Ali pun menolak bila kelompok yang diasuhnya selama ini dikaitkan dengan ajaran terorisme.
Gerakan Hizmet yang selama ini sering menjadi kajian FGC, menurut Ali, adalah gerakan yang berasal dari masyarakat, bukan dari suatu pemerintah atau lembaga asing, yang bergerak di bidang pendidikan yang mengajarkan tentang toleransi dan kasih sayang.
Ia pun gusar jika Hizmet disebut sebagai gerakan teroris. (Baca juga: Permintaan Kedubes Turki, UIN Syarif Hidayatullah Stop Kerja Sama dengan "Fethullah Gulen Chair")
"Tekanan politik seperti ini telah mendegradasi kualitas pendidikan yang sudah bertahun-tahun memberikan kontribusi positif bagi masyarakat bahkan suatu bangsa dan negara. Dan bisa saja hal ini akan mematikan proses pendidikan," ujarnya.
Ali menyebutkan, dalam kurun waktu 2009-2016, sebanyak 140 seminar, simposium, atau diskusi telah mereka adakan.
Para ulama, pemuka agama atau akademisi dari Amerika, Australia, Turki, Jepang, Korea, Eropa dan Negara-negara Arab diundang untuk mengikuti kegiatan tersebut.
Perwakilan dari Indonesia pun kerap disertakan dalam berbagai kegiatan seminar atau simposium sejenis di luar negeri.
Selain itu, FGC juga memberikan kursus bahasa secara gratis untuk bahasa Turki, bahasa Inggris, bahasa Arab, bahasa Rusia, dan bahasa Belanda.
Lomba membaca buku tiap tahun diadakan, dan pada perayaan Ramadhan, FGC selalu memberikan bantuan sosial bagi anak-anak muda yang butuh kegiatannya disponsori.
"Dan hal ini pun kami tidak meminta budget sedikit pun dari UIN," kata Ali.
Dia berharap tudingan terhadap kelompok dan gerakannya tidak berlangsung berlarut-larut. Apalagi, jika Pemerintah Indonesia sampai harus mengorbankan sekolah-sekolahnya ditutup karena tekanan politik dari Turki.
"Sungguh, fitnah ini tak akan menodai orang-orang yang memiliki hati yang suci. Seorang muslim tidak bisa menjadi teroris, dan teroris tidak akan pernah menjadi muslim," kata Ali.
(Baca juga: Turki Sebut 9 Lembaga Pendidikan di Indonesia Terkait Kelompok Fethullah Gulen)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.