Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Ahok Masih Butuh PDI-P?

Kompas.com - 19/08/2016, 07:00 WIB
Kompas TV Ahok: Dari Dulu Megawati Mau Usung Saya
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAmir Sodikin

PDI-P adalah partai yang seksi dan penting untuk digaet oleh Ahok. Jika tidak, kemungkinannya PDI-P akan gabung dengan Koalisi Kekeluargaan yang digagas Partai Gerindra bersama, PKS, PAN, PPP, Partai Demokrat, dan PKB. Atau mengajukan calon sendiri.

Manuver Ahok untuk merayu PDI-P tersandung dengan syarat yang diberikan Megawati. Ahok harus jadi kader PDI-P. Tentu saja ini berat untuk Ahok, seakan menjilat ludahnya sendiri yang sebelumnya berjanji tidak akan masuk ke partai lagi.

Seperti lazimnya Megawati, sikapnya dalam memutuskan siapa yang akan diajukan dalam Pilkada DKI 2017 sangat berhati-hati dan penuh pertimbangan. Harap maklum, titah Megawati ini amat sangat keramat, jika ada kader berani menentang siap-siap dijewer.

Stabilitas

Tak bisa dipungkiri, Ahok yang berpengalaman di berbagai parpol ini mafhum terhadap gaya politik PDI-P. Ia pun sadar, partai tersebut merupakan partai yang memiliki idealisme dan sikap politik yang kuat, serta kepemimpinan sang ketum yang solid.

Pun, Ahok sadar betul, PDI-P dapat saja mengusung calonnya sendiri sebagai gubernur, meski kemungkinan menang belum tentu sebesar Ahok. PDI-P juga punya kehormatan tersendiri, karena itu Ahok sendiri yang berulang kali melobi PDI-P.

Menurut catatan, Ahok punya pengalaman kurang baik dalam berhubungan dengan DPRD, beberapa kali dua lembaga ini tidak akur dan sering berseberangan. Kebijakan dan rencana Ahok dalam mengelola Jakarta kurang sejalan dengan DPRD.

Sebenarnya tidak 100 persen salah jika eksekutif dan legislatif berseberangan, karena tugas DPRD memang mengawasi lembaga yang dipimpin Ahok itu. Namun, hubungan yang tidak harmonis dalam jangka waktu lama dan terus menerus tentu tidak sehat. Ahok pun tidak bisa jalan sendiri memimpin dan membangun Jakarta, ia perlu kekompakan dengan DPRD.

Thus, penting bagi Ahok "menjinakkan" DPRD. Terlebih, PDI-P merupakan partai kunci, kader PDI-P terkenal mahir berpolitik. Akan sulit bagi Ahok untuk bisa harmonis dengan DPRD jika PDI-P menjadi lawan politik.

Di sisi lain, Pilkada DKI 2017 nanti juga akan membosankan jika PDI-P berjalan bersama Ahok. Karena, kembali lagi, secara linier mereka hampir dipastikan sudah memenangkan pertarungan dengan 54 kursi dan suara sekitar 3,2 juta dengan jumlah pemilih di Jakarta sekitar 6 juta.

Pertanyaannya, bagaimana dengan 3 partai pendukung Ahok sebelumnya jika PDI-P masuk sebagai penumpang terakhir di kapal yang membawa Ahok ini?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Terdapat Luka Lebam di Sekitar Ulu Hati Mahasiswa STIP yang Tewas Diduga Dianiaya Senior

Terdapat Luka Lebam di Sekitar Ulu Hati Mahasiswa STIP yang Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Dokter Belum Visum Jenazah Mahasiswa STIP yang Tewas akibat Diduga Dianiaya Senior

Dokter Belum Visum Jenazah Mahasiswa STIP yang Tewas akibat Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Polisi Pastikan RTH Tubagus Angke Sudah Bersih dari Prostitusi

Polisi Pastikan RTH Tubagus Angke Sudah Bersih dari Prostitusi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Diduga akibat Dianiaya Senior

Mahasiswa STIP Tewas Diduga akibat Dianiaya Senior

Megapolitan
Berbeda Nasib dengan Chandrika Chika, Rio Reifan Tak Akan Dapat Rehabilitasi Narkoba

Berbeda Nasib dengan Chandrika Chika, Rio Reifan Tak Akan Dapat Rehabilitasi Narkoba

Megapolitan
Lansia Korban Hipnotis di Bogor, Emas 1,5 Gram dan Uang Tunai Jutaan Rupiah Raib

Lansia Korban Hipnotis di Bogor, Emas 1,5 Gram dan Uang Tunai Jutaan Rupiah Raib

Megapolitan
Polisi Sebut Keributan Suporter di Stasiun Manggarai Libatkan Jakmania dan Viking

Polisi Sebut Keributan Suporter di Stasiun Manggarai Libatkan Jakmania dan Viking

Megapolitan
Aditya Tak Tahu Koper yang Dibawa Kakaknya Berisi Mayat RM

Aditya Tak Tahu Koper yang Dibawa Kakaknya Berisi Mayat RM

Megapolitan
Kadishub DKI Jakarta Tegaskan Parkir di Minimarket Gratis

Kadishub DKI Jakarta Tegaskan Parkir di Minimarket Gratis

Megapolitan
Koper Pertama Kekecilan, Ahmad Beli Lagi yang Besar untuk Masukkan Jenazah RM

Koper Pertama Kekecilan, Ahmad Beli Lagi yang Besar untuk Masukkan Jenazah RM

Megapolitan
Polisi Masih Buru Pemasok Narkoba ke Rio Reifan

Polisi Masih Buru Pemasok Narkoba ke Rio Reifan

Megapolitan
Dishub DKI Jakarta Janji Tindak Juru Parkir Liar di Minimarket

Dishub DKI Jakarta Janji Tindak Juru Parkir Liar di Minimarket

Megapolitan
Kasus Pembunuhan Wanita Dalam Koper, Korban Diduga Tak Tahu Pelaku Memiliki Istri

Kasus Pembunuhan Wanita Dalam Koper, Korban Diduga Tak Tahu Pelaku Memiliki Istri

Megapolitan
Tangkap Aktor Rio Reifan, Polisi Sita 1,17 Gram Sabu dan 12 Butir Psikotropika

Tangkap Aktor Rio Reifan, Polisi Sita 1,17 Gram Sabu dan 12 Butir Psikotropika

Megapolitan
Polisi Usut Indentitas Mayat Laki-laki Tanpa Busana di Kanal Banjir Barat Tanah Abang

Polisi Usut Indentitas Mayat Laki-laki Tanpa Busana di Kanal Banjir Barat Tanah Abang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com