Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lebih 1.000 Buruh Akan Demo Lagi Ahok di Balai Kota dan KPK

Kompas.com - 02/06/2016, 09:24 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Lebih dari 1.000 buruh akan kembali melakukan aksi unjuk rasa di Balai Kota DKI Jakarta pada Kamis (2/6/2016) ini. Ribuan buruh itu juga akan bergeser dan berunjuk rasa ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal menyatakan, aksi unjuk rasa itu untuk memprotes Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan meminta KPK menetapkan Ahok sebagai tersangka.

"Kami akan aksi lagi di Balai Kota dan KPK lagi. Kalau di Balai Kota pukul 10.00-11.00, untuk di KPK pukul 12.00 sampai dengan selesai," kata Iqbal saat dihubungi Kompas.com, Kamis pagi.

Dirinya menyatakan, sejumlah elemen buruh selain KSPI akan bergabung, dan estimasi massa buruh yang berunjuk rasa mencapai 1.500 orang.

"Tapi yang sudah confirm sampai dengan semalam 1.300 orang," ujar Iqbal.

Tuntutan buruh dan kaitannya dengan mendemo Ahok, lanjut Iqbal, ada beberapa hal. Misalnya, terbongkarnya di media dokumen penggunaan dana CSR oleh suatu pengembang untuk dana penggusuran. (Baca: Ditemukan Selongsong Gas Air Mata Bukan Milik Polisi Setelah Ricuh Demo Ahok di KPK)

Buruh menilai, Ahok akhirnya jadi tunduk kepada pemilik modal karena kebijakannya yang kerap menggunakan dana CSR. Buruh khawatir kebijakan Ahok itu berimplikasi pada mereka.

"Kami memang merasa aneh selama Pak Ahok memimpin Jakarta, upah minimum itu murah. Bagaimana tiga tahun berturut-turut upah DKI lebih rendah dari Bekasi dan Karawang. Patut diduga ini ada kepentingan modal barter CSR agar upah minimum itu tidak tinggi dan tidak layak," ujar Iqbal.

Ia juga menyoroti pernyataan Ahok dua atau tiga tahun lalu saat bertemu pimpinan buruh bahwa UMP DKI seharusnya Rp 6 juta-Rp 7 juta. Namun, UMP DKI saat ini Rp 3,1 juta.

"Padahal, kota di ASEAN seperti Manila itu sudah Rp 4,6 juta, Bangkok Rp 3,6 juta, Kuala Lumpur Rp 3,4 juta sampai Rp 3,6 juta, tapi Jakarta baru Rp 3,1 juta. Enggak masuk akal nih kebijakan Gubernur DKI," ujar Iqbal.

Selain itu, ia menuding ada pembiaran yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta pada kasus banyaknya tenaga kerja outsourcing yang bekerja di sejumlah perusahaan di Ibu Kota, tetapi tanpa tindakan. Pembiaran itu yang diduganya terkait dengan CSR.

"Ini patut diduga ada barter CSR, ini yang kita marah," ujarnya. (Baca: Polisi Menduga Demo di Depan Gedung KPK Sudah Direncanakan Rusuh)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor, Polisi Upayakan Diversi

Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor, Polisi Upayakan Diversi

Megapolitan
Disdik DKI Akui Kuota Sekolah Negeri di Jakarta Masih Terbatas, Janji Bangun Sekolah Baru

Disdik DKI Akui Kuota Sekolah Negeri di Jakarta Masih Terbatas, Janji Bangun Sekolah Baru

Megapolitan
Polisi Gadungan yang Palak Warga di Jaktim dan Jaksel Positif Sabu

Polisi Gadungan yang Palak Warga di Jaktim dan Jaksel Positif Sabu

Megapolitan
Kondisi Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Sudah Bisa Berkomunikasi

Kondisi Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Sudah Bisa Berkomunikasi

Megapolitan
Polisi Gadungan di Jaktim Palak Pedagang dan Warga Selama 4 Tahun, Raup Rp 3 Juta per Bulan

Polisi Gadungan di Jaktim Palak Pedagang dan Warga Selama 4 Tahun, Raup Rp 3 Juta per Bulan

Megapolitan
Pelajar dari Keluarga Tak Mampu Bisa Masuk Sekolah Swasta Gratis Lewat PPDB Bersama

Pelajar dari Keluarga Tak Mampu Bisa Masuk Sekolah Swasta Gratis Lewat PPDB Bersama

Megapolitan
Dua Wilayah di Kota Bogor Jadi 'Pilot Project' Kawasan Tanpa Kabel Udara

Dua Wilayah di Kota Bogor Jadi "Pilot Project" Kawasan Tanpa Kabel Udara

Megapolitan
Keluarga Korban Begal Bermodus 'Debt Collector' Minta Hasil Otopsi Segera Keluar

Keluarga Korban Begal Bermodus "Debt Collector" Minta Hasil Otopsi Segera Keluar

Megapolitan
Masih di Bawah Umur, Pelaku Perundungan Siswi SMP di Bogor Tak Ditahan

Masih di Bawah Umur, Pelaku Perundungan Siswi SMP di Bogor Tak Ditahan

Megapolitan
Polisi Gadungan di Jaktim Tipu Keluarga Istri Kedua Supaya Bisa Menikah

Polisi Gadungan di Jaktim Tipu Keluarga Istri Kedua Supaya Bisa Menikah

Megapolitan
Ini Berkas yang Harus Disiapkan untuk Ajukan Uji Kelayakan Kendaraan 'Study Tour'

Ini Berkas yang Harus Disiapkan untuk Ajukan Uji Kelayakan Kendaraan "Study Tour"

Megapolitan
Siswa SMP Lompat dari Gedung Sekolah, Polisi: Frustasi, Ingin Bunuh Diri

Siswa SMP Lompat dari Gedung Sekolah, Polisi: Frustasi, Ingin Bunuh Diri

Megapolitan
5 Tahun Diberi Harapan Palsu, Sopir Angkot di Jakut Minta Segera Diajak Gabung ke Jaklingko

5 Tahun Diberi Harapan Palsu, Sopir Angkot di Jakut Minta Segera Diajak Gabung ke Jaklingko

Megapolitan
Seorang Perempuan Luka-luka Usai Disekap Dua Pria di Apartemen Kemayoran

Seorang Perempuan Luka-luka Usai Disekap Dua Pria di Apartemen Kemayoran

Megapolitan
Korban Begal Bermodus 'Debt Collector' di Jaktim Ternyata Tulang Punggung Keluarga

Korban Begal Bermodus "Debt Collector" di Jaktim Ternyata Tulang Punggung Keluarga

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com