JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengecek kebenaran kabar Ilyas Karim yang mengaku sebagai salah satu dari dua pengibar bendera Merah Putih saat Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945, di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56, Jakarta.
Ilyas merupakan warga Rawajati yang menjadi korban penggusuran, Kamis (1/9/2016) kemarin.
"Kami lagi cek. Sekarang kami tidak tahu, apa betul dia pengibar bendera pertama atau bukan," kata Basuki, di Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (2/9/2016).
(Baca: Rumah Veteran Pejuang Kemerdekaan Itu Pun Rata dengan Tanah...)
Hanya, Basuki menegaskan hal itu tak terlalu penting bagi Pemprov DKI Jakarta. Menurut dia, Pemprov DKI Jakarta lebih mengutamakan mengetahui apakah pria paruh baya tersebut dirawat oleh keluarganya atau tidak.
"Kalau setiap orang tua tidak mampu, kalau dia mau masuk ke rusun, kami mau pelihara kok," kata Basuki.
Mengaku pengibar bendera pertama
Nama Ilyas Karim bukan kali ini saja mencuat. Pada 2011, nama Ilyas mendadak tenar. Menurut pemberitaan, Ilyas adalah pengibar bendera pertama.
Pria itu mengaku sebagai lelaki bercelana pendek pada foto pengibaran Sang Saka Merah Putih saat detik-detik Proklamasi Kemerdekaan di Jalan Pegangsaan Timur, Jakarta, 17 Agustus 1945.
(Baca juga: Ilyas Karim Bukan Pengibar Sang Saka Pertama)
Namun, pengakuan Ilyas ini dibantah sejumlah kalangan, salah satunya Fadli Zon, sejarawan muda yang kini menjabat Wakil Ketua DPR.
"Saya punya buktinya. Buku-buku sejarah yang saya miliki mengungkap, pria bercelana pendek itu bernama Suhud," kata Fadli ketika itu.
Sejumlah catatan sejarah juga merujuk pada sosok Suhud, bukan Ilyas.
Dalam buku yang diterbitkan pusat sejarah ABRI disebutkan, lelaki bercelana pendek itu adalah Suhud Marto Kusumo.
Irawan Suhud, putra kelima Suhud, Rabu (24/8/2011), menyampaikan bahwa keluarga besarnya tersinggung karena peran sang ayah diklaim oleh Ilyas Karim.
(Baca juga: Suhud Sastro Kusumo, Si Pengibar Bendera Pertama)
Dihadiahi apartemen