Sebelum terpilih menjadi ketua RT, Dewi mengaku sulit sekali mengajak warga untuk menerapkan 4R. Terlebih lagi, sejak 2010, UNESCO sudah melepas mereka. Beruntung, setelah menjadi ketua RT, Dewi boleh agak memaksa warganya untuk terus mempercantik lingkungan.
"Seiring berjalan waktu, ibu saya sudah enggak ada, dan yang memelopori dulu sepuh semua, sisanya sudah pindah. Rumah-rumah di sini sudah alih fungsi sebagai kos-kosan, yang notabene mereka tidak peduli dengan lingkungannya. Itu kendala yang kami hadapi," ujarnya.
Kini rumah-rumah di Banjarsari sebagian memang beralih fungsi menjadi rumah kos berlantai empat. Sebagian lagi memiliki desain modern dan sebagian lainnya memajang papan “DIJUAL”. Dewi menuturkan, dahulunya Banjarsari benar-benar hijau seperti desa.
Semua warga berlomba-lomba untuk menghiasi rumah dan areanya. Namun, kini ada saja warga yang tak senang dengan tanaman dan membabat pohon di sekitarnya.
Tak banyak yang bisa Dewi lakukan selain terus menginspirasi dan membagi ilmunya. Ia membuka rumahnya bagi siapa saja yang ingin belajar, seperti Kampung Agro Wisata Rawajati yang dulu berguru pada Banjarsari, menurut dia, jauh lebih baik dari Banjarsari.
Bagi Dewi, mewujudkan kota yang asri dan hijau hanya dapat dilakukan dari rumah sendiri. Ia masih percaya bahwa dengan memulai dari sendiri akan menginspirasi orang lain.
"Saya menaruh harapan besar kepada siapa pun kepala pemerintahan Jakarta agar Jakarta semakin asri, banyak pohon, dan hutan buatan, karena ya itu... manfaatnya luar biasa."
*Selengkapnya, bisa dilihat di VIK Kompas.com. JAKARTA YANG MENGINSPIRASI
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.