Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Putro Perdana
Grafolog

Grafolog dengan latar belakang Kriminologi. Beberapa kali dipanggil sebagai saksi ahli untuk kasus pidana dan perdata. Bercita-cita jadi pengajar

Kasus Kopi Mirna dan Kedewasaan Forensik Kita

Kompas.com - 05/10/2016, 07:38 WIB
Kompas TV Jessica: Saya yang Pesan Kopi, Saya yang Dituduh
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Besar harapan saya bahwa kasus Kopi Mirna ini bisa mendewasakan perkembangan forensik di tanah air. Selama ini, umumnya publik hanya mengenal ilmu forensik kedokteran.

Dalam kasus Kopi Mirna, media membantu memperkenalkan hadirnya perspektif lain dalam ilmu forensik. Publik diperkenalkan dengan beberapa ilmu yang baru dan mengunggah rasa penasaran, seperti kriminologi, analisa gestur, toksikologi, forensik digital.

Hadirnya saksi ahli dari kedua belah pihak, dengan kualifikasi yang sama sama mumpuni, membuat perdebatan menjadi seru. Ada perdebatan ilmiah yang terjadi di situ, dan publik memperhatikan.

Kenapa perhatian orang sebegitu besarnya terhadap kasus ini? Karena mereka ingin mengetahui seberapa objektif jalannya pembuktian hukum di Indonesia.

Ditambah dengan buruknya citra sistem hukum kita yang dianggap terlalu subjektif dan berat sebelah, masyarakat jadi ingin tahu “Ngapain aja sih sidang di pengadilan itu?”.

Sebagian masyarakat kita awam terhadap hukum, dan kasus ini menjadi semacam kuliah gratis dengan bumbu dramanya yang terjadi di luar pengadilan. Masyarakat menjadi tahu tentang apa yang terjadi dalam hukum kita dan bagaimana sistem peradilan pidana berjalan.

Kapan lagi kita belajar tentang forensik, dan hukum secara demikian serunya? Saya sendiri belajar untuk menjadi saksi ahli yang baik dan benar melalui kasus ini.

Sudah saatnya pembuktian hukum di Indonesia lebih menganut scientic investigation, yang mengedepankan keilmiahan. Ada harapan dari publik bahwa dunia hukum kita bisa lebih objektif.

Inilah momentum yang tepat bagi para praktisi maupun akademisi hukum, kriminologi dan forensik untuk lebih mengembangkan paradigmanya, serta mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap sistem hukum kita.

Salah satu mimpi saya adalah Indonesia mempunyai lembaga forensik independen yang terdiri dari para ahli di bidang masing-masing, dan mampu menjadi second-opinion dalam pengadilan. Semoga Anda yang membaca bisa membantu mewujudkannya, untuk Indonesia. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Tak Cuma di Medsos, DJ East Blake Juga Sebar Video Mesum Mantan Kekasih ke Teman dan Keluarganya

Tak Cuma di Medsos, DJ East Blake Juga Sebar Video Mesum Mantan Kekasih ke Teman dan Keluarganya

Megapolitan
Heru Budi Usul Bangun 'Jogging Track' di RTH Tubagus Angke yang Diduga Jadi Tempat Prostitusi

Heru Budi Usul Bangun "Jogging Track" di RTH Tubagus Angke yang Diduga Jadi Tempat Prostitusi

Megapolitan
Ketika Ketua RW di Kalideres Dituduh Gelapkan Dana Kebersihan lalu Dinonaktifkan Pihak Kelurahan...

Ketika Ketua RW di Kalideres Dituduh Gelapkan Dana Kebersihan lalu Dinonaktifkan Pihak Kelurahan...

Megapolitan
6 Anggota Polres Metro Jaksel Dipecat, Sebagian karena Jadi Pengedar dan Pengguna Narkoba

6 Anggota Polres Metro Jaksel Dipecat, Sebagian karena Jadi Pengedar dan Pengguna Narkoba

Megapolitan
Dua Maling Gasar Motor di Tanjung Priok, Polisi Bergerak meski Korban Enggan Lapor

Dua Maling Gasar Motor di Tanjung Priok, Polisi Bergerak meski Korban Enggan Lapor

Megapolitan
Hal-hal yang Belum Terungkap di Kasus Brigadir RAT: Motif hingga Sosok Pengusaha yang Dikawal

Hal-hal yang Belum Terungkap di Kasus Brigadir RAT: Motif hingga Sosok Pengusaha yang Dikawal

Megapolitan
Rute Transjakarta 8N Kebayoran - Petamburan via Asia Afrika

Rute Transjakarta 8N Kebayoran - Petamburan via Asia Afrika

Megapolitan
Ahok Beberkan Solusi Penanganan Macet Jakarta, Berharap Direalisasikan Gubernur DKI

Ahok Beberkan Solusi Penanganan Macet Jakarta, Berharap Direalisasikan Gubernur DKI

Megapolitan
DJ East Blake Terancam 12 Tahun Penjara akibat Sebar Foto dan Video Mesum Mantan Kekasih

DJ East Blake Terancam 12 Tahun Penjara akibat Sebar Foto dan Video Mesum Mantan Kekasih

Megapolitan
Pemprov DKI Jakarta Pertimbangkan Usul DPRD DKI soal Sekolah Gratis Negeri dan Swasta

Pemprov DKI Jakarta Pertimbangkan Usul DPRD DKI soal Sekolah Gratis Negeri dan Swasta

Megapolitan
Komisi E DPRD DKI Desak Pemprov Wujudkan Sekolah Gratis Negeri dan Swasta, dari TK sampai SMA

Komisi E DPRD DKI Desak Pemprov Wujudkan Sekolah Gratis Negeri dan Swasta, dari TK sampai SMA

Megapolitan
Inikah Akhir Perjalanan Rosmini, Ibu Pengemis yang Marah-marah?

Inikah Akhir Perjalanan Rosmini, Ibu Pengemis yang Marah-marah?

Megapolitan
DJ East Blake Serahkan Diri ke Polisi Usai Sebar Video dan Foto Mesum Mantan Kekasih

DJ East Blake Serahkan Diri ke Polisi Usai Sebar Video dan Foto Mesum Mantan Kekasih

Megapolitan
Maju Mundurnya Ridwan Kamil untuk Pilkada DKI Jakarta...

Maju Mundurnya Ridwan Kamil untuk Pilkada DKI Jakarta...

Megapolitan
Misteri Mayat Wanita Dalam Koper Mulai Terkuak: Pelaku Rekan Kerja, Motif Ekonomi Jadi Alasan

Misteri Mayat Wanita Dalam Koper Mulai Terkuak: Pelaku Rekan Kerja, Motif Ekonomi Jadi Alasan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com