"Sekarang banjirnya agak kurang, enggak kayak sebelum ada kampung deret. Apalagi rumah saya sudah ditinggikan," ujar Ramli.
(Baca: Ahok Prioritaskan Pembangunan Rusun seperti Apartemen daripada Kampung Deret)
Namun, program kampung deret masih memiliki kekurangan. Berdasarkan cerita ketiga warga itu, masing-masing pemilik rumah harus merogoh kocek pribadi untuk menutup biaya menyelesaikan renovasi rumah.
Sebab, dana perbaikan rumah dari pemerintah hanya cukup menyelesaikan bagian depan saja. Masno misalnya, menggunakan uang pribadinya sebesar Rp 50 juta untuk menyelesaikan renovasi rumahnya.
Sobirin juga demikian, bahkan ia mengeluarkan Rp 100 juta untuk merapikan bagian belakang rumahnya.
"Nomboknya banyak banget. Malah tadi acak-acakan. Yang di belakang itu saya yang selesaikan sendiri. Depan sama lantai atas saja yang pakai dana kampung deret. Sekarang mana cukup Rp 54 juta untuk buat sampai belakang, kan dibongkar semua dulu," ujar Sobirin.
Sementara Ramli, mengaku mengajukan pinjaman Rp 50 juta ke bank untuk menutupi biaya menyelesaikan renovasi rumahnya. Sebab, ia hanya mendapat dana Rp 22 juta dari pemerintah untuk ikut dalam pembangunan kampung deret.
"Sebetulnya karena udah dilaksanakan, puas enggak puas rumah udah berubah. Tapi punya tanggung jawaban (sekarang). Pelaksanaan ini juga instruksi pemerintah, kita ikutin program pemerintah," ujar Ramli
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.