang disingkirkan.

"Dulu ya, eselon II pada suka main golf. Sekarang tinggal 'Si Jakarta Utara' (Rustam) saja," ujar Ahok.

Gara-gara ini juga, Ahok sempat menyindir Rustam saat ia memberikan uang operasionalnya untuk kondangan warga.

Ahok mengingatkan agar uang tersebut tidak digunakan Rustam untuk bermain golf.

"Kamu mau kawinan bagaimana? Kurang duit? Saya kasih Rp 50 juta sebulan, pakai uang operasional saya nih. Jangan buat main golf ya. Ini buat kawinan warga, nih," ujar Ahok.

Rentan lobi-lobi

Ahok mengatakan, sebenarnya tidak ada yang salah dengan olahraga golf. Namun, menurut dia, di dunia pemerintahan, golf rentan dijadikan ajang lobi-lobi.

(Baca: Ahok Nilai Main Golf Rentan Jadi Ajang Lobi)

Hal itulah yang dipermasalahkannya dari para pejabat yang gemar bermain golf.

"Ini bukan soal mahalnya. Perkumpulannya kalau main golf kayak lobi kan, jadi dekat, ngobrol. Akhirnya lebih kenal," kata Ahok.

"Bayangin, satu bola dipukul jauh. Waktu jalan ke bola kan mau ngapain? Ngobrol kan? Itu kan namanya mukul bola sendiri, nyari sendiri. Udah mukul jalan, terus ngomong," kata Ahok lagi.

Karena golf rentan dijadikan ajang lobi-lobi, Ahok mengaku lebih memilih untuk  menghindari permainan itu.

Mengenai hubungannya dengan para pejabat Pemprov DKI, Ahok mengaku tidak mempermasalahkan apabila pejabat tidak terlalu dekat dengannya secara personal.

(Baca: Sekda DKI: Saya Tidak Bisa Main Golf, Bisanya Gulat!)

Menurut dia, penunjukan pejabat pada era pemerintahannya dilakukan melalui tes, bukan berdasarkan kedekatan personal. 

"Saya tidak mau tahu kamu mau main golf, baik sama saya, WhatsApp saya, saya tidak peduli. Kalau Anda tes masuk dan kerjanya jelas, Anda mau maki-maki saya, nulis macam-macam, saya tidak peduli," kata Ahok.

Ahok juga menegaskan bahwa pejabat SKPD harus tetap bekerja maksimal.

Ahok tidak peduli hobi apa pun yang digeluti anak buahnya asalkan anak buahnya itu bisa menjamin pelayanan yang mereka berikan tetap maksimal.

"Tetapi, saya enggak masalah kamu golf kek, mau mijit kek, mau ke mana itu hak Anda. Tetapi, pekerjaan harus beres. Kalau pekerjaan enggak beres, kamu bilang gubernurnya payah," kata Ahok.

(Baca: Ahok: Saya Enggak Masalah PNS Main Golf atau Pijit, tetapi Pekerjaan Harus Beres)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanda Tanya Kasus Kematian Akseyna yang Hingga Kini Belum Terungkap

Tanda Tanya Kasus Kematian Akseyna yang Hingga Kini Belum Terungkap

Megapolitan
Pedagang di Sekitar JIExpo Bilang Dapat Untung 50 Persen Lebih Besar Berkat Jakarta Fair

Pedagang di Sekitar JIExpo Bilang Dapat Untung 50 Persen Lebih Besar Berkat Jakarta Fair

Megapolitan
Beginilah Kondisi Terkini Jakarta Fair Kemayoran 2024...

Beginilah Kondisi Terkini Jakarta Fair Kemayoran 2024...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Akhir Pelarian Perampok 18 Jam Tangan Mewah di PIK 2 | Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Hari Minggu

[POPULER JABODETABEK] Akhir Pelarian Perampok 18 Jam Tangan Mewah di PIK 2 | Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Hari Minggu

Megapolitan
Diduga Joging Pakai 'Headset', Seorang Pria Tertabrak Kereta di Grogol

Diduga Joging Pakai "Headset", Seorang Pria Tertabrak Kereta di Grogol

Megapolitan
Pemeras Ria Ricis Gunakan Rekening Teman untuk Tampung Uang Hasil Pemerasan

Pemeras Ria Ricis Gunakan Rekening Teman untuk Tampung Uang Hasil Pemerasan

Megapolitan
Anies Bakal 'Kembalikan Jakarta ke Relnya', Pengamat: Secara Tak Langsung Singgung Heru Budi

Anies Bakal "Kembalikan Jakarta ke Relnya", Pengamat: Secara Tak Langsung Singgung Heru Budi

Megapolitan
Pedagang Kerak Telor di PRJ Mengeluh Sepi Pembeli: Dulu Habis 50 Telor, Kemarin Cuma 10

Pedagang Kerak Telor di PRJ Mengeluh Sepi Pembeli: Dulu Habis 50 Telor, Kemarin Cuma 10

Megapolitan
Keluarga Akseyna Minta Polisi Dalami Penulis Lain dalam Surat Wasiat sesuai Analisis Grafolog

Keluarga Akseyna Minta Polisi Dalami Penulis Lain dalam Surat Wasiat sesuai Analisis Grafolog

Megapolitan
Kasus Akseyna Berlanjut, Keluarga Sebut Ada Informasi yang Belum Diterima Penyidik Baru

Kasus Akseyna Berlanjut, Keluarga Sebut Ada Informasi yang Belum Diterima Penyidik Baru

Megapolitan
SP2HP Kedua Terbit, Keluarga Akseyna: Selama Ini Sering Naik Turun, Pas Ramai Baru Terlihat Pergerakan

SP2HP Kedua Terbit, Keluarga Akseyna: Selama Ini Sering Naik Turun, Pas Ramai Baru Terlihat Pergerakan

Megapolitan
Polisi Terbitkan SP2HP Kedua Terkait Kasus Akseyna, Keluarga Berharap Aparat Jaga Momentum

Polisi Terbitkan SP2HP Kedua Terkait Kasus Akseyna, Keluarga Berharap Aparat Jaga Momentum

Megapolitan
Tak Bisa Biayai Pemakaman, Keluarga Tak Kunjung Ambil Jenazah Pengemis Korban Kebakaran di Pejaten

Tak Bisa Biayai Pemakaman, Keluarga Tak Kunjung Ambil Jenazah Pengemis Korban Kebakaran di Pejaten

Megapolitan
Keluarga Pengemis Sebatang Kara di Pejaten Barat Lepas Tangan Usai Mendiang Tewas Akibat Kebakaran

Keluarga Pengemis Sebatang Kara di Pejaten Barat Lepas Tangan Usai Mendiang Tewas Akibat Kebakaran

Megapolitan
Kebakaran di Gedung Graha CIMB Niaga, Api Berasal dari Poliklinik di Lantai Basement

Kebakaran di Gedung Graha CIMB Niaga, Api Berasal dari Poliklinik di Lantai Basement

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com