Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok: Kalau Lebih Pintar Silakan Ajari Saya, tetapi yang Adil!

Kompas.com - 11/06/2016, 15:42 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok membuka focus group discussion soal reklamasi yang dihadiri para ahli yang tergabung dalam Komite Bersama Reklamasi Pantai Utara di Balai Kota DKI, Sabtu (11/6/2016).

Ahok menuntut, para ahli harus memberi penjelasan ketika berpendapat mengenai reklamasi.

"Bapak boleh profesor dan doktor, tapi kalau anda katakan ini hitam, jelaskan!. Jangan bilang 'pokoknya hitam pokoknya hitam', kalau enggak itu brengsek," ujar Ahok dengan nada tinggi.

"Kalau lebih pintar ajarin saya tapi yang fair yang adil supaya enggak perlu terjadi perdebatan konyol," tambah Ahok.

Komite itu merupakan tindak lanjut dari rapat antara Ahok dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), dan Kemenko Maritim beberapa waktu lalu. Pembentukan komite itu menyusul moratorium reklamasi yang sudah lebih dulu ada.

Hasil diskusi dari komite itu akan dijadikan acuan sebelum moratorium dicabut.

Ahok tidak ingin para ahli berpendapat tanpa memaparkan penjelasannya, seperti misalnya banyak orang berpendapat bahwa reklamasi bisa membuat permukaan air laut menjadi naik.

"Itu pengetahuan yang bodoh karena laut naik atau turun enggak ada urusan dengan reklamasi tapi daya tarik bulan," ujar Ahok.

Pada kesempatan itu Ahok juga menceritakan pengalaman saat dia kesulitan mengambilalih Palyja dan Aetra karena digugat. Akibat gugatan tersebut, kata Ahok, dia kesulitan menyediakan air bersih untuk orang miskin.

Semua itu karena orang-orang mengkritik dan menggugatnya tanpa memberi solusi.

Dalam diskusi sore ini, Ahok ingin ada solusi yang dihasilkan.

"Saya mau solusi, solusi," ujar Ahok.

Komite bersama itu membahas tiga bidang kajian. Pertama adalah kajian lingkungan yang dipimpin oleh Kementerian LHK. Kedua terkait teknis reklamasi yang dipimpin pihak KKP. Ketiga adalah bidang hukum dan perijinan yang dipimpin pihak Kemenko Maritim.

Pemerintah sebelumnya sudah memutuskan untuk menghentikan sementara proyek reklamasi di Teluk Jakarta. Keputusan itu diambil dalam rapat antara Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, serta jajaran Kementerian Kelautan dan Perikanan pada 18 April lalu.

Kompas TV Setelah Reklamasi, Pendapatan Nelayan Menjadi Berkurang
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Bareng Gibran, Heru Budi Pantau Pengerukan Lumpur di Kali Semongol Jakbar

Bareng Gibran, Heru Budi Pantau Pengerukan Lumpur di Kali Semongol Jakbar

Megapolitan
Bantah Lakukan Pungli di Samping RPTRA Kalijodo, Perwakilan Ormas Sebut Itu Parkir Resmi

Bantah Lakukan Pungli di Samping RPTRA Kalijodo, Perwakilan Ormas Sebut Itu Parkir Resmi

Megapolitan
Kondisi Tugu Selamat Datang Depok yang Kini Gelap Gulita dan Dicoret-coret

Kondisi Tugu Selamat Datang Depok yang Kini Gelap Gulita dan Dicoret-coret

Megapolitan
Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta Hari Ini 28 Juni 2024

Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta Hari Ini 28 Juni 2024

Megapolitan
Iklan Skincare 'Cerah' Terkait Pilkada Jabar, Bima Arya: Kampanye Harus Beda dan Unik

Iklan Skincare "Cerah" Terkait Pilkada Jabar, Bima Arya: Kampanye Harus Beda dan Unik

Megapolitan
Pasang Billboard Skincare 'Cerah' di Bogor, Bima Arya Akui Terkait Pilkada Jabar

Pasang Billboard Skincare "Cerah" di Bogor, Bima Arya Akui Terkait Pilkada Jabar

Megapolitan
Dijanjikan Komisi dari 'Like' dan 'Subscribe' Youtube, Korban Ditipu Rp 800 Juta

Dijanjikan Komisi dari "Like" dan "Subscribe" Youtube, Korban Ditipu Rp 800 Juta

Megapolitan
Dua Penipu Modus 'Like' dan 'Subscribe Youtube Ditangkap, Dikendalikan WNI di Kamboja

Dua Penipu Modus "Like" dan "Subscribe Youtube Ditangkap, Dikendalikan WNI di Kamboja

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kehadiran Marshel di Pilkada Tangsel Dianggap Muluskan Kemenangan Benyamin Pilar | Akhir Pelarian Ketua Panitia Konser Lentera Festival

[POPULER JABODETABEK] Kehadiran Marshel di Pilkada Tangsel Dianggap Muluskan Kemenangan Benyamin Pilar | Akhir Pelarian Ketua Panitia Konser Lentera Festival

Megapolitan
WNI di Kamboja Jadi Dalang Penipuan 'Like' dan 'Subscribe' Youtube di Indonesia

WNI di Kamboja Jadi Dalang Penipuan "Like" dan "Subscribe" Youtube di Indonesia

Megapolitan
Penolakan Tapera Terus Menggema, Buruh dan Mahasiswa Kompak Gelar Unjuk Rasa

Penolakan Tapera Terus Menggema, Buruh dan Mahasiswa Kompak Gelar Unjuk Rasa

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 28 Juni 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 28 Juni 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Megapolitan
Rombongan Tiga Mobil Sempat Tak Bayar Makan di Resto Depok, Ini Alasannya

Rombongan Tiga Mobil Sempat Tak Bayar Makan di Resto Depok, Ini Alasannya

Megapolitan
Pemkot Jaksel Diminta Tindak Tegas Dua Restoran di Melawai yang Dianggap Sebabkan Kegaduhan

Pemkot Jaksel Diminta Tindak Tegas Dua Restoran di Melawai yang Dianggap Sebabkan Kegaduhan

Megapolitan
Rekayasa Lalu Lintas Diterapkan di Sejumlah Jalan Jaksel Imbas Pembangunan Drainase

Rekayasa Lalu Lintas Diterapkan di Sejumlah Jalan Jaksel Imbas Pembangunan Drainase

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com