Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dikeluhkan "Koalisi Pejalan Kaki", Pagar Pembatas di Depan Stasiun Kota Justru Bermanfaat

Kompas.com - 07/05/2016, 19:24 WIB
Nursita Sari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah memasang pagar pembatas di sepanjang trotoar di depan pintu selatan Stasiun Kota, Jakarta Barat.

Menurut penuturan beberapa warga yang biasa menggunakan KRL di Stasiun Kota, pemasangan pagar pembatas itu disebut sudah lebih dari satu tahun.

Dengan adanya pemasangan pagar pembatas, masyarakat yang keluar dari pintu selatan stasiun tidak bisa langsung menyeberang atau menggunakan angkot di depan pintu stasiun.

Mereka harus berjalan sekitar 50 meter ke arah timur untuk menjangkau angkot menuju arah Pinangsia atau menyeberang melalui terowongan penyeberangan orang (TPO) di sisi barat jika ingin ke arah Glodok dan Asemka.

Pada Sabtu (7/5/2016) siang, kondisi pagar pembatas itu dikeluhkan salah satu pejalan kaki melalui Facebook. Dia mempertanyakan maksud pemasangan pagar pembatas tersebut.

"#JETRO Trotoar di Kawasa Kota Tua tepatnya di Dekat Stasiun Kota (pintu keluar stasiun sisi selatan) diblok pagar. Kalau yang punya kota bilang "emang TROTOAR punya nenek moyang loo..." Maksudnya bagaimana ini pak @basuki_btp @JSCLounge @KAI121 @BinaMargaDKI @Dishubtrans_DKI @DKIJakarta @SatpolPP_Prov ? #SelamatkanPejalanKaki", tulis akun Facebook "Koalisi Pejalan Kaki".

Pantauan Kompas.com, panjang pagar pembatas yang dipasang di sana lebih kurang sekitar 150 meter dari sisi timur ke barat pintu selatan stasiun. Di arah barat, pagar pembatas tersebut terhubung langsung dengan TPO.

Sementara di arah timur, pagar pembatas tersebut terputus sekitar 50 meter dari pintu selatan stasiun.

Merasa bermanfaat

Meskipun kondisi tersebut dikeluhkan seorang pejalan kaki di Facebook, beberapa warga pengguna KRL di Stasiun Kota justru mengaku tidak terganggu. Mereka menyebut bisa berjalan lebih leluasa di trotoar dengan adanya pagar pembatas tersebut.

"Enggak (terganggu) sih, justru kita aman, lebih tertib. Kebetulan aku dari Asemka langsung masuk terowongan (TPO). Lebih tertib jadinya, lebih bagus," ujar Lina (40) kepada Kompas.com di Stasiun Kota, Sabtu sore.

Menurut Lina, sebelum pagar pembatas dipasang, banyak pedagang asongan yang berjualan di sepanjang trotoar. Hal itu membuat pejalan kaki tidak leluasa dan terganggu.

Sementara setelah dipasang pagar pembatas, para pedagang asongan itu menjajakan barang dagangannya di luar pagar.

"Pedagang asongan juga kan jadi ada batasnya. Enggak naik ke trotoar. Kalau dulu kan pedagang asongan pada naik (trotoar). Kalau dulu bingung," kata warga yang tinggal di Kebon Nanas, Jakarta Timur, itu.

Warga lainnya, Ratno (36), menyatakan hal serupa. Dia telah merasakan perbedaan sebelum dan sesudah dipasangnya pagar pembatas.

"Kalau yang aku lihat sekarang enggak masalah. Justru lebih tertib ya, mbak. Enggak masalah karena kita ngelihatnya lebih rapi malah. Kalau dulu justru jalannya malah macet, karena justru pas kita keluar (stasiun), angkotnya udah pada ngetem di depan," kata lelaki asal Depok tersebut.

Warga lebih nyaman

Senada dengan Ratno dan Lina, Ratna (52) menyebut dapat berjalan lebih nyaman di trotoar setelah pagar pembatas dipasang. Hanya saja, dia terkadang kelelahan harus berjalan lebih jauh untuk mencapai stasiun.

"Kalau masalah pagar ini sih enggak terganggu, justru nyaman ya. Cuma jalannya jauh sekali. Kalau bisa dikasih pintu (di antara pagar pembatas) soalnya kalau ke terowongan capek naiknya," tutur Ratna.

Dengan adanya pagar pembatas di depan stasiun, kata Ratna, dia mengaku jalanan lebih tertib dan terbebas dari penjambret yang sering berkeliaran di sekitar stasiun.

"Ini menghindari dari segala hal yang gak diinginkan pejalan kaki. Kalau dulu semrawut yang jualan. Sekarang leluasa untuk pejalan kaki, kalau dulu leluasa untuk penjambret," kata wanita paruh baya yang pernah hampir kecopetan sebelum pagar pembatas dipasang itu.

Pantauan Kompas.com, banyak pedagang asongan yang kini berjualan di luar pagar pembatas, tepatnya di pinggir ruas jalan arah Pinangsia.

Depan pintu selatan Stasiun Kota steril dari para pedagang. Barulah sekitar 40 meter ke arah timur dari pintu selatan stasiun beberapa pedagang berjualan di trotoar.

Para pejalan kaki pun tampak santai berjalan dari arah timur maupun TPO menuju stasiun. Namun, beberapa warga memang terlihat memanjat pagar untuk segera mencapai pintu stasiun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com