Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga yang Digusur Akhirnya Terpaksa Tinggal di Rusun

Kompas.com - 27/04/2016, 15:52 WIB
Nursita Sari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Rumah Wiyono (53), warga eks Kampung Akuarium, Penjaringan, Jakarta Utara, menjadi salah satu rumah yang digusur Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada 11 April 2016 lalu.

Sama seperti warga lainnya, Wiyono pun mendaftarkan diri untuk menerima unit rusun di Rawa Bebek, Cakung, Jakarta Timur. Namun, dia mengaku tidak langsung menempati rusun yang menjadi haknya.

Wiyono lebih memilih mengontrak setelah Pemprov DKI memberikan SP 2.

"Sebelumnya ngontrak di Tanah Pasir. Dari SP 2 langsung ngontrak saya, tadinya (tinggal) di Kampung Akuarium. Enggak tinggal di perahu, kasihan habisnya yang kecil ini," ujar Wiyono ketika berbincang dengan Kompas.com di Rusun Rawa Bebek, Rabu (27/4/2016).

Sebelum memutuskan mengontrak, Wiyono mengaku sudah tahu kondisi Rusun Rawa Bebek karena pernah melihatnya langsung. Namun, ia tetap memilih tinggal di kontrakan karena malas tinggal di rusun.

"Sebelum ngontrak sudah lihat sih di sini, cuma malas saja tadinya. Jauh dari tempat kerja, jauh jaraknya, enggak terjangkau waktunya," katanya.

Setelah lebih kurang dua pekan tinggal di kontrakan, Wiyono berubah pikiran. Dia pun akhirnya menempati lantai 4 Blok A Rusun Rawa Bebek.

"Sudah seminggu lebih, pindah hari Minggu, tanggal 17 (April). Sekarang kasihan anak-anak (kalau di kontrakan)," ucap Wiyono.

Wiyono mengaku tinggal di rusun lebih nyaman. Meski begitu, dia menyebut tetap terpaksa tinggal di sana.

"Lebih nyaman sih di sini. Ya terpaksa saja mau, bukan karena ikhlas atau rela," tuturnya.

Meski kini sudah pindah ke rusun, Wiyono tetap bekerja di tempat lamanya di daerah Lodan. Dia mengaku berangkat pagi-pagi sekali dan baru pulang menjelang petang.

"Sekarang masih kerja sih, pulang pergi saja. Di jalan bisa satu jam sendiri pakai motor kalau lancar, kalau macet bisa dua jam. Cuma sekarang lagi perai (libur bekerja)," kata ayah dua anak itu. (Baca: Nenek Menangis di Rusun Marunda, Awal "Pembangkangan" terhadap Ahok)

Selain Wiyono yang akhirnya memutuskan pindah ke rusun setelah mengontrak, beberapa warga di Luar Batang menyebut "manusia perahu" pun ada yang sudah mulai menempati rusun. Namun, mereka tidak menyebut di rusun mana "manusia perahu" itu kini tinggal.

"Manusia perahu" masih bertahan

Kompas.com belum menemui warga yang kini menempati Rusun Rawa Bebek setelah sebelumnya tinggal di perahu. Beberapa warga rusun pun menyebut "manusia perahu" masih enggan tinggal di rusun.

"Yang perahu enggak ada di sini, masih pada di sana (di perahu)," ucap Anwar (43), salah satu penghuni rusun.

Warga rusun lainnya, Lao (37), menyatakan hal serupa. Dia menyebut "manusia perahu" masih meminta ganti rugi dari Pemprov DKI. (Baca: Buka Warung di Rusun Hanya Dapat Rp 30.000 Per Hari, Rus Terpaksa Ambil Sembako di Pasar Ikan)

"Yang perahu mah pada enggak mau ke sini. Mereka pada bertahan di sana, dia pada minta ganti rugi," kata Lao.

Kepala Unit Pengelola Rumah Susun (UPRS) Rawa Bebek Ani Suryani pun mengaku tidak mengetahui apakah ada "manusia perahu" yang pindah ke Rawa Bebek. Sebab, warga yang mendapatkan unit rusun di Rawa Bebek tetapi belum menempatinya disebut tinggal menyebar.

"Kalau kita data memang seperti itu. Kalau yang Luar Batang kayaknya ke (Rusun) Muara Baru deh atau Kapuk Muara," tutur Ani.

Ani hanya memastikan, hingga tanggal 19 April 2016, jumlah yang sudah menempati rusun sebanyak 140 kepala keluarga (KK). Sementara itu, jumlah rusun yang sudah diundi sebanyak 216 unit. (Baca: Suka Duka Kehidupan Baru Warga Pasar Ikan di Rusun Rawa Bebek)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Muncul Poster Budisatrio-Kaesang untuk Pilkada Jakarta, Pengamat: Itu Kode Serius

Muncul Poster Budisatrio-Kaesang untuk Pilkada Jakarta, Pengamat: Itu Kode Serius

Megapolitan
Pekerja di Jakarta: Kalau Sudah Punya Rumah, Tapera untuk Apa?

Pekerja di Jakarta: Kalau Sudah Punya Rumah, Tapera untuk Apa?

Megapolitan
Soal Kabar Kaesang Duet dengan Keponakan Prabowo di Pilkada 2024, DPW PSI: Belum Terima Informasi Pusat

Soal Kabar Kaesang Duet dengan Keponakan Prabowo di Pilkada 2024, DPW PSI: Belum Terima Informasi Pusat

Megapolitan
Pedagang Kopi Keliling di Tanah Abang Terjaring Razia Jukir

Pedagang Kopi Keliling di Tanah Abang Terjaring Razia Jukir

Megapolitan
Muncul Foto Budisatrio Djiwandono dan Kaesang for Jakarta, Gerindra : Itu Aspirasi Masyarakat

Muncul Foto Budisatrio Djiwandono dan Kaesang for Jakarta, Gerindra : Itu Aspirasi Masyarakat

Megapolitan
Endah Kaget Motornya Diangkut Dishub di Depan Mata, padahal Dijamin Aman oleh Jukir

Endah Kaget Motornya Diangkut Dishub di Depan Mata, padahal Dijamin Aman oleh Jukir

Megapolitan
Tukang Bubur: Saya Lebih Percaya Tapera Dikelola Swasta Dibandingkan Pemerintah

Tukang Bubur: Saya Lebih Percaya Tapera Dikelola Swasta Dibandingkan Pemerintah

Megapolitan
Pengamat Sebut Anies Akan Berhadapan dengan Sejumlah Nama di Pilgub DKI

Pengamat Sebut Anies Akan Berhadapan dengan Sejumlah Nama di Pilgub DKI

Megapolitan
Tak Setuju Upah Dipotong Tapera, Pekerja di Jakarta: Gaji Sudah Pas-pasan

Tak Setuju Upah Dipotong Tapera, Pekerja di Jakarta: Gaji Sudah Pas-pasan

Megapolitan
Pekerja Ini Lebih Setuju Program DP 0 Persen Dikaji Ulang daripada Gaji Dipotong Tapera

Pekerja Ini Lebih Setuju Program DP 0 Persen Dikaji Ulang daripada Gaji Dipotong Tapera

Megapolitan
Pj Wali Kota Bogor Imbau Orangtua Tidak Mudah Percaya Calo Saat Pendaftaran PPDB 2024

Pj Wali Kota Bogor Imbau Orangtua Tidak Mudah Percaya Calo Saat Pendaftaran PPDB 2024

Megapolitan
KASN Terima Dua Laporan Dugaan Pelanggaran Netralitas ASN oleh Supian Suri

KASN Terima Dua Laporan Dugaan Pelanggaran Netralitas ASN oleh Supian Suri

Megapolitan
Soal Tapera, Karyawan Swasta: Mending Pemerintah Perbaiki Administrasi Pencairan BPJS Ketenagakerjaan Dulu

Soal Tapera, Karyawan Swasta: Mending Pemerintah Perbaiki Administrasi Pencairan BPJS Ketenagakerjaan Dulu

Megapolitan
Penjual Konten Video Pornografi Anak di Telegram Patok Tarif Rp 200.000

Penjual Konten Video Pornografi Anak di Telegram Patok Tarif Rp 200.000

Megapolitan
Jual Video Porno Anak via Telegram, Pria Asal Sumenep Ditangkap Polisi

Jual Video Porno Anak via Telegram, Pria Asal Sumenep Ditangkap Polisi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com