Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Teman Ahok": Tidak Benar kalau Pak Putu Menusuk dari Belakang

Kompas.com - 21/07/2016, 09:08 WIB
Laksono Hari Wiwoho

Penulis

PURWAKARTA, KOMPAS.com - Pendiri "Teman Ahok" membantah isu yang beredar di media sosial bahwa I Gusti Putu Artha akan mundur sebagai tim penasihat Teman Ahok.

Pendiri Teman Ahok, Amalia Ayuningtyas, mengatakan bahwa kutipan pesan WhatsApp dari Putu yang tersebar di media sosial tersebut tidak benar.

Kutipan itu merupakan potongan-potongan pembicaraan Putu dengan sebuah komunitas di Bali. Putu diketahui sudah keluar dari komunitas tersebut.

"Tidak benar kalau konteksnya Pak Putu menusuk Teman Ahok dari belakang, Pak Putu keluar dari Teman Ahok," kata Amalia seusai bertemu dengan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi di Purwakarta, Jawa Barat, Rabu (20/7/2016) malam.

(Baca juga: Beredar Pembicaraan I Gusti Putu Artha Berniat Keluar dari "Teman Ahok")

Menurut Amalia, berdasarkan rekaman utuh yang diperoleh dari Putu, terlihat bahwa kutipan WhatsApp tersebut sengaja dibuat untuk menyudutkan Putu dan Teman Ahok.

Meski demikian, kata Amalia, Putu merasa bersalah karena beberapa kali menjadi sasaran tembak lawan-lawannya.

Karena masalah itu pula, Putu sempat melontarkan wacana untuk mundur. Akan tetapi, Teman Ahok menilai bahwa hal itu bukan suatu masalah besar sehingga mereka tetap meminta Putu mendampingi Teman Ahok.

"Kami sudah sering menghadapi serangan-serangan seperti ini sehingga kami pikir ini bukan masalah besar. Kami bersyukur karena Pak Putu bergabung dengan Teman Ahok, apalagi ini pro bono (bantuan cuma-cuma)," kata Amalia.

 

Sebelumnya, sebuah transkip percakapan beredar di media sosial yang memperlihatkan bahwa Putu menyatakan ingin mundur dari Teman Ahok.

Dalam pembicaraan di sebuah aplikasi Whatsapp (WA), Putu Artha menulis "Jika krn ini kawan2 merasa tidak nyaman, saya siap mengundurkan diri dari komunitas "Teman Ahok" dan tim Ahok agar tidak ada ganjalan. Sy pulang ke Bali saja. Mgkn itu yng paling terhormat jika ini sebuah kesalahan. Sekali lagi saya minta maaf."

 

Saat dikonfirmasi, Putu membenarkan pembicaraan yang beredar itu. Putu menjelaskan bahwa ia berniat keluar dari relawan pendukung Ahok karena sebuah pembicaraan lainnya yang beredar di media sosial.

Pembicaraan itu berisi pernyataan bahwa Putu menyebut Ahok sedang mempersiapkan "soft landing" pada Pilkada DKI 2017. Percakapaan yang beredar bertuliskan "Soft landing sedang disiapkan sptnya".

Pernyataan itu untuk menanggapi pertanyaan rekan Putu yang menanyakan pilihan jalur yang dipilih Ahok untuk maju menjadi calon gubernur.

Putu menjelaskan, "soft landing" yang dimaksud sebenarnya dia ingin menjelaskan bahwa jika nantinya Ahok maju menjadi calon gubernur melalui parpol, Ahok akan mengajak Teman Ahok untuk berdialog.

(Baca juga: Ini Tanggapan "Teman Ahok" soal Pernyataan Putu Artha Terkait "Soft Landing")

Putu membantah maksud dari perkataan "soft landing" dalam pembicaraan itu di mana Ahok sedang mencari kendaraan politik yang lebih aman untuk mencalonkan diri pada Pilkada DKI mendatang.

 

Menurut Putu, beredarnya pembicaraan itu lebih kepada standar moral yang dia pegang.

Kompas TV Hukum Mengenai Dana Sumbangan Teman Ahok
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com