Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita di Balik Keputusan Agus Yudhoyono Maju pada Pilkada DKI

Kompas.com - 04/10/2016, 10:19 WIB
David Oliver Purba

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com -
Bakal calon gubernur DKI Jakarta, Agus Harimurti Yudhoyono, mengungkapkan bagaimana awalnya ia bisa dipilih menjadi bakal calon gubernur DKI. Sehari sebelum batas akhir pendaftaran calon peserta pilkada DKI ke KPU DKI, Agus ditelepon ayahnya, Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Agus dihubungi SBY pada 22 September 2016, ketika sedang berada di Darwin, Australia, dalam rangka latihan pasukan TNI Angkatan Darat dengan pasukan AD Australia.

Dalam kesempatan itu, SBY menyampaikan mengenai situasi perkembangan politik di Pilkada DKI. Kata Agus, SBY menyebut ada empat partai politik yakni PPP, PKB, PAN, termasuk Demokrat, sepakat untuk bersatu mengusung dirinya di Pilkada DKI.

SBY berpesan agar Agus berpikir matang sebelum memutuskan setuju atau tidak. SBY juga menyampaikan konsekuensinya.

Namun, Agus tidak punya banyak waktu untuk memikirkan. Agus mengaku tidak pernah membayangkan hal itu sebelumnya, karena fokus terhadap latihan di Australia.

Setelah memikirkan dalam batin, Agus memutuskan mau maju di pilkada. Hari itu juga ia kembali ke Tanah Air dan tiba 23 September 2016 dini hari.

"Tapi untungnya kami prajurit terbiasa menghadapi situasi yang genting, enggak banyak waktu mengambil keputusan. Dalam sempitnya waktu izinkan saya berpikir, dan saya tutup telepon," ujar Agus, dalam jumpa pers "Di Balik Keputusan Agus Yudhoyono", di Cibubur, Depok, Jawa Barat, Senin (3/10/2016).

(Baca: Penilaian Agus Yudhoyono terhadap Pesaingnya pada Pilkada DKI)

Agus menuturkan, sebelum menjawab, Ia ingin mendengar dan bertatap muka dengan tokoh dan pimpinan parpol yang mau mengusungnya. Saat tiba di tanah air, Agus langsung menuju ke Cikeas dan telah ditunggu tokoh pimpinan parpol yang berencana mengusungnya.

Di sana, Agus akhirnya dipilih untuk dicalonkan oleh Demokrat, PPP, PKB, dan PAN. Agus mengakui pilihan itu berat karena harus meninggalkan karier yang kurang lebih 16 tahun ia bangun di militer.

Kaget

Agus mengakui bahwa SBY juga kaget saat namanya dipilih untuk diusung partai pendukung. Ia menepis isu bahwa keputusannya mengakhiri karier di militer dan berubah menjadi politisi adalah karena permintaan SBY.

"Itu adalah keputusan saya pribadi, beredar dugaan saya dipaksa, ditekan, bahkan lucunya sampai ada yang mengatakan Pak SBY tega sekali sama Ibu Ani nih, anaknya didorong masuk politik. Tentunya (isu) itu agak menyakitkan karena tidak ada orangtua manapun yang ingin menjatuhkan, menjerumuskan anaknya sendiri," ujar Agus.

Agus menyebut kedua orangtuanya sebagai sosok demokratis. Saat Agus memutuskan untuk meniti karier di bidang militer pun, kata dia, hal tersebut bukan atas paksaan orangtuanya.

"Kalau ditanya, dipaksa atau tidak, saya sudah dewasa, saya punya kepribadian dan karakter sendiri sehingga tidak mungkin disetir, apalagi dipaksa siapa pun, termasuk orangtua sendiri," kata Agus.

(Baca: Agus: Tidak Mungkin Saya Disetir, apalagi Dipaksa Siapa Pun, Termasuk Orangtua)

Kemunculan Agus yang terkesan mendadak serta latar belakang kariernya yang bukan kader parpol membuat sejumlah kalangan mempertanyakan kemampuanmya menjadi bakal cagub DKI.

Agus mengakui, hal itu juga menjadi bahan renungan ketika dia diminta maju menjadi cagub DKI Jakarta. Ditambahkan Agus, sejumlah pihak berpendapat beragam soal kemampuannya. Ada yang mengatakan kariernya di militer selama 16 tahun sudah cukup jadi modal untuk pengabdian di bidang lain, termasuk di politik dan pemerintahan.

Bagi Agus, durasi pengalaman adalah hal yang relatif. Agus meyakini bahwa kuantitas bukan segalanya. Agus menilai, keinginan besar untuk bisa mengetahui situasi dan belajar menyesuaikan diri merupakan hal lebih penting dalam sebuah kesuksesan.

Agus menyampaikan, pendidikannya di militer selama 16 tahun, bisa dimanfaatkan untuk maju pada pilkada mendatang. Ia menilai, ada kesamaan antara politik pemerintahan dengan militer, misalnya bisa belajar soal kepemimpinan, manajemen, dan lainnya.

"Jadi saya anggap bahwa saya tidak berangkat dari nol banget, saya punya pengalaman baik di pendidikan latihan tugas operasi baik di dalam maupun luar negeri, misi perdamaian dan lainnya, yang Insya Allah dapat bermanfaat bagi saya selanjutnya," kata Agus.

Mengapa bukan Ibas?

Agus juga mengomentari pertanyaan yang muncul di tengah masyarakat soal alasan koalisi tidak mengusung adiknya, Edhie Baskoro Yudhoyono atau Ibas, maju dalam Pilkada DKI 2017. Padahal, Ibas sudah lebih dulu terjun ke dunia politik.

Agus mengatakan bahwa tidak ada yang bisa mengetahui jalan hidup seseorang ke depan. Oleh karena itu, ia menganggap bahwa yang terjadi sekarang merupakan takdir dan jalan hidup.

Ia juga menilai, pertanyaan mengenai alasan bukan Ibas yang diusung ini diembuskan karena ada pihak yang ingin membenturkan dirinya dengan sang adik. Padahal, menurut dia, Ibas mendukung keputusan ini, demikian juga dengan orangtua mereka.

"Ketika saya ambil keputusan, dia (Ibas) juga bisik ke saya, Mas Agus sudah pikir konsekuensinya dan apa yang harus dilakukan untuk peluang ini, diskusi dari hati ke hati, dan adik saya lakukan itu ke saya. Saya bersyukur keluarga kecil, tetapi kita semua saling support," tambah Agus.

Agus mengaku belum memikirkan mengenai karier selanjutnya bila ia gagal dalam Pilkada DKI. Namun, Agus sadar bahwa dia tidak lagi memiliki kesempatan untuk kembali berkarier di TNI.

(Baca: Jika Tidak Menang pada Pilkada DKI, Bagaimana Karier Agus Yudhoyono? )

Putra sulung SBY ini juga belum memikirkan, seandainya gagal memenangi Pilkada DKI, apakah ia akan menjadi kader Partai Demokrat atau tidak.

"Nanti itu kita bicarakan. Untuk di bidang apa, untuk di dunia yang baru, nanti kita lihat. Ya tetapi masih jauhlah, Insya Allah ya," kata Agus.

Agus mengaku bangga sempat berkarier di militer. Terlebih lagi, Panglima TNI, Kepala Staf Angkatan Darat, dan Panglima Kodam Jaya mengapresiasi perjalanan kariernya di militer.

Ia merasa bangga sebab Panglima TNI menyebut dirinya sebenarnya adalah kader yang disiapkan untuk pimpinan TNI pada masa depan.

"Bagi perwira TNI, itu suatu pencapaian luar biasa, itu penghargaan yang sulit untuk digambarkan dengan kata-kata. Pimpinan, apalagi bintang empat, Panglima TNI, mengatakan seperti itu," ujar Agus.

Kompas TV Agus Yudhoyono Bantah Maju Cagub Dki Karena Paksaan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tangis Haru dan Sujud Syukur Casis Bintara yang Dibegal Usai Diterima Kapolri Jadi Polisi...

Tangis Haru dan Sujud Syukur Casis Bintara yang Dibegal Usai Diterima Kapolri Jadi Polisi...

Megapolitan
Hadiah Sehabis Musibah bagi Satrio, Diterima Jadi Polisi meski Gagal Ujian akibat Dibegal

Hadiah Sehabis Musibah bagi Satrio, Diterima Jadi Polisi meski Gagal Ujian akibat Dibegal

Megapolitan
Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

Megapolitan
Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Megapolitan
Pria di Kali Sodong Dibunuh 'Debt Collector' Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Pria di Kali Sodong Dibunuh "Debt Collector" Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Megapolitan
KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

Megapolitan
PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

Megapolitan
Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Megapolitan
'Bullying' Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

"Bullying" Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

Megapolitan
KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

Megapolitan
Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Megapolitan
Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com