Ini bukan persoalan keharusan andil perempuan dalam dunia kepemimpinan, terlebih di pemerintahan kota yang juga menjadi “emak” bagi negara ini. Lebih jauh dari itu, agak mengesankan bahwa begitu me-lelaki-nya wajah politik kita, tak terkecuali dalam kontes pemilihan pemimpin.
Kesan lebih buruk lagi, terlalu lancangnya kita lelaki di negeri ini, sehingga kerap menomorduakan perempuan dalam banyak hal.
Terlepas, iya, di balik “takdir” ini pun tak dapat dinafikan bahwa sesama perempuan pun belum tentu saling percaya. Buktinya sederhana, Megawati Soekarnoputri yang memiliki cakar kuat di partainya pun, lebih mempertimbangkan peluang menang alih-alih mempertimbangkan ruang agar ada perempuan lain yang juga mampu unjuk cakarnya.
Mega memang tak perlu menggaet Sylviana, atau Tri Rismaharini yang “disekap” rakyatnya untuk tak ke mana-mana. Tapi, selain Puan Maharani yang selama ini kental terlihat sebagai murid utamanya (sekaligus anak kandungnya), perempuan mana lagi yang telah diajarkan jurus-jurus pamungkas agar siap menghadapi medan politik yang me-lelaki seperti saat ini?
Sylviana hanya mewakili wajah realitas, bahwa meski sekilas diberi ruang untuk berekspresi dan berkiprah hingga kancah politik dan pemerintahan, tapi negeri ini masih sangat terlihat melupakan ibunya sendiri. Bahkan sempat muncul survei yang menyebutkan kepercayaan publik kepada perempuan di ranah politik masih sangat buruk.
Di sinilah mungkin menjadi alasan sehingga Jakarta sampai kini terkesan lebih ramah kepada lelaki alih-alih kepada perempuan. Walaupun, sebagai lelaki, saya pribadi sangat tidak menyukai menatap wajah sesama lelaki. Bukan karena apa-apa, tapi karena pada wajah seorang ibu-lah kesejukan dan kedamaian lebih menjanjikan.
Mungkin, lima hingga sepuluh tahun mendatang, Jakarta betul-betul punya ibu. Bukan sekadar disebut sebagai ibu kota yang terus saja di tangan lelaki. Sebab, dari ibu kehidupan dimulai dan dari merekalah kehidupan juga berkembang. Nilai inilah yang menjadi mimpi saya, dan mudah-mudahan juga menjadi mimpi Anda.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.