Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menanti Titah Megawati dalam Pilkada DKI...

Kompas.com - 03/08/2016, 19:10 WIB
Indra Akuntono

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Pilkada DKI Jakarta selalu menarik perhatian. Bahkan, ada yang menyebutnya sebagai kompetisi di etalasenya Indonesia, di mana harapan publik dan politik dihitung lebih cermat.

Tentu masih ingat ingar bingar Pilkada DKI Jakarta 2012. Saat itu, pasangan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) terpilih menjadi pemimpin baru di Ibu Kota, pasangan calon lainnya tergusur, termasuk petahana Fauzi Bowo (Foke).

Kemenangan Jokowi-Ahok di Jakarta cukup mengejutkan, karena membalikkan banyak hasil survei yang menyebut Foke akan memenangkan Pilkada DKI 2012 dalam satu putaran.

Kemenangan  itu lalu dikaitkan dengan tepatnya keputusan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri memilih Jokowi sebagai cagub dan menerima tawaran Partai Gerindra yang mengajukan Ahok sebagai cawagubnya.

Banyak waktu yang dihabiskan untuk konsolidasi politik sampai akhirnya Jokowi-Ahok didaftarkan menjadi pasangan cagub-cawagub ke KPU Provinsi DKI Jakarta. Pasangan "Jakarta Baru" itu menang karena Megawati berhasil menggunakan intuisi politiknya dengan baik.

Menggerakkan mesin partai

Setelah Pilkada DKI Jakarta 2012, Megawati kembali dihadapkan dengan kondisi serupa pada Pemilu 2014. Situasinya mungkin lebih pelik, karena PDI-P mematok target memenangkan pemilu legislatif dan pemilu presiden sekaligus.

Presiden ke-5 RI itu terjun langsung ke banyak titik kampanye PDI-P di seluruh Indonesia. Konsolidasi dilakukan untuk menggerakkan mesin partainya. Kerja keras berbuah manis, PDI-P berhasil mendapatkan 109 kursi DPR RI dan memenangkan pilpres.

Keberhasilan PDI-P pada Pileg 2014 tidak dapat dilepaskan dari keputusan yang diambil Megawati. Tingginya perolehan kursi PDI-P di DPR RI disebut dipengaruhi oleh keputusan Megawati menunjuk Jokowi sebagai capres.

Saat itu, lembaga-lembaga survei mengatakan pencapresan Jokowi berhasil menggerakkan pemilih memilih PDI-P.

Megawati, melalui proses yang panjang, berhasil membawa partainya berjaya tahun 2014. Banyak cerita soal suasana kebatinan yang muncul di internal PDI-P, khususnya ketika Megawati menunjuk Jokowi menjadi capres.

Tapi, semua keriuhan di “kandang banteng” mendadak berhenti. Seluruh pengurus, kader, dan simpatisan partai sampai tingkat anak ranting "tegak lurus" menjalankan instruksi saat Megawati meminta Jokowi-JK dimenangkan

Saat itu, Megawati mengatakan, Pemilu 2014 bukan hanya penting secara politik, tetapi juga penentu perbaikan bangsa ke depan.

"Sekarang saya kasih kalian seorang jagoan (Jokowi). Kalau kalian enggak memenangkan, maka PDI-P selamanya enggak akan memiliki presiden," ucap Megawati, saat menyampaikan orasi politiknya di Lapangan Trikoyo, Klaten, Jawa Tengah, Sabtu (5/4/2014) silam.

Keberhasilan pada Pemilu 2014 mengokohkan posisi Megawati sebagai politisi berpengaruh dalam peta politik nasional. Secara bersamaan, Pilkada DKI juga disebut sebagai pijakan menuju kursi RI 1. (Baca: PDI-P Berusaha Bentuk Koalisi Besar pada Pilkada DKI)

Halaman Berikutnya
Halaman:


Terkini Lainnya

Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com